Senin, 23 Juni 2014

makalah mangrove

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1.  Gambaran Umum Lokasi Penelitian Ekosistem Mangrove  Daerah Sungai Api-Api Kecamatan Bukit Batu Kabupaten Bengkalis

Penelitian ekosistem mangrove di laksanakan pada hari minggu,tanggal 4 Mei 2014.Penelitian ekosistem mangrove ini di lakukan di kecamatan bukit batu kabupaten bengkalis. Penelitan ini dilakukan di dua tempat yaitu daerah pertama di sungai api-api dan daerah kedua di pantai bukit batu.
Sungai api-api terletak di kabupaten bengkalis, tepatnya sungai ini berada di depan selat bengkalis. Pada daerah ini di dapati ekosistem mangrove yang masih bagus dan utuh, karena masih banyak jenis mangrove yang bisa dijumpai di sana. Selain itu juga dapat dilihat perbedaan morfologi dari tiap jenis mangrove baik itu dari segi akar,buah,daun dan bunga.
Di daerah sungai ini vegetasi mangrove secara khas memperlihatkan adanya pola zonasi, hal ini berkaitan erat dengan tipe tanah ( lumpur,pasir, atau gambut),terhadap hempasan gelombang, salinitas, serta pengaruh pasang surut. Ituterlihat dari posisi tumbuh mangrove yang tertata rapi bersap-sap baik itu di ujung sungai maupun sampai masuk ke daerah dalam sungai.Pada daerah ini tampak jelas sistem perakaran yang sangat berbeda tiap zonasinya dimana ini bentuk dari adaptasi tumbuhan mangrove terhadap lingkungannya, terutama pasang air laut yang tinggi.
Beberapa  faktor lingkungan yang penting dalam mengontrol zonasi mangrove adalah :
·         Pasang surut yang secara tidak langsung mengontrol dalamnya muka air dan salinitas air tanah, secara langsung arus pasang surut dapat menyebabkan kerusakan pada anakan.
·         tipe tanah yang secara tidak langsung menetukan tingkat aerasi tanah, tingginya muka air dan drainase.
·         Kadar garam tanah dan air yang berkaitan dengan toleransi spesies terhadap kadar garam.
·         Cahaya yang berpengaruh terhadap pertumbuhan anakan dari spesies intoleran seperti rhizopora,avicennia dan sonneratia.
·         Pemasokan di aliran air tawar.

 
Gambar 1.peta daerah sungai api-api kecamatan bukit batu

Tipe tanah pada lokasi ini yaitu berlumpur, walaupun pada bagian ujung sungai tanahnya tampak seperti serpihan-serpihan kayu, tetapi dibawah serpihan kayu itu adalah tanah yang berlumpur, serpihan kayu itu hanya dibawa oleh air laut dan menutupi tanah di lokasi tersebut.Tanah yang berlumpur merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan tanaman mangrove banyak tumbuh di lokasi ini, sehingga tak heran jika banyak tanaman mangrove yangdi jumpai di lokasi ini dengan beragam jenis.
Lokasi yang ke dua yaitu pantai bukit batu,tampak sekali perbedaan ekosistem mangrove yang nyata antara pantai bukit batu dan sungai api-api. Pada pantai bukit batu ini dengan tanah yang berpasir putih ( seperti pada pasir pantai umumnya) tetapi pada dasarnya tanah di pantai ini berlumpur hanya saja ditutupi pasir putih pantai diatasdi dapat lumpurnya, itu terbukti saat tanah itu digali maka terdapat lumpur dibagian bawah pasir pantai ini. Ekosistemmangrove tidak terlihat seperti ekosistem mangrove di sungai api-api. Pada daerah ini tanaman mangrove tidak beragam, hanya beberapa jenis saja yang masih berada di sana.
Posisi geografis kabupaten bengkalis yang berbatasan dengan selat melaka menjadikan wilayah pantai utara bengkalis rentan terhadap terjadinya proses abrasi pantai. Terjadinya proses abrasi ini akibat besarnya energi gelombang yang dihasilkan di perairan selat melaka. Disamping itu terjadinya ekploitasi mangrove secara tidak terkendali dan ilegal loging juga mengakibatkan kerusakan ekosistem mangrove, sehingga salah satu fungsi ekologis hutan mangrove sebagai penahan gelombang dan ombak menjadi hilang, hal ini yang mengakibatkan tingginya abrasi diwilayah pantai tersebut.

Dari penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa sedikitnya tumbuhan mangrove yang terdapat di daerah ini serta sedikitnya jenis spesies yang terdapat disini, yaitu rata-rata ditumbuhi oleh avicennia di akibatkan oleh abrasi pantai, sehingga banyak spesies yang mati dan hanyut oleh air laut. Hal tersebut terlihat atau diketahui karena dijumpai bekas tunggul tanaman mangrove yang berada jauh diujung pantai.
              Gambar 2. Lokasi ke dua, pantai bukit batu kabupaten bengkalis
2.2.  Keanekaragaman Hayati Ekosistem Mangrove Sungai Api-Api Dan Pantai Bukit Batu Kecamatan Bukit Batu Kabupaten Bengkalis

2.1.1. Fauna Ekosistem Mangrove di Sungai Api-Api Dan Pantai Bukit Batu Kecamatan Bukit Batu Kabupaten Bengkalis
     Ekosistem mangrove merupakan habitat dari berbagai fauna, baik fauna khas mangrove maupun fauna yang berasosiasi dengan mangrove seperti primata, reptilia, dan burung. Selain sebagai tempat berlindung dan mencari makan mangrove juga merupakan tempat berkembang biak bagi burung air.bagi berbagai jenis ikan dan udang perairan mangrove merupakan tempat ideal sebagai daerah asuhan, tempat mencari makan dan pembesaran anak. Fauna yang terdapat di ekosistem mangrove di sungai api-api ini  hampir mewakili semua filum , yaitu meliputi aves, amphibi, pisces,mamalia,dan lain-lain.
Adaptasi beberapa fauna tersebut di uraikan secara ringkas sebagai berikut :
a.       Fauna Darat
Ø  Mamalia
         Kebanyakan mamalia hutan mangrove di sungai api-api ini berdaptasi dengan cara tetap beraktifitas di atas pohon.namun, ada juga mamalia yang hidup di darat walaupun sewaktu-waktu naik keatas pohon pada saat sedang pasang.prilaku ini merupakan adaptasi yang berupa menghindari habitat yang tidak sesuai bagi fauna tersebut untuk melakukan aktifitas.contoh mamalia yang terdapat di sungai api-api seperti babi liar, monyet, kelelawar, dan kancil bisa saja di temukan di sekitar hutan mangrove ini. Sedangkan pada daerah yang kedua yaitu pantai bukit batu mamalia yang ada mungkin hanya beberapa saja seperti kelelawar,hal ini di karenakan letak nya ditepi pantai sulit untuk mamalia darat berasosiasi di tempat ini.


http://mw2.google.com/mw-panoramio/photos/medium/38991584.jpg

                      Gambar monyet di pohon mangrove

Ø  Burung
         Adaptasi pada burung terutama di tunjukkan guna mendapatkan makanan.paruh burung mangrove yang biasa lebih panjang dibandingkan hidup didarat berguna untuk mencari makanan di lumpur.burung yang memiliki cantel lebih kuat merupakan adaptasi untuk dapat memecahkan cangkang kerang-kerangan yang keras.sedangkan rentang sayap dan ekor yang membulat berguna untuk meningkatkan manufer burung terbang melalui tajuk hutan mangrove yang terdiri atas beberapa strata.jenis-jenis burung yang hidup didaerah mangrove tampaknya tidak terlalu berbeda dengan jenis yang hidup didaerah hutan sekitarnya.mereka menggunakan mangrove sebagai habitat untuk mencari makan, berbiak atau sekedar beristirahat. contoh burung yang terdapat pada ekosistem mangrove di sungai api-api seperti burung bangau (ciconiidae) yang bisa dijumpai dipantai bukit batu, burung raja udang (Alcedinidae) yang bisa saja di temui di sungai api-api.
         Pada saat melakukan pengamatan dikedua tempat ini kami tidak menemukan burung di pohon bakau, hal ini di karena kan adanya faktor yang mengganggu keberadaan burung tersebut sehingga ia lebih memilih bersembunyi sehingga burung tersebut tidak ditemukan.tetapi, mengingat bahwa ekosistem mangrove sangat berperan penting dalam ekosistem di sekitarnya maka dapat diketahui bahwa burung yang dapat di jumpai di ekosistem mangrove ini adalah burung hantu dan burung
http://nimadesriandani.files.wordpress.com/2012/05/burung-bangau.jpg

elang.
                       Gambar. burung bangau dihutan mangrove

Ø Reptil
http://www.mongabay.co.id/wp-content/uploads/2013/04/Ular-Bakau-yang-ditemui-di-kawasan-Teluk-Balikpapan_HENDAR.jpg

              Reptil merupakan salah satu jenis hewan yang dijumpi di ekosistem mangrove pada sungai api-api,.jenis-jenis reptilia yang umum di temukan seperti buaya muara, biawak. Ular salah satu reptilia yang paling sering dijumpai di pohon mangrove.biasanya ular berada di atas pohon mangrove.selain itu terkadang warna pada ular tersebut menyerupai warna pada daun mangrove, sehingga sulit membedakan nya dan tentu saja harus berhati-hati apabila berada disekitaran hutan mangrove.
             Gambar. Ular  bakau yang bisa dijumpai di hutan mangrove
Ø  Amfibi
              Amfibi merupakan salah satu hewan yang bisa di jumpai di ekosistem mangrove,seperti yang di ketahui bahwa amfibi bisa hidup di darat dan di perairan.didalam air katak dewasa beradaptasi terhadap kadar garam air yang tinggi dengan cara mempertahankan urea dalam cairan tubuhnya guna meningkatkan tekanan osmotik mendekati tekanan osmotik air laut.tetapi, pada umumnya sangat sedikit sekali amfibi dapat di temukan bertahan hidup pada lingkungan yang berair asin seperti lingkungan mangrove.
Ø  Serangga

              Banyak jenis serangga yang di jumpai pada ekosistem mangrove sungai api-api ini seperti semut,laba-laba,dan anai-anai.banyak jenis dari serangga ini yang melekatkan telurnya di dalam buah tumbuhan mangrove dan beberapa spesies lainnya meletakkan telurnya dalam kantung air yang terdapat pada lubang atau celah batang pohon.sejumlah nyamuk meletakkan telurnya dalam liang kepiting yang airnya selalu tersedia.Jenis serangga ini hanya di jumpai pada sungai api-api tetapi tidak di jumpai pada pantai bukit batu. Hal ini dikarenakan karena pohon mangrove selalu tergenang diair laut.
                             Gambar . semut pada daun mangrove


Ø  Molusca

              Mulusca sangat banyak ditemukan di area mangrove baik itu di sungai api-api maupun di pantai bukit batu.jenis molusca yang sering di temui seperti kepiting, udang, siput, kerang2an dan umang-umang.jenis dari molusca ini menggunakan mangrove sebagai habitat untuk mencari makan dan berbiak.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2HC9B-yqEmUax36EJuW_B1zCZhKIXRE0GiSZHJR3HpKeWG898rcSNO-32aJqNAgxnNoWSmjHq2la7Nx-ge2qZk96G4NwZaCtPOz8wle9hz1_bs3prasaEs990bU0HHQUhqJjFH3w_40g/s1600/Polymesoda+expansa_FM.JPG

                            Gambar. Kepiting kecil di pantai bukit batu
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiEzyis2QF4ipgwWWdRyNlusLiuB7miIR8hxmMnlHdh_lN_P_iu4hYbymam4tXyu2vqT7b6Yqv7PNK4j0pROUYNQugSw80rXGuNKfG9WMq8s5D2EkvuPsKYHMfUiz80xNTYuZyKqsHJVvk/s1600/Cerithidea+cingulata_FM.JPG

                   Gambar. kerang yang ada di ekosistem mangrove
      Gambar . siput yang ada di ekosistem mangrove sungai api-api
Ø  Ikan (pisces)

              Ikan menjadikan areal mangrove sebagai tempat pemijahan, habitat permanen dan tempat berkembang biak.sebagai tempat pemijahan,areal mangrove berperan penting karena menyediakan naungan serta mengurangi tekanan predator, khususnya ikan predator.dalam kaitan nya dengan makanan hutan mangrove menyediakan makanan bagi ikan dalam bentuk material organik yang terbentuk dari jatuhan daun.beberapa jenis ikan seperti ikan tembakul (Periophthalmus spp) dan ikan buntal.
               Gambar . ikan  tembakul di ekosisitem mangrove

                         
                      Gambar. Ikan buntal yang di temui di pantai bukit batu

2.2.2.      Flora  Ekosistem Mangrove di Sungai Api-Api Dan Pantai Bukit Batu Kecan Bematan Bukit Batu Kabupaten Bengkalis
    
     Keragaman flora di ekosistem mangrove di keduat tempat penelitian ini sangat berbeda.Di sungai api-api keanegaraman ekosistem mangrove lebih banyak dibandingkan dengan ekosistem mangrove di pantai bukit batu, hal ini jelas karena adanya pengaruh abrasi yang terjadi di pantai tersebut, sehingga banyak spesies yang mati. Berikut ini akan dijelaskan keragaman flora di sungai api-api dan pantai bukit batu.

a.       Sungai Api-Api
     Keragaman flora di daerah ini sangat beragam, begitu juga dengan spesies dari mangrove.Beberapa spesies dari tanaman mangrove ini ditemukan di daerah ini. Berikut akan di jelaskan tentang keanekaragaman flora di sungai api-api ini baik itu spesies –spesies mangrove maupun flora lain yang terdapat disungai api-api ini. 
·         Spesies Mangrove yang Terdapat di Sungai Api-Api
Beberapa  spesies mangrove dapat  ditemukan di daerah ini, ini dikarenakan daerah ini masih sangat bagus, sehingga masih bisa ditemukan beberapa spesies di daerah ini. Berikut spesies-spesies mangrove yang ditemukan didaerah ini.
·         Avicennia alba
     Avicennia alba merupakan spesies mangrove yang terletak paling luar yang berhadapan langsung dengan laut. Zona ini umumnya memiliki substrat lumpur, lembek dan salinitas tinggi. Zona ini merupakan zona vioner karena jenis tumbuhan yang ada memiliki perakaran yang kuat untuk menahan pukulan gelombang, serta mampu membantu dalam proses penimbunan sedimen.

      gambar a. tanaman Avicennia alba .b. gambar bentuk & posisi daun Avicennia alba

gambar a. bunga Avicennia alba .b. buah Avicennia alba

Gambar . perkaranan Avicennia alba
     Berikut ciri-ciri morfologi avicennia alba dilihat dari daun,bunga,buah,dan sistem perakarannya.
-          Nama setempat           : Api-api, mangi-mangi putih, boak,koak,sia-sia
-          Skripsi umum              : belukar atau pohon dengan ketinggian mencapai 5-25 m, banyak bercabang, kulit keabu-hitam, banyak membentuk kumpulan pohon membentuk sistem perakaran horizontal dan akar napas yang rumit.
-          Bentuk akar                 : akar berbentuk cakar ayam untuk pernapasan, biasanya tipis, berbentuk jari yang ditutupi lentisel, seperti pensil berbentuk selinder tipis dengan ujung bulat, tidak terlalu tinggi, akar ramping.Jenis api-api ini menumbuhkan akar napas yang muncul dari pekatnya lumpur untuk mengambil oksigen dari udara.
-          Daun                           : permukaan halus, bagian atas hijau mengkilat, bawahnya pucat, bentuk : lanset kadang elips, ujung : meruncing
-          Bunga                          : seperti trilusa dengan gerombolan bunga ( kuning ) hampir di sepanjang ruas tandan. Letak : di ujung / pada tangkai bunga. Formasi : bulir ( ada 10-30 bunga pertandan). Daun mahkota : 4, kuning cerah, 3-4 mm. Kelopak bunga : 5. Bennag sari : 4
-          Buah : seperti kerucut /cabe/mente. Hijau muda kekuningan. Ukuran 4 x 2 cm.
-          Penyebaran                  : ditemukan diseluruh indonesia. Dari india sampai indo cina, melalui malasyia dan indonesia hingga ke filipina.
-          Manfaat                       : kayu bakar dan bahan bangunan bermutu rendah. Getah dapat digunakan untuk mencegah kehamilan. Buah dapat dimakan.


·         Hibiscus tiliaceus
Gambar a. tanaman Hibiscus tiliaceus.b. letak & posisi daun Hibiscus tiliaceus


 

     Hibiscus tiliaceus merupakan  tumbuhan khas dipantai tropis dan sering kali berasosiasi dengan mangrove. Juga umum disepanjang pinggiran sungai dikawasan darataan rendah.Pembungaan sepanjang tahun, biji mengapung dan dapat tumbuh meskipun dimasuki air laut.
http://www.wetlandpark.gov.hk/images/flora_02_06.jpg

                                         Gambar . bunga Hibiscus tiliaceus                        

-          Nama setempat           : waru laut, waru langit, waru langkong,siron,waru lot, waru lenga, waru lengis, baru, kabaru,bahu, molowahu.
-          Deskripsi umum          : pohon yang tumbuh tersebar dengan ketinggian hingga mencapai 15 m. Kulit kayu halus, burik-burik,bewarna cokelat keabu-abuan
-          Daun                           : agak tipis , berkulit dan permukaan bawah berambut halus dan berwarna agak putih. Unit &letak : sederhana dan bersilang. Bentuk : seperti hati. Ujung : meruncing. Ukuran : 7,5-15 x 7,5-14,5 cm.
-          Bunga                          : berbentuk lonceng. Saat mekar sore hari, berwarna kuning muda dengan warna jingga/gelap dibagian tengah dasar, lalu keesokan harinya keseluruhan bunga jadi jingga dan rontok .dasar dari ganggang tandan bunga yang memanjang ditutupi oleh pinak daun yang kemudian akan jatuh dan menyisakan  tonjolan berbentung cincin. Letak : diketiak daun. Formasi : soliter atau berkelompok ( 2-5). Daun mahkota : kuning, diameter 5-7 cm. Kelopak bunga : 5, bergerigi, tangkai putik : ada 5 ( tidak menyatu ), dengan kepala putik berwarna ungu kecoklatan.
-          Buah                            : membuka menjadi 5 bagian, dan memiliki biji khas yang berambut. Ukuran :diameter buah sekitar 2 cm.
-          Penyebaran                  : di seluruh indonesia. Pan-tropis , setidaknya di penyemaian. Penyebaran geografis serta sifat ekologi alami belum diketahui secara pasti.
-          Manfaat                       : ditanama sebagai pohon penuduh di taman. Akarnya digunakan sebagai obat demam.  Serat kayu digunakan sebagai tali. Daun kadang-kadang digunakan sebagai makanan ternak. Kayu digunakan sebagai bahan pembutan bagian dalam perahu.

·         Sonnertia alba
Gambar a. potret  sonneritia alba secara keseluruhan .b. bentuk daun sonneritia alba

 

     Sonneratia alba tumbuh dibagian yang kurang asin di hutan mangrove, pada tanah lumpur yang dalam, seringkali sepanjang sungai kecil dengan air yang menglir pelan dan terpengaruh oleh pasang surut. Tidak pernah tumbuh pada pematang /daerah berkarang.Juga tumbh di sepanjang sungai, mulai dari bagian hulu dimana pengaruh pasang surut masih terasa, serta di areal yang masih didominasi dimana pengaruh pasangti surutmasih terasa, serta di areal yang masih didominasi oleh air tawar.Tidak toleran terhadap naungan. Ketika bunga berkembang penuh ( 20.00 malam ), bunga berisi banyak nektar.pembungaan terjadi sepanjang tahun, biji terapung. Selama hujan lebat kecenderungan daun akan berubah dari horizontal menjadi vertikal.


Gambar a. buah sonneritia alba.b.bunga sonneritia alba


-          Nama setempat           : Pedada, perepat, pidadabogm, bidada, rambai, wahat putih, beropak
-          Deskripsi umum          : pohon selalu hijau, tumbuh tersebar, ketinggian kadang-kadang hingga 15 m. Kulit kayu berwarna putih tua hingga coklat, dengan celah longitudinal yang halus. Akar berbentuk kabel dibawah tanah dan muncul kepermukaan sebagai akar napas yang berbentuk kerucut tumpul dan tingginya mencapai 25 cm.
-          Daun                           : daun berkulit, memiliki kelenjar yang tidak berkembang pada bagian pangkal ganggang daun. Ganggang daunnya panjangnya 6-15 mm. Unit dan letak : sederhana & berlawanan . bentuk : bulat telur terbalik. Ujung : membudar. Ukuran : 5- 12,5 x 3-9 cm.
-          Bunga                          :  biseksual : gagang bunga tumpul panjangnya 1 cm. Letak : di ujung atau pada cabang kecil. Formasi : soliter-kelompok ( 1-3 bunga perkelompok ). Daun mahkota : putih, mudah rontok. Kelopak bunga : 6-8;berkulit;bagian uar hijau , didalam kemerahan. Seperti lonceng, panjangnya 2-2,5 cm. Benang sari : banyak , ujungnya putih dan pangkalnya kuning, mudah rontok.
-          Buah                            : seperti bola, ujungnya bertangkai dan bagian dasarnya terbungkus kelopak bunga. Buah mengandung banyak biji ( 150- 200 biji ) dan tidak akan membuka pada saat telah matang. Ukuran :  diameter 3,5-4,5 cm.
-          Sistem perakan            : perakaran pneunatrofor, merupakan akar napas, akar keluar dari dalam tanah seperti pensil, tegak kepermukaan, lancip, berwarna cokelat muda- cokelat tua. Kulit akar mudah terkelupas, bagian dala akar berwarna merah. Berasal dari akar pokok yang berasal dari dalam tanah.
-          Manfaat                       : buahnya asam dapat dimakan. Di sulawesi, kayu dibuat untuk perahu dan bahan bakar ketika tidak ada bahan bakar lain. Akar napas digunakan oleh orang irian untuk gabus dan pelampung.

·         Lumnitzera racemosa

     Tumbuh pada substrat yang halus, pada bagian tepi atas dari jalan air.Memerlukan masukan air tawar tahunan yang tinggi.Jarang terdapat diluar zona pantai.Biasanya tumbuh pada tegaka yang berkelompok memliki sistem perakaran yang rapat dan kuat yang tersesuaikan lebih baik terhadap perubahan masukan air, dibandingkan dengan sebagian besar jenis tumbuhan mangrove lainnya.Serbuk sari lengket daan penyerbukan nampaknya dibantu oleh lalat Drosophila.Buah yang tersesat serta adanya rongga udara pada biji membantu penyebaran mereka malalui air.Kadang-kadang bersifat vivipar.
    Gambar a. pohon Lumnitzera racemosa. b.bentuk & posisi  daun Lumnitzera racemosa

             Gambar a. buah Lumnitzera racemosa.b. bunga Lumnitzera racemosa

-          Nama setempat           : nipah, tangkal daon, buyuk, lipa.
-          Deskripsi umum          : seperti susunan daun kelapa. Panjang tandan/ganggang daun 4-9 m. Terdapat 100-120 pinak daun pada setiap tandan daun, berwarna hijau mengkilat,di permukaan atas dan berserbuk dibagian bawah. Bentuk : lanset.ujung : meruncing. Ukuran : 60-130 x 5-8 cm.
-          Bunga                          :  tandan bunga biseksual tumbuh dari dekat puncak batang pada gagang sepanjang 1-2 m. Bunga betina membentuk kepala melingkar bierdiameter 25-30 cm. Bunga jantan kuning merah, terletak dibawah kepala bunganya.
-          Buah                            :  buah berbentuk bulat, warna coklat, kaku dan berserat. Pada setiap buah terdapat satu biji berbentuk telur. Ukuran : diameter kepala buah: sampai 45  cm. Diameter biji 4-5 cm.
-          Sistem perakaran         : berupa noprominen aerial roots yaitu perakaran seperti pohon selayaknya akar berada dibawah tanah sehingga sulit diamati.
-          Manfaat                       : kayunya keras dan tahan lama, cocok untuk berbagai keperluan bahan bangunan, seperti jembatan, kapal, furnitur dan sebagainya. Ukuran lebih kecil dari L. Littorea  sehingga sangat jarang ditemukan kayu yang berukuran besar. Kulit kayu kadang – kadang digunkan sebagi pelipis.


·         Xylocarpus granatum
     Tumbuh di sepanjang pinggiran sungai pasang surut, pinggir daratan dari mangrove, dan lingkungan payau lainnya yang tidak terlalu asin.Sering kali tumbuh mengelompok dalam jumlah besar.Individu yang telah tua seringkali ditumbuhi oleh epifit.




Gambar .potret tanaman Xylocarpus granatum

     Gambar a. buah  Xylocarpus granatum.b.batang Xylocarpus granatum

-          Nama setempat           :  niri, nilih, nyireh, nyiri, nyuru, jombok gading, buli putih, buli hitam, inggili, siri, nyireg bunga,nyiri udang.
-          Deskripsi umum          : pohon mencapai ketinggian 10-20 m. Memiliki akar papan yang melebar kesamping, meliuk-liuk dan membentuk celahan-celahan. Batang seringkali berlubang, khususnya pada pohon yang lebih tua. Kulit kayu berwarna coklat muda-kekuningan, tipis dan mengelupas., sementara pada cabang yang muda, kulit kayu berkeriput.
-          Daun                           : agak tebal, susunan daun berpasangan( umumnya 2 pasang bertangkai ) dan ada pula yang menyendiri. Unit &letak : majemuk & berlawanan. Bentuk : elips-bulat telur terbalik. Ujung : membudar. Ukuran : 4,5 – 77 cm x 2,5- 9 cm.
-          Bunga                          : bunga terdiri dari dua jeni8s kelamin atau betina saja. Tandan bunga ( panjang 2-7 cm ) muncul dar dasar ( ketiak ) tangkai daun dan tangkai bunga panjangnya 4-8 mm. Letak : diketiak . formasi : gerombol acak ( 8-20 bunga pergerombol ). Daun mahkota : 4 cuping; kuning muda;panjang 3 mm. Benang sari : berwarna putih krem dan menyatu do dalam tabung.
-          Buah                            : seperti bola ( kelapa ), berat bisa 1-2 kg, berulit, warna hijau kecoklatan. Buahnya bergelantungan pada dahan yang dekat permukaan tanah dan agak bersembunyi. Didalam buah terdapat 6-16 biji besar-besar, berkayu dan berbentuk tetrahedral. Susunan biji didalam buah membingungkan seperti teka-teki ( dalam bahasa inggris disebut sebagai “ fuzzle fruit “). Buah akan pecah pada saat kering .ukuraan : buah : diameter 10-20 cm.
-          Penyebaran                  :  di indonesia, tumbuh di Jawa, Madura, Bali, Kepulauan Karimun Jawa, Sumatera,Sumba, Irian Jaya
-          Manfaat                       :  kayunya hanya tersedia dalam ukuran kecil, kadang-kadang digunakan sebagai bahan pembuatan perahu. Kulit kayu dikumpulkan karena kandungan taninnya yang tinggi.
-         

Sistem perakaran         : perakaran papan dan plank roots. Perakaran papan ini berupa sistem perakaran yang berbentuk papan. Akar keluar dari batang keluar secara radial. Akar berwarna cokelat gelap dan agak kehitaman karena tertutup substrat. Plank root perupakan sistem perakaran yang menjalar seperti perakaran normal, namun bedanya berada di atas permukaan tanah. Perkembangan akar seperti ular yang meliuk-liuk.
                           Gambar . bunga Xylocarpus granatum

                                    Gambar. Akar Xylocarpus granatum

·         Xylocarpus molucinnesis

     Jenis mangrove sejati di hutan pasang surut, pematang sungai pasang surut, serta tampak sepanjang pantai.
                        Gambar . potret tanaman xylocarpus muluccensis
Xylocarpus-moluccensis.jpg,Xylocarpus-moluccensis.jpg

         Gambar a. buah Xylocarpus muluccensis.b.bunga  Xylocarpus  muluccensis
    
-          Nama setempat           : niri/nyirih batu, nyirih,siri, jombok, perasar, kabau, raru, nyiri gundik, nyuru, mojong tihulu, pamuli.
-          Deskripsi umum          : pohon tingginya antara 5-20 m. Memiliki akar napas mengerucut berbentuk cawan. Kulit kayu halus, sementara pada batang utama memiliki guratn-guratan permukaan yang tergores dalam.
-          Daun                           :  tipis, susunan daun berpasangan ( umumnya 2-3 ps pertangkai ) dan ada pula yang menyendiri. Unit &letak : majemuk &berlawanan. Bentuk : elips – bulat telur terbalik. Ujung : meruncing. Ukuran : 4-12 cm x 2-6,5 cm.
-          Bunga                          : terdiri dari dua jenis kelamin atau betina saja. Tandan bunga ( panjang 6-18,5 cm ) muncul dari ketiak daun dan tangkai bunga panjangnya 2-10 mm. Letak : diketiak. Formasi : gerombol acak ( 10-35  bunga pergerombol ). Daun  mahkota : 4;putih kekuningan ; lonjong; tepinya bundar, panjangnya 6-7 mm. Kelopak bunga : 4 cuping; hijau kekuningan, panjang sekitar 1,5 mm. Benang sari : 8, menyatu; putih krem dan tingginya sekitar 2mm.
-          Buah                            : warna hijau, bulat jambu bangkok, permukaan berkulit dan didalamnya terdapat 4-10  kepingan biji berbentuk tetrahedral. Ukuran :8-15 cm.
-          Penyebaran                  : di indonesia terdapat Di Jawa, Bali, Maluku, NTt, Sulawesi,Kalimantan,Irian Jaya.
-         
090124ubnd6015m3.jpg

Manfaat                       : kayu di pakai untuk kayu bakar, membuat rumah, perahu, dan kadang – kadang untuk gagang keris. Biji digunakan sebagai obat sakit perut. Jamu yang berasal dari buah di pakai untuk obat habis bersalin dan meningkatan nafsu makan. Tanin kulit katyu digunakan untuk membuat jala serta sebagai obat pencernaan.
                     Gambar .akar Xylocarpus muluccensis

·         Excoearia agallocha
     Tumbuhan ini sepanjang tahun memerlukan masukan air tawar dalam jumlah besar.Umumnya di temukan pada bagian pinggir mangrove di bagian daratan,atau kadang-kadang di atas batas air pasang.Jeni ini juga ditemukan tumbuh di sepanjang pinggiran danau asin ( 90% air laut ) dipulau vulkanis satond,sebelah utara sumbawa.
     Mereka umumnya ditemukan sebagai jenis yang tumbuh  kemusdian pada beberapa hutan yang telah di tebang, misalnya di suaka margasatwa.Karang-Gading langkat timur laut,dekat medan,Sumatra utara.perbungaan terjadi sepanjang tahun.Penyerbukan dilakukan oleh serangga, khususnya lebah.Hal ini terutama diperkirakan terjadi karena adanya serbuk sari yang tebal serta kehadiran nektar yang memproduksi kelenjar pada ujung pinak daun di bawah bunga.

-          Nama setempat           : buta-buta, menengan,madengan, kayu wuta, sambuta, kalapinrang, mata huli, makasuta, goro-goro raci, kalibuda, betuh, warejit, bebutah.
-          Deskripsi umum          : pohon merangas kecil dengan ketinggian mencapai 15 m. Kulit kayu bewarna abu-abu, halus, tetapi memiliki bintil.akar menjalar di sepanjang permukaan tanah,seringkali berbentuk kusust dan di tutupi oleh lentisel.Batang, dahan dan daun memiliki getah (warna putih dan lengket) yang dapat mengganggu kulit dan mata.
-          Daun                           : hijau tua dan akan berubah menjadi merah bata sebelum rontok, pinggiran bergerigi halus, ada 2 kelenjar pada pangkal daun.Unit &Letak : sederhana,bersilangan. Bentuk : elips. Ujung : meruncing. Ukuran : 6,5-10,5 x 3,5-5 cm.
-          Bunga                          : memiliki bunga jantan atau betina saja, tidak pernah keduanya.bunga jantan (tanpa ganggang) lebih kecil dari betina, dan menyebar di sepanjang tandan. Tandan bunga jantan berbau, tersebar, bewarna hijau dan panjangnya mencapai 11 cm. Letak : diketiak daun. Formasi : Bulir. Daun mahkota : hijau & putih. Kelopak bungan : hijau kekuningan. Benang sari : 3
-          Buah                            : bentuk seperti bola dengan 3 tonjolan, warna hiaju, permukaan seperti kulit, berisi biji bewarna coklat tua. Ukuran : 5-7 cm.
-          Sistem perakaran         :  kerucut memanjang dengan banyak cabang dan mempunyai rambut akar dengan bentuk tersebut memudahkan akar untuk menyerap air dan mineral bagi pertumbuhannya.
-          Penyebaran                  : tumbuh di sebagian besar wilayah asia tropis, termasuk di indonesia, dan australia.
-          Manfaat                       : akar dapat digunakan untuk mengobati sakit gigi dan pembengkakan. Kayu di gunakan untuk bahan ukiran. Kayu tidak bisa di gunakan sebagai kayu bakar karena bau wanginya tidak sedap bagi masakan.kayu dapat  di gunakan untuk membunuh ikan. Kayunya kadang-kadang di jual karena wanginya  akan hilang beberapa tahun kemudian.


buah Excoecaria-agallocha.jpg,buah Excoecaria-agallocha.jpg

Gambar a. pohon  Excoearia agallocha .b. bunga Excoearia agallocha

  
           Gambar . bunga ,buah .dan bentuk serta  posisi daun Excoearia agallocha
Excoecaria-agallocha.jpg

                                  Gambar akar   Excoearia agallocha

·         Acrostichum speciosum
     Ferna tahunan.Tumbuh pada areal mangrove yang lebih sering tergenang oleh pasang surut. Khususnya tumbuh pada gundukan lumpur yang “ dibangun “ oleh udang dan kepiting. Biasanya menyukai areal yang terlindung. Daun yang fertil dihasilkan pada bulan Agustus hingga April .”kecambah “ berlimpah pada bulan januari hingga April ( di jawa ).

Gambar.a.Tanaman Acrostichum speciosum.b.bentuk & posisi daun Acrostichum speciosum

-          Nama setempat           : piai lasa
-          Deskripsi umum          : ferna tanah , membentuk tandan yang kasar dengan ketinggian hingga 1,5 m. Sisik akar rimpang panjangnya hingga 8 mm.
-          Daun                           : sangat mencolok, umumnya panjang nya kurang dari 1 m dan memiliki pinak daun fertil berwarna karat pada bagian ujungnya, tertutup secara seragam oleh sporangia besar. Pinak daun berukuran 28x10 cm. Pinak daun yang steril memiliki ujung lebih kecil dan menyempit. Jenis ini berbeda dengan A.aureum dalam hal ukuran pinak daunnya yang lebih kecil dan ujungnya meruncing, permukaan bagian bawah pinak daun yang fertil berwarna coklat meruncing, permukaan bagian bawah pinak daun yang fertil berwarna coklat  tua di tutupi oleh spongia, serta daun mudanya berwarna hijau-kecoklatan.sisik terdapat pada pangkal daun. Sisik menebal di bagian tengah. Spora besar dan berbentuk tetahedral
-          Penyebaran                  : Asia Dan Australia tropis. Di seluruh indonesia.
-          Manfaat                       : daun digunakan sebagai alas kandang ternak


·         Acrostichum aureum 
     Ferna tahunan yang tumbuh di mangrove  dan pematang tambak, sepanjang kali dan sungai payau serta saluran. Tingkat toleransi terhadap genangan air laut tidak setinggi A.speciosum.ditemukan dibagian daratan dari mangrove. Biasa terdapat pada habitat yang rusak, seperti areal mangrove yang telah ditebangi yang kemudian akan menghambat tumbuhan mangrove untuk beregenerasi. Tidak seperti A.speciosum, jenis ini menyukai areal yang terbuka terang dan disinari matahari.

Gambar a. potret  Acrostichumaureum.b. bentuk dan posisi daunAcrostichum  aureum

-          Nama setempat           : piai raya , mangrove varen, hata diuk, paku cai, kala keok, wikakas
-          Deskripsi umum          : ferna berbentuk tandan di tanah, besar, hingga 4 m. Batang timbul dan lurus, ditutupi oleh ulat besar. Menebal dibagian pangkal, coklat tua dengan peruratan yang luas, pucat, tipis, ujungnya bercampur dengan urat yang sempit dan tipis.
-          Penyebaran                  : pan-tropis. Terdapat di seluruh indonesia
-          Manfaat                       : akar rimpang dan daun tua digunakn sebagai obat. Daun digunakan sebagai alas ternak. Daun mudanya dilaporkan dimkan di Timor dan Sulawesi Utara.

·         Nypa fruticans wurmb
     Tumbuh pada substrat yang halus, pada bagian tepi atas dari jalan air.memerlukan masukan air tawar tahunan yang tinggi. Jarang terdapat di luar zona pantai.Biasanya tumbuh pada tegakan yang berkelompok. Memiliki sistem perkaran yang rapat dan kuat yang tersesuaikan lebih baik terhadap perubahan masukan air, dibandingkan dengan sebagian besar jenis tumbuhan mangrove lainnya.Serbuk sari lengket dan penyerbukan nampaknya di bantu oleh lalat Drosophila.buah yang berserat serta adanya rongga udara pada biji membantu penyebaran mereka melalui air.kadang-kadang bersifat vivivar.

                        Gambar. Potret tanaman  Nypa fruticans


-          Nama setempat           : nipah, tangkal daon, buyuk, lipa.
-          Deskripsi umum          : palma tanpa batang di permukaan, membentuk rumpun. Batang terdapat dibawah tanah, kuat dan menggarpu. Tinggi dapat mencapai 4-9 m.
-          Daun                           : seperti susunan daun kelapa. Panjang tandan/gagang daun 4-9 m. Terdapat 100-120 pinak daun pada setiap tandan daun, bewarna hijau mengkilat di permukaa atas dan berserbuk di bagian bawah. Bentuk : lanset. Ujung : meruncing. Ukuran : 60-130 x 5-8 cm.
-          Bunga                          : tandan bunga biseksual tumbuh dari dekat puncak batan pada gagang sepanjang 1-2 m. Bunga betina membentuk kepala melingkar berdiameter 25-30 cm. Bunga jantan kuning cerah, terletak di bawah kepala bunganya.
-          Buah                            : buah berbentuk bulat, warna coklat, kaku dan berserat. Pada setiap buah terdapat satu biji berbentuk telur. Ukuran : diameter kepala buah : sampai 45 cm. Diameter biji : 4-5 cm.
-          Distribusi                     : asia tenggara, malaysia, seluruh indonesia, papua new guinea, filipina, australia dan pasifik barat.
-          Manfaat                       : sirup manis dalam jumlah yang cukup banyak dapat dibuat dari batangnya, jika bunga diambil pada saat yang tepat. Digunakan untuk memproduksi alkohol dan gula. Jika di kelola dengan baik, produksi gula yang di hasilkan lebih baik di bandingkan dengan gula tebu, serta memiliki kandungan sukrosa yang lebih tinggi. Daun digunakan untuk bahan pembuatan payung, topi, tikar, keranjang dan kertas rokok. Biji dapat di makan. Setelah diolah, serat gagang daun juga dapat dibuat tali dan bulu sikat.

·         Rhzophora apiculata

     Tumbuh pada tanah berlumpur, halus, dalam dan tegenang pada saat pasang normal.tidak meyukai substrat yang lebih keras yang bercampur dengan pasir.tingkat dominai dapat mencapai 90% dari vegetasi yang tumbuh di suatu lokasi. Menyukai perairan pasang surut yang memiliki pengaruh masuka air tawar yang kuat secara permanen.Percabangan akarnya dapat tumbuh secara abnormal karena gangguan kumbang yang menyerang ujung akar. Kepiting dapat juga menghambat pertumbuhan mereka karena mengganggu kulit akar anakan.Tumbuh lambat,tetapi perbungaan terdapat sepanjang tahun.
                        Gambar . tanaman Rhizopora apiculata


Gambar . buah rhizopora apiculata

-          Nama setempat           : Bakau minyak, bakau tandok, bakau akik, bakau puteh, bakau kacang, bakau leutik, akik, bangka minyak, donggo akit, jankar, abat, parai, mangi-mangi, slengkreng, tinjang, wako.
-          Deskripsi umum          : pohon denga ketinggian mencapai 30 m dengan diameter batang mencapai 50 cm. Memiliki perkaran yang khas hingga mencapai ketinggian 5 meter, dan kadang-kadang memiliki akar udara yang keluar dari cabang.kulit kayu bewarna abu-abu tuadan berubah-ubah.
-          Daun                           : berkulit, warna hijau tua dengan hijau muda pada bagian tengah dan kemerahan dibagian bawah. Ganggang daun panjangnya 17-35mm dan warnanya kemerahan. Unit dan letak : sederhana & berlawanan.bentuk : elips menyempit. Ujung : meruncing. Ukuran : 7-19 x 3,5-8 cm.
-          Bunga                          : biseksual, kepala bunga kekuningan yang terletak pada ganggang berukuran <14 mm. Letak : di ketiak daun. Formasi : kelompok ( 2 bunga perkelompok). Daun mahkota : 4;kuning putih, tidak ada rambut, panjang nya 9-11 mm. Kelopak bunga : 4; kuning kecoklatan, melengkung. Benang sari : 11-12; tak bertangkai.
-          Buah                            : buah kasar berbentuk bulat memanjang hingga seperti buah pir, warna coklat, panjang 2-3,5 cm, berisi satu biji fertil,.hipokotil silindris, berbintil, bewarna hijau jingga. Leher kotiledon bewarna merah jika sudah matang. Ukuran : hipokotil panjang 18-38 cm dan diameter 1-2 cm.
-          Penyebaran                  : sri lanka, seluruh malaysia dan indonesia hingga australia tropis dan kepulauan pasifik.
-         

Manfaat                       : kayu dimanfaatkan untuk bahan bangunan, kayu bakar dan arang.kulit kayu berisi hingga 30% tanin ( persen berat kering ) . cabang akar dapat di gunakan sedbagai jangkar dengan di berati batu. Dijawa acapkali di tanam di pinggiran tambak untuk melindungi pematang. Sering di gunakan sebagai tanaman penghijauan.
                             Gambar . akar rhizopora apiculata









2.3.      Jaring – Jaring Makanan Ekosistemmangrove Sungai Api-Api Dan Pantai Bukit Batu Kecamatan Bukit Batu Kabupaten Bengkalis
2.3.1. Rantai makanan
Rantai makanan merupakan perpindahan energy makanan dari sumber tumbuhan melalui organisme atau jenjang makanan. Rantai makanan memiliki dua tipe dasar, yaitu rantai makanan yang berasal dari rumput-rumputan dan rantai makanan yang berasal dari sisa ( detritus food chain) mikroorganisme.
Dalam Masterendi blog ( 2012 ) para ahli ekologi membedakan rantai makanan menjadi beberapa golongan.
1.      Rantai makanan pemangsa
Pada rantai pemangsa yang menjadi landasan utamanya adalah tumbuhan  hijau sebagai prodosen. Rantai pemangsa dimulai dari hewan yang bersifat herbivora sebagai konsumen 1 dilanjutkan dengan hewan karnivora yang memangsa herbivora sebagai konsumen ke-2 dan berakhir pada hewan pemangsa karnivora maupun herbivora sebagai  konsumen ke3
Berikut rantai makanan pemangsa yang terdapat pada ekosistem mangrove:
Detritus hasil penguraian tanaman mangrove            Udang          Ikan     
Burung             Ular                       

2.      Rantai Parasit
Rantai parasit merupakan rantai makanan yang dimulai dari organisme besar hingga organisme yang hidup sebagai parasit. Contoh organisme parasit di ekosistem mangrove antara lain cacing, bakteri, dan hama.
Contoh rantai parasit di ekosisitem mangrove
Daun mangrove           Hama 
3.      Rantai saprofit
            Rantai saprofit dimulai dari organisme mati ke jasad pengurai.Misalnya jamur dan bakteri.Rantai-rantai di atas tidak berdiri sendiri tapi saling berkaitan satu dengan lainnya sehingga membentuk jaring-jaring makanan.
Contoh : ular                              cacing / bakteri
            Pendapat lain menyatakan bahwa rantai makanan adalah pengalihan energy dari sumbernya dalam tumbuhan melalui sederatan organisme yang makan dan yang dimakan (Soemarno,2007).
            Pada rantai makanan, tingkatan trofik yang umumnya terjadi yaitu tingkat produsen primer               konsumen 1             konsumen 2                           
Predator             detritus (pengurai).namun dengan kondisi dan situasi yang berbeda-beda dan dengan adanya keanekaragaman jenis fauna, makan rantai makanan tidak selalu sesuai dengan tingkatan trofik diatas. Misalnya, telah terjadi rantai makanan seperti ini :
1.      Daun jatuh
Disini telah terjadi rantai makanan “produsen primer          pengurai “
2.      Daun jatuh (mangrove) udang-udangan          ikan kecil          burung bangau         detritus
Disini telah terjadi rantai makanan “produsen primer           konsumen 1          konsumen 2          predator          pengurai”

Ikan tembakul
 
Udang –udang
 
Detrivus
 
 






Gambar . contoh salah satu rantai makanan yang terdapat pada ekosistem mangrove di sungai api-api
Selain rantai makanan di atas, tentunya rantai makanan yang terjadi pada ekosistem mangrove sangat bervariasi. Agar kita dapat lebih memahami berbagai rantai makanan yang terjadi pada ekosistem mangrove, maka akan di jelaskan dengan bagan dibawah ini

 













Gambar .rantai makanan yang terdapat pada ekosistem mangrove
 di sungai api-api kecamatan bukit batu

Jika terjadi rantai makanan, maka telah terjadi aliran energi didalamnya. Nutrient-nutrient, unsur hara baik makro ( K, Mg , Ca, P,N ) dan mikro ( Fe , Cu , Mn ). Sebagaimana kita ketahui bahwa aliran energi merupakan suatu siklus yang sejalan dengan adanya rantai makanan, siklus ini bisa dikatakan senyawa-senyawa kimia yang mengalir dari komponen abiotik ke biotik lalu kembali ke komponen abiotik.

Burung bangau 
 
Ikan buntal 
 
Udang kecil
 
Detrivus
 
Hutan mangrove merupakan ekosistem produktif yang mendukung sejumlah besar kehidupan melalui rantai makanan yang dimulai dari tumbuh-tumbuhan. Daun tumbuhan mangrove, sebagaimana semua tumbuhan hijau, menggunakan sinar matahari untuk mengubah karbon dioksida menjadi senyawa organik melalui proses fotosintesis. Karbon yang diserap tumbuhan selama fotosintesis, bersuk oveama-sama dengan nutrient yang diambil dari tanah, menghasilkan bahan baku untuk pertumbuhan. Pertumbuhan pohon mangrove sangat penting bagi keberlanjutan hidup semua organisme yang ada pada ekosisitem tersebut.
                    Gambar. Rantai makanan di Pantai Bukit Batu
Selain rantai makanan di atas, tentunya rantai makanan yang terjadi pada ekosistem mangrove sangat bervariasi. Agar kita dapat lebih memahami berbagai rantai makanan yang terjadi pada ekosistem mangrove, maka akan di jelaskan dengan bagan dibawah ini

Gambar. Rantai makanan ekosistem mangrove di pantai bukit batu
 
 




3.2.2.      Jaring – jaring makanan
Dalam ekosistem, rantai makanan jarang berlangsung dalam urutan linear, tetapi membentuk jaring-jaring makanan ( food web ). Jaring-jaring makanan adalah kumpulan beberapa rantai makanan dalam suatu ekosistem yang saling berhubungan dan menyatu. Pada uraian sebelumnya tentang rantai makanan, dijelaskan  bahwa setiap organisme seakan-akan hanya memakan atau dimakan oleh satu organisme lain saja. Hal yang sebenarnya terjadi adalah dalam suatu ekosistem tidaklah demikian. Tiap organisme mungkin memakan atau dimakan lebih dari satu organisme dalam satu rantai makanan yang sama atau makan dari rantai makanan lain. Ini biasanya terjadi pada hewan karnivora taraf trofi tinggi.Dalam ekosistem rantai.
Dalam admin 2012 menyatakan bahwa jaring-jaring makanan adalah kumpulan beberapa rantai makanan dalam suatu ekosistem yang saling berhubungan dan menyatu.Selanjutnya  menurut odum dalam Indrianto (2008), jaring-jaring makanan merupakan gabungan dari berbagai rantai makanan. Semua rantai makanan dalam suatu ekosistem tidak bediri sendiri, melainka  saling berkaitan satu sama lain. Selain itu, jaring-jaring makanan dalam suatu ekosistem dapat menggambarkan kesetabilan ekosistem tersebut.
Jaring – jaring makanan merupakan rantai-rantai makanan yang saling berhubungan satu sama lain sedemikian rupa sehingga membentuk seperti jaring-jaring makanan terjadi karena setiap jenis makhluk hidup tidak hanya memakan atau dimakan oleh satu jenis makhluk hidup lainnya.
   Udang
 
Dekomposer 
 
Biawak
 
Rounded Rectangle: Siput
Kerang-kerangan
 
Manusia
 
Ikan besar
 
Burung raja udang
 
Ular
 
Ikan kecil
 
Babi
 
Daun
 
Kepiting bakau
 
Gambar . Jaring-jaring makanan ekosistem mangrove di sungai api-api
Pada sebuah ekosistem terdapat banyak komponen.Komponen-komponen ekosistem, antara lain produsen, konsumen, pengurai dn komponen abiotik.
1)      Produsen
Semua tumbuhan hiaju adalah produsen dalam sebuah ekosistm. Produsen artinya penghasil, yaitu menghasilkan bahan-bahan organik bagi makhluk hidup lainnya.
2)      Konsumen
Konsumen adalah pemakