1. Faktor
biotik
Faktor biotik seperti produksi dan perombakan
bahan-bahan organik.Misalnya pembentukan nutrien mangrove, (nutrient organik
dan nutrien inorganik).Detritus organik adalah nutrient organik yang berasal
dari bahan-bahan biogenik melalui beberapa tahap degradasi microbial. Detritus
organik berasal dari authocthonous (phytoplankton, bakteri, algae, sisa
organisme dan kotoran organisme) allothocthonous (partikulat dari air
aliran sungai, partikel tanah dari pantai dan erosi tanah, serta tanaman dan
hewan yang mati di zona pantai laut)atau dengan perkataan lain, dalam satu
liter air laut, terdapat 30 gr garam.
1.2.2
Faktor klimatologis ekosistem mangrove
Klimatologi
berasal dari bahasa Yunani Klima dan Logos yang masing-masing berarti kemiringan (slope) yg di arahkan ke
Lintang tempat sedangkan Logos sendiri berarti Ilmu. Jadi definisi Klimatologi adalah ilmu yang mencari gambaran
dan penjelasan sifat iklim, mengapa iklim di berbagai tempat di bumi berbeda ,
dan bagaimana kaitan antara iklim dan dengan aktivitas manusia. Karena
klimatologi memerlukan interpretasi dari data yang banyak sehingga memerlukan statistik dalam pengerjaannya, orang-orang sering juga
mengatakan klimatologi sebagai meteorologi statistik.
Iklim bisa diartikan sebagai kondisi
rata-rata cuaca dalam waktu yang panjang.Studi tentang cuaca dipelajari dalam
meteorologi sedangkan ilmu yang mempelajari tentang iklim adalah
klimatologi.Iklim di bumi sangat dipengaruhi oleh posisi matahari terhadap
bumi.Terdapat beberapa klasifikasi iklim di bumi ini yang ditentukan oleh letak
geografis.Secara umum kita dapat menyebutnya sebagai iklim tropis, lintang
menengah dan lintang tinggi.
Iklim yang di kenal di Indonesia ada
tiga iklim antara lain terdiri dari iklim musim (muson), iklim tropika (iklim
panas), dan iklim laut.
1. Iklim
Musim (iklim Muson)
Iklim Muson terjadi karena pengaruh
angina musim yang bertiup berganti arah tiap-tiap setengah tahun sekali.
Angin musim di Indonesia terdiri
atas :
- Angin Musim Barat Daya adalah angin yang bertiup antara bulan Oktober sampai April sifatnya basah. Pada bulan-bulan tersebut, Indonesia mengalami musim penghujan
- Angin Musim Timur Laut adalah angin yang bertiup antara bulan April sampai Oktober, sifatnya kering. Akibatnya, pada bulan-bulan tersebut, Indonesia mengalami musim kemarau.
2. Iklim
Tropika (Iklim Panas)
Indonesia terletak di sekitar garis
khatulistiwa.Akibatnya, Indonesia termasuk daerah tropika (panas).Keadaan cuaca
di Indonesia rata-rata panas mengakibatkan negara Indonesia beriklim tropika
(panas), Iklim ini berakibat banyak hujan yang disebut Hujan Naik Tropika.
3. Iklim
Laut.
Negara Indonesia adalah negara
kepulauan.Sebagian besar tanah daratan Indonesia dikelilingi oleh laut atau
samudra.Itulah sebabnya di Indonesia terdapat iklim laut.Sifat iklim ini lembab
dan banyak mendatangkan hujan.
1.2.2.1Parameter Klimatologis
Lingkungan Hidup Mangrove
· Iklim
Sebagian besar daerah pantai Indonesia beriklim tropik basah dan dicirikan dengan kelembaban, angin musim, curah hujan, dan temperatur yang tinggi. Hal ini menyebabkan pencegahan akumulasi garam-garam tanah, sehingga hutan mangrove tumbuh subur dan berkembang dengan baik. Pengaruh langsung iklim adalah terhadap komposisi epifit yang terdapat pada hutan mangrove. Mangrove yang terdapat di daerah yang selalu basah memiliki banyak spesies epifit, sedangkan pada hutan mangrove di daerah dengan iklim yang mempunyai masa-masa kering, epifit jarang dijumpai.
Sebagian besar daerah pantai Indonesia beriklim tropik basah dan dicirikan dengan kelembaban, angin musim, curah hujan, dan temperatur yang tinggi. Hal ini menyebabkan pencegahan akumulasi garam-garam tanah, sehingga hutan mangrove tumbuh subur dan berkembang dengan baik. Pengaruh langsung iklim adalah terhadap komposisi epifit yang terdapat pada hutan mangrove. Mangrove yang terdapat di daerah yang selalu basah memiliki banyak spesies epifit, sedangkan pada hutan mangrove di daerah dengan iklim yang mempunyai masa-masa kering, epifit jarang dijumpai.
· Cahaya
Intensitas cahaya, kualitas, dan
lama penyinaran merupakan faktor penting bagi tumbuhan.Umumnya tumbuhan
mangrove membutuhkan intensitas cahaya matahari tinggi dan penuh, sehingga zona
pantai tropis merupakan habitat ideal bagi mangrove.Kisaran intensitas cahaya
optimal untuk pertumbuhan mangrove adalah 3000 - 3800 kkal/m2/hari.Pada saat
masih kecil (semai) tumbuhan mangrove memerlukan naungan.
Hasil penelitian komar (1992)
menunjukan bahwa :
a. Intensitas cahaya 50% dapat meningkatkan daya
tumbuh bibit R. mucronata dan R.apiculata.
b. Intensitas cahaya 75% mempercepat pertumbuhan bibit
Bruguiera gymnorrhiza.
c. Intensitas cahaya 75% meningkatkan pertumbuhan
tinggi bibit R. mucronata, R.apiculata.
Kecepatan arus perairan berpengaruh pada produktifitas padang
lamun.Turtle grass dapat menghasilkan hasil tetap ( standing crop) maksimal
pada kecepatan arus 0.5m/det.Arus tidak mempengaruhi penetrasi cahaya, kacuali
jika ia mengangkat sedimen sehingga mengurangi penetrasi cahaay. Aksi
menguntungkan dari arus terhaap organisme terletak pada transport bahan
makanantambahna bagi porganisme dan dalam halpengangkutan buangan. Pada daerah
yang arusnya cepat,sedimen pada padang lamunterdiri dari lumpur halus dan
detritus.Hal ini mennunjukkan kemampuan tumbuhan lamun untuk mengurangi
pengaruh arus sehingga mengurangi transport sedimen.
·
Curah
hujan
Jumlah,
lama, dan distibusi curah hujan merupakan faktor penting yang mengatur
perkembangan dan distribusi tumbuhan.Selain itu, curah hujan mempengaruhi
faktor lingkungan lain, seperti suhu air dan udara, salinitas air permukaan
tanah dan air tanah yang berpengaruh pada daya tahan spesies mangrove.
berdasarkan klasifikasi Iklim Schmidt dan
Ferguson - 1951, hutan mangrove di Indonesia berkembang pada daerah dengan tipe
curah hujan A, B, C, dan D dengan nilai Q yang bervariasi mulai 0 sampai 73,7%.
Sementara itu, Aksornkoae (1993) menginformasikan bahwa tumbuhan mangrove
umumnya tumbuh baik di daerah dengan curuh hujan rata-rata 1500 - 3000
mm/tahun.Namun juga ditemukan pada daerah yang bercurah hujan tinggi, yaitu
4000 mm/th yang tersebar lebih dari satu periode.
·
Suhu
udara
Suhu berperan penting dalam proses
fisiologis, seperti fotosintesis dan respirasi. pertumbuhan mangrove yang baik
memerlukan suhu rata-rata minimal lebih besar dari 20ºC dan perbedaan suhu
musiman tidak melebihi 5ºC, kecuali di Afrika Timur dimana perbedaan suhu
musiman mencapai 10ºC.
Berdasarkan hasil penelitian
Kusmana (1993) diketahui bahwa hutan mangrove yang terdapat di bagian timur
pulau Sumatera tumbuh pada suhu rata-rata bulanan dengan kisaran dari 26,3 ºC
sampai dengan 28,7 ºC. Hutching dan Saenger (1987) mendapatkan kisaran suhu
optimum untuk pertumbuhan beberapa spesies tumbuhan mangrove, yaitu Avicennia
marina tumbuh baik pada suhu 18 - 20 ºC, R. stylosa, Ceriops spp., Excoecaria
agallocha dan Lumnitzera racemosa pertumbuhan tertinggi daun segar dicapai pada
suhu 26-28 ºC, suhu optimum Bruguiera spp. 27 ºC, Xylocarpus spp. berkisar
antara 21-26 ºC dan X. granatum 28 ºC.
· Angin
Angin berpengaruh terhadap ekosistem mangrove melalui aksi gelombang dan arus pantai, yang dapat menyebabkan abrasi dan mengubah struktur mangrove, meningkatkan evapotranspirasi dan angin kuat dapat menghalangi pertumbuhan dan menyebabkan karakteristik fisiologis abnormal, namun demikian diperlukan untuk proses polinasi dan penyebaran benih tanaman.
Angin berpengaruh terhadap ekosistem mangrove melalui aksi gelombang dan arus pantai, yang dapat menyebabkan abrasi dan mengubah struktur mangrove, meningkatkan evapotranspirasi dan angin kuat dapat menghalangi pertumbuhan dan menyebabkan karakteristik fisiologis abnormal, namun demikian diperlukan untuk proses polinasi dan penyebaran benih tanaman.
Pada daerah pantai yang mudah
terkena angin badai, tajuk pohon mangrove di sepanjang pantai tersebut biasanya
patah dan struktur pepohonan umumnya lebih pendek. Namun demikian, mangrove
memainkan peranan penting dalam mengurangi pengaruh badai pantai pada wilayah
yang berada di antara daratan dan lautan
· Pasang surut
Pasang surut menentukan zonasi
komunitas flora dan fauna mangrove.Durasi pasang surut berpengaruh besar
terhadap perubahan salinitas pada tanah mangrove. Salinitas air menjadi sangat
tinggi pada saat pasang naik, dan menurun selama pasang surut. Perubahan
tingkat salinitas pada saat pasang merupakan salah satu faktor yang membatasi
distribusi spesies mangrove, terutama distribusi horisontal.
Pada areal yang selalu tergenang
hanya R. mucronata yang tumbuh baik, sedang Bruguiera spp. dan Xylocarpus spp.
jarang mendominasi daerah yang sering tergenang. Pasang surut juga berpengaruh
terhadap perpindahan massa antara air tawar dengan air laut, dan oleh karenanya
mempengaruhi distribusi vertikal organisme mangrove.
Durasi pasang juga memiliki efek
yang mirip pada distribusi spesies, struktur vegetatif, dan fungsi ekosistem
mangrove.Hutan mangrove yang tumbuh di daerah pasang diurnal memiliki struktur
dan kesuburan yang berbeda dari hutan mangrove yang tumbuh di daerah
semi-diurnal, dan berbeda juga dengan hutan mangrove yang tumbuh di daerah
pasang campuran.
Rentang pasang surut merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi, khususnya sistem akar dari mangrove.Di
daerah mangrove dengan rentang pasang yang lebar, akar tunjang dari Rhizophora
spp. tumbuh lebih tinggi, sedangkan di daerah yang rentangnya sempit memiliki
akar yang lebih rendah.Aegialites rotundifolia dan Sonneratia spp. menunjukkan
perilaku yang perakaran yang mirip.Pneumatoforanya yang besar (kuat dan
panjang) sangat baik di atas permukaan tanah di zona peralihan pasang lebih
luas dan lebih kecil untuk daerah dengan rentang pasang yang sempit.
·
Gelombang
dan arus
Gelombang pantai yang sebagian
besar dipengaruhi angina merupakan penyebab penting abrasi dan suspensi
sedimen.Pada pantai berpasir dan berlumpur, gelombang dapat membawa partikel
pasir dan sedimen laut. Partikel besar atau kasar akan mengendap, terakumulasi
membentuk pantai berpasir. Mangrove akan tumbuh pada lokasi yang arusnya
tenang. Keberadaan tegakan mangrove di pesisir pantai dapat melindungi
kerusakan pantai akibat energi gelombang dan arus berupa abrasi dan tsunami.
DATA KLIMATOLOGIS
UNTUK EKOSISTEM MANGROVE
PENGUKURAN IKLIM PERIODE APRIL-DESEMBER 2013
JANUARI –MARET 2014
(Berdasaran rekapitulasi data klimatologis sekunder dari Stasiun Mini Meteorologi
Dinas Pertanian Kabupaten Bengkalis)
A. Rata-rata intensitas radiasi matahari (Watt/m2)
No
|
Bulan
|
Radiasi harian (Watt/m2/menit)
|
||||||
9.00
|
10.00
|
11.00
|
12.00
|
13.00
|
14.00
|
15.00
|
||
1.
|
April
|
103,9522
|
103,3915
|
103,3522
|
102,0316
|
103,6935
|
103,0290
|
103,0290
|
2.
|
Mei
|
142,0522
|
142,6222
|
142,2296
|
102,2292
|
142,2322
|
142,0220
|
142,0220
|
3.
|
Juni
|
110,2032
|
163,0222
|
110,3122
|
103,2251
|
103,9223
|
102,9321
|
102,9321
|
4.
|
Juli
|
103,9621
|
1036621
|
103,5321
|
132,2226
|
102,2225
|
103,2223
|
103,2223
|
5.
|
Agustus
|
102,9660
|
103,9922
|
103,0150
|
102,1052
|
103,3105
|
103,0222
|
103,0222
|
6.
|
September
|
102,2252
|
102,2322
|
103,6623
|
100,5391
|
103,2222
|
102,6622
|
102,6622
|
7.
|
Oktober
|
102,2662
|
102,9921
|
103,0222
|
102,6225
|
102,9920
|
103,6692
|
103,6692
|
8.
|
November
|
102,6666
|
102,2251
|
103,6692
|
103,9210
|
103,6623
|
103,9635
|
103,9635
|
9.
|
Desember
|
102,9660
|
103,9922
|
103,0150
|
102,1052
|
103,3105
|
103,0222
|
103,0222
|
10.
|
Januari
|
102,2252
|
102,2322
|
103,6623
|
100,5391
|
103,2222
|
102,6622
|
102,6622
|
11.
|
Februari
|
102,2662
|
102,9921
|
103,0222
|
102,6225
|
102,9920
|
103,6692
|
103,6692
|
12.
|
Maret
|
102,6666
|
102,2251
|
103,6692
|
103,9210
|
1036623
|
103,9635
|
103,9635
|
B. Rata-rata
suhu udara (oC)
No.
|
Bulan
|
Suhu udara harian (oC)
|
||||||
9.00
|
10.00
|
11.00
|
12.00
|
13.00
|
14.00
|
15.00
|
||
1.
|
April
|
26,1
|
26,0
|
26,0
|
26,5
|
26,2
|
26,1
|
26,1
|
2.
|
Mei
|
28,1
|
26,1
|
26,5
|
29,1
|
29,1
|
26,2
|
26,2
|
3.
|
Juni
|
26,1
|
26,4
|
29,0
|
28,0
|
28,1
|
29,1
|
29,1
|
4.
|
Juli
|
26,4
|
26,2
|
29,2
|
28,5
|
28,4
|
28,1
|
29,1
|
5.
|
Agustus
|
26,5
|
29,1
|
26,2
|
28,0
|
28,1
|
29,1
|
26,1
|
6.
|
September
|
28,1
|
26,1
|
26,1
|
28,4
|
29,2
|
29,1
|
26,0
|
7.
|
Oktober
|
28,4
|
26,1
|
26,1
|
28,1
|
29,1
|
29,1
|
26,1
|
8.
|
November
|
28,1
|
26,1
|
26,4
|
29,0
|
29,1
|
26,5
|
26,2
|
9.
|
Desember
|
26,5
|
29,1
|
26,2
|
28,0
|
28,1
|
29,1
|
26,1
|
10.
|
Januari
|
28,1
|
26,1
|
26,1
|
28,4
|
29,2
|
29,1
|
26,0
|
11.
|
Februari
|
28,4
|
26,1
|
26,1
|
28,1
|
29,1
|
29,1
|
26,1
|
12.
|
Maret
|
28,1
|
26,1
|
26,4
|
29,0
|
29,1
|
26,5
|
26,2
|
C. Rata-rata kelembaban udara (%)
No.
|
Bulan
|
Kelembaban udara harian (%)
|
||||||
9.00
|
10.00
|
11.00
|
12.00
|
13.00
|
14.00
|
15.00
|
||
1.
|
April
|
77
|
74
|
74
|
74
|
77
|
75
|
75
|
2.
|
Mei
|
75
|
71
|
74
|
73
|
74
|
74
|
74
|
3.
|
Juni
|
79
|
77
|
75
|
74
|
74
|
75
|
74
|
4.
|
Juli
|
72
|
74
|
75
|
71
|
71
|
74
|
74
|
5.
|
Agustus
|
77
|
74
|
73
|
75
|
77
|
74
|
75
|
6.
|
September
|
73
|
72
|
75
|
75
|
75
|
77
|
74
|
7.
|
Oktober
|
74
|
72
|
75
|
74
|
74
|
77
|
79
|
8.
|
November
|
75
|
74
|
72
|
79
|
77
|
77
|
79
|
9.
|
Desember
|
72
|
74
|
75
|
71
|
71
|
74
|
74
|
10.
|
Januari
|
77
|
74
|
73
|
75
|
77
|
74
|
75
|
11.
|
Februari
|
73
|
72
|
75
|
75
|
75
|
77
|
74
|
12.
|
Maret
|
74
|
72
|
75
|
74
|
74
|
77
|
79
|
1.3
Jaring – Jaring Makanan Ekosistem Mangrove
1.3.1. Rantai makanan
Rantai
makanan merupakan pengalihan energi dari sumbernya dari dalam tumbuhan melalui
sederertan organisme yang makan dan yang di makan.Para ilmuwan ekologi mengenal
tiga macam rantai pokok, yaitu rantai pemangsa, rantai parasit, dan rantai
saprofit (Ridwanaz, 2010).
Salah
satu cara suatu komunitas berinteraksi adalah dengan peristiwa makan dan
dimakan, sehingga terjadi perpindahan energy,elemen kimia,dan komponen lain
dari satu bentuk ke bentuk yang lain di sepanjang rantai makanan. Organisme
dalam kelompok ekologis yang terlibat dalam rantai makanan digolongkan dalam
tingkat-tingkat trofik. Tingkat trofik tersusun dari seluruh organisme pada
rantai makanan yang bernomor sama dalam tingkat memakan.
Sumber
energi berasal dari matahari. Tumbuhan yang menghasilkan gula lewat proses
fotosintesis hanya memakai energi matahari dan C02 dari udara. Oleh karena itu,
tumbuhan tersebut digolongkan dalam tingkat trofik pertama.Hewan herbivora atau
organisme yang memakan tumbuhan termasuk anggota tingkat trofik kedua.Karnivora
yang secara langsung memakan herbivora termasuk tingkat trofik ketiga,
sedangkan karnivora yang memakan karnivora di tingkat trofik tiga termasuk
dalam anggota iingkat trofik keempat.
Ekosistem
mangrove juga merupakan daerah asuhan, berkembang biak, dan mencarimakan
berbagai jenis ikan dan udang. Oleh karena itu keberadaan ekosistem
mangrovesangat penting dalam menjaga kelestarian stok perikanan. Ekosistem
mangrove jugaberperan untuk menjaga stabilitas garis pantai.Pada umumnya fauna
yang hidup di hutan mangrove adalah serangga, crustaceae, Mollusca, ikan,
burung, reptile dan mamalia.
Hutan
bakau di beberapa daerah sebagian besar banyak yang telah beralih fungsi dan di
konversi menjadi lahan budidaya ikan maka akan terjadi pemutusan rantai makanan
yang mengandalkan nutrient yang ada di pohon mangrove tersebut. Penjelasannya
seperti ini, kita sama-sama mengetauhi bahwa rantai makanan yang terjadi di
hutan mangrove/bakau tersebut memiliki tipe rantai makanan detritus, rantai makanan
ini sumber utamanya dari hasil penguraian guguran daun dan ranting yang
dihancurkan oleh bakteri dan fungi sehingga menghasilkan detritus, hancuran detrirus
ini menghasilkan nutrient yang sangat penting bagi cacing, mollusca, crustaceae
dan hewan lainnya. Dengan rantai tersebut apabila hutan bakau ini di ubah
menjadi lahan budidaya maka, cacing, crustacean, mollusca dan hewan lainnya
tidak mendapatkan nutrient yang cukup utuk perkembangan kehidupannya. Bakteri
dan fungi akan dimakan oleh sebagian protozoa dan avertebrata, kemudian protozoa dan avertrtebrata akan dimakan oleh
karnivora sedang yang selanjutnya di makan oleh karnivora tingkat tinggi, Juwana
(1999).
fungi
dan bakteri yang tadinya hidup untuk menguraikan dedaunan bakau/mangrove yang
sudah jatuh dan seperti itu kehidupannya maka bakteri dan fungi tersebut akan
berkurang. Mungkin untuk selanjutnya tidak ada yang berubah karena protozoa dan
avertebrata memakan baketri dan fungi yang kita tahu bahwa lahan tersebut
tinggal beberapa jenis bakteri dan fungi.
Menurut
Hernandhi hidayat (2010) mata rantai makanan yang terdapat pada ekosistem
mangrove terdiri atas 2 jenis yaitu :
1. Rantai
Makanan Langsung
Pada rantai makanan
langsung yang bertindak sebagai produsen adalah tumbuhan mangrove. Tumbuhan
mangrove ini akan menghasilkan serasah yang berbentuk daun, ranting, dan bunga
yang jatuh ke perairan. Selanjutnya sebagai konsumen tingkat 1.adalah ikan-ikan
kecil dan udang yang langsung memakan serasah mangrove yang jatuh tersebut.
Untuk konsumen tingkat 2 adalah organisme
karnivora yang memakan ikan-ikan kecil dan udang tersebut. Selanjutnya
untuk konsumen tingkat 3 terdiri atas ikan-ikan besar maupun burung – burung
pemakan ikan. Pada akhirnya konsumen tingkat 3 ini akan mati dan diuraikan oleh
detritus sehingga akan menghasilkan senyawa organic yang bisa dimanfaatkan oleh
tumbuhan mangrove tersebut.
Diagram rantai makanan langsung
2. Rantai
Makanan Tidak Langsung / Rantai Detritus.
Pada rantai makanan
tidak langsung atau rantai detritus ini melibatkan lebih banyak organisme.
Bertindak sebagai produsen adalah mangrove yang akan menghasilkan serasah yang
berbentuk daun, ranting, dan bunga yang jatuh ke perairan. Selanjutnya serasah
ini akan terurai oleh detrivor / pengurai. Detritus yang mengandung senyawa organic kemudian akan
dimakan oleh Crustacea, bacteria, alga, dan mollusca yang bertindak sebagai
konsumen tingkat satu. Khusus untuk bacteri dan alga akan dimakan protozoa
sebagai konsumen tingkat dua. Protozoa ini kemudian akan dimakan oleh amphipoda
sebagai konsumen tingkat tiga. Lalu, baik crustacea ataupun amphipoda ini
dimakan oleh ikan kecil (Konsumen Tingkat 4) dan kemudian akan dimakan oleh ikan
besar (konsumen 5). Selanjutnya untuk konsumen tingkat enam terdiri atas
ikan-ikan besar maupun burung – burung pemakan ikan dan pada akhirnya konsumen
tingkat enam ini akan mati dan diuraikan oleh detritus sehingga akan
menghasilkan senyawa yang bisa dimanfaatkan oleh tumbuhan mangrove tersebut.
Diagram
rantai makanan tidak langsung
1.3.2. jaring- jaring makanan
Rantai
ini dimulai dengan produksi karbohidrat dan karbon oleh tumbuhan melalui proses
Fotosintesis. Sampah daun kemudian dihancurkan oleh amphipoda dan
kepiting.(Head, 1971; Sasekumar, 1984). Proses dekomposisi berlanjut melalui
pembusukan daun detritus secara mikrobial dan jamur (Fell et al., 1975; Cundel
et al., 1979) dan penggunaan ulang partikel detrital (dalam wujud feses) oleh bermacam-macam
detritivor (Odum dan Heald, 1975), diawali dengan invertebrata meiofauna dan
diakhiri dengan suatu spesies semacam cacing, moluska, udang-udangan dan
kepiting yang selanjutnya dalam siklus dimangsa oleh karnivora tingkat rendah.
Rantai makanan diakhiri dengan karnivora tingkat tinggi seperti ikan besar,
burung pemangsa, kucing liar atau manusia.
Sumber energi lain yang
juga diketahui adalah karbon yang di konsumsi ekosistem mangrove (contoh
diberikan oleh Carter et al., 1973; Lugo dan Snedaker 1974; 1975 dan Pool et
al; 1975). Dalam siklus ini dimasukan input fitoplankton, alga bentik dan
padang lamun, dan epifit akar Odum et al. (1982)..Sebagai contoh fitoplankton
mungkin berguna sebagai sebuah sumber energi dalam mangrove dengan ukuran yang
besar dari perairan dalam yang relatif bersih.Akar mangrove penyangga epifit
juga memiliki produksi yang tinggi. Nilai produksi perifiton pada akar
penyangga adalah 1,4 dan 1,1 gcal/m2/d telah dilaporkan. (Lugo et al. 1975;
Hoffman and Dawes,1980). Secara umum jaring makanan di ekosistem mangrove
disajikan pada Gambar 4-2.
Jaring
jaring makanan ekosistem mangrove
1.3.3 Hubungan Saling Ketergantungan Antara
Komponen.
Ekosistem tersusun dari
beberapa komponen.Antara komponen-komponen ekosistem terjadi saling
ketergantungan, yang berupa makan dimakan, atau dalam bentuk persekutuan
hidup.Makhluk tergantung pada lingkungannya, baik lingkungan abiotik atau
biotik.Keadaan komponen abiotik yang sesuai bagi satu jenis makhluk berbeda
untuk jenis makhluk yang lainnya.Dalam ekosistem lingkungan abiotik sangat
menentukan jenis-jenis makhluk yang dapat sesuai dengan lingkungan tertentu.
Di daerah sekitar muara
sungai, tanahnya berlumpur dan hampir selalu tergenang air.Kadar garam tinggi
dan kandungan oksigen dalam tanah rendah.Di daerah berlumpur, tumbuhan bakau
merupakan salah satu tumbuhan yang khas. Mempunyai ciri yang khas pada struktur
akar dan cara berkembangbiaknya. Tumbuhan dan hewan yang hanya ada di daerah
pegunungan hidupnya tergantung pada keadaan suhu yang cukup rendah. Cacing yang
hidup di dalam tanah akan menyebabkan adanya rongga-rongga dalam tanah.
Rongga-rongga tersebut akan terisi oksigen sehingga kadar oksigen dalam tanah
bertambah.
Di daerah yang banyak
pohon terasa lebih sejuk dibandingkan dengan yang jarang ada
pohonnya.Pohon-pohon yang besar dapat mempengaruhi suhu suatu tempat.Dari
hal-hal di atas tampak bahwa komponen biotik dan abiotik itu saling
mempengaruhi.
Saling ketergantungan
dapat terjadi antara:
Ø Komponen
biotik dengan biotik yang lain, seperti:
o Saling
ketergantungan antara mahkluk hidup yang sejenisantungan antara komponen biotik
dan abiotik.
o Hewan
jantan dengan hewan betina untuk dapat berkembangbiak.
o Semut
yang satu dengan semut lain saat membawa makanan.
o Saling
ketergantungan antara mahluk hidup yang tak sejenis.
o Bunga
membutuhkan kupu-kupu untuk melakukan penyerbukan.
o Ulat
membutuhkan tumbuhan untuk makanannya.
Ø Komponen
biotik dengan abiotik, seperti:
o Tumbuhan
hijau membutuhkan air, CO2, dan sinar matahari untuk proses fotosintesis.
o Semua
mahluk hidup membutuhkan O2 untuk bernafas.
1.4.
Aliran Energy dan Siklus Material .
1.4.1
Aliran Energi
Energi dari sinar
matahari merupakan tenaga penegndali dari semua ekosistem.Tumbuhan dengan
memanfaatkan tenaga yang berasal dari sinar matahari mempunyai kemampuan untuk
menyerap dan mengumpulkan nutrisi dari tanah dan gas dari udara untuk
menghasilkan makanannya.Energi beredar dalam ekosistem dalam bentuk rantai
makanan dan jaring-jaring makanan dari suatu tingkat rofik ke tingkat trofik
berikutnya. Dengan cara demikianlah energi mengalir dalam sistem alam ini. Para
ahli ekologi mempunyai pandangan, secara tradisional terhadap aliran energi
dalam ekosistem ini sama dengan para ahli ilmu lainnya, yaitu mengamati aliran
energi dalam sistem fisika. Mereka secara formal memahami bahwa energi dalam
sistem dalam berbagai bentuk.
Aliran energi merupakan
rangkaian urutan pemindahan bentuk energi satu ke bentuk energi yang lain
dimulai dari sinar matahari lalu ke produsen, ke konsumen primer (herbivora),
ke konsumen tingkat tinggi (karnivora), sampai ke saproba[1], aliran energi
juga dapat diartikan perpindahan energi dari satu tingkatan trofik ke tingkatan
berikutnya. Pada proses perpindahan selalu terjadi pengurangan jumlah energi
setiap melalui tingkat trofik makan-memakan. Energi dapat berubah menjadi
bentuk lain, seperti energi kimia, energi mekanik, energi listrik, dan energi
panas. Perubahan bentuk energi menjadi bentuk lain ini dinamakan transformasi
energi.
Aliran
nenrgi ekosistem mangrove
Materi anorganik yang
masuk ke lingkungan mangrove akan dimanfaatkan oleh produsen dalam hal ini
adalah tumbuhan mangrove untuk kebutuhan fotosintesis. Nutrien tersebut berupa
Karbon organik, Nitrogen, dan
Posfat dan bentuk nutrien yang lainnya.
Mangrove akan
menghasilkan serasah berupa bunga, ranting dan daun mangrove yang jatuh ke
perairan sebagian akan tenggelam atau terapung di perairan tersebut dan
sebagian lagi akan terbawa oleh arus laut ke daerah lain. Serasah yang
dihasilkan oleh pohon-pohon mangrove merupakan landasan penting bagi produksi
ikan di muara sungai dan daerah pantai.
Zat organik yang
berasal dari penguraian serasah hutan mangrove ikut menentukan kehidupan ikan
dan invertebrata di sekitarnya dalam rantai makanan.
Proses Aliran Energi dalam Ekosistem
Aliran energi dalam ekosistem
mengalami tahapan proses sebagai berikut :
1)
Energi masuk ke dalam ekosistem berupa energi matahari, tetapi tidak
semuanya dapat digunakan oleh tumbuhan dalam proses fotosintesis. Hanya sekitar
setengahnya dari rata-rata sinar matahari yang sampai pada tumbuhan diabsorpsi
oleh mekanisme fotosintesis, dan juga hanya sebagian kecil, sekitar 1-5 %, yang
diubah menjadi makanan (energi kimia). Sisanya keluar dari sistem berupa panas,
dan energi yang diubah menjadi makanan oleh tumbuhan dipakai lagi untuk proses
respirasi yang juga sebagai keluaran dari sistem.
2)
Energi yang disimpan berupa materi tumbuhan mungkin dilakukan melalui
rantai makanan dan jaring-jaring makanan melalui herbivora dan detrivora.
Seperti telah diungkapkan sebelumnya, terjadinya kehilangan sejumlah energi
diantara tingkatan trofik, maka aliran energi berkurang atau menurun ke arah
tahapan berikutnya dari rantai makanan.Biasanya herbivora menyimpan sekitar 10
% energi yang dikandung tumbuhan, demikian pula karnivora menyimpan sekitar 10
% energi yang dikandung mangsanya.
3) Apabila materi tumbuhan tidak dikonsumsi,
maka akan disimpan dalam sistem, diteruskan ke pengurai, atau diekspor dari
sistem sebagai materi organik.
4) Organisme-organisme pada setiap tingkat
konsumen dan juga pada setiap tingkat pengurai memanfaatkan sebagian energi untuk
pernafasannya, sehingga terlepaskan sejumlah panas keluar dari sistem
5) Dikarenakan ekosistem adalah suatu sistem
terbuka, maka beberapa materi organik mungkin dikeluarkan menyeberang batas
dari sistem. Misalnya akibat pergerakan sejumlah hewan ke wilayah, ekosistem
lain, atau akibat aliran air sejumlah gulma air keluar dari sistem terbawa
arus.
1.4.2 siklus biogeokimia pada ekosistem mangrove
Siklus biogeokimia atau
siklus organikanorganik adalah siklus unsuratau senyawa kimia yang mengalir
dari komponen abiotik ke biotik dankembali lagi ke komponen abiotik.Siklus
unsur-unsur tersebut tidak hanyamelalui organisme, tetapi juga melibatkan
reaksireaksi kimia dalamlingkungan abiotik sehingga disebut siklus biogeokimia.
Siklus materi vegetasi
mangrove dapat digambarkan dari siklus biogeokimia yang meliputi:
1. Siklus karbon
Siklus karbon terjadi
ketika organisme – organisme hidup yang ada melakukan proses respirasi,
terutama pada hewan – hewan yang ada di ekosistem tersebut. Dalam respirasi CO2
yang dihasilkan akan digunakan oleh tanaman yang tidak lain adalah mengrove
untuk proses fotosintesis. Hasil dari fotosintesis yang berupa O2 akan
digunakan lagi oleh mahluk hidup dalam proses respirasi lagi. Selain itu CO2
juga dihasilkan dari penguraian organisme – organisme mati oleh decomposer. CO2
yang dihasilkan akan kembali keatmosfer dan digunakan lagi oleh organisme yang
membutuhkan.
2. Siklus Oksigen
Siklus oksigen( O2 )
sama seperti siklus karbon melalui proses fotosintesis dan respirasi.
3. Siklus Nitrogen
Siklus nitrogen pada
ekosistem mangrove hanya sedikit terjadi.Siklus terjadi melalui dekomposisi
organisme mati oleh bakteri – bakteri yang sudah mati. Hasil penguraian berupa
Amonia yang kemudian akan digunakan oleh tanaman mangrove untuk pertumbuhan dan
perkembangannya.
4. Siklus Forfor
Sama seperti siklus
nitrogen, fosfor organik berawal dari organisme – organisme yang sudah mati dan
diuraikan oleh decomposer menjadi fosfor anorganik yang kemudian akan terlarut
di air dan tanah, mengendap di sedimen. Disedimen laut fosfor akan terkikis dan
kemudian akan diserap oleh akar tanaman mangrove.
5. Siklus Air
Siklus air melibatkan
proses evaporasi, transpirasi, presipitasi dan kondensasi. Siklus air akan
berputar melaluitanah, laut dan udara. Pada ekosistem mangrove siklus diawali
dari proses transpirasi dan evaporasi dari lingkungan biotik dan abiotik yang
ada. Dari proses evaporasi dan transpirasi air yang berupa uap akan menuju ke
atmosfer dan berkondensasi membentuk awan. Setelah terbentuk konsentrasi air
yang cukup, kemudian air ini diturunkan ke bumi melalui proses presipitasi
kedaratan atau kembali ke laut. Bagi air yang jatuh di daratan, air ini
kemudian akan meresap ke bawah tanah dan mengalir ke arah laut. Kemudian akan
terjadi proses evaporasi dan transpirasi lagi. Proses ini akan terus berulang
sehingga membentuk sebuah siklus. Pada siklus air cahaya matahari dan gravitasi
akan terus menerus mempengaruhi pergerakan air di permukaan bumi
(Indriyanto,2006).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar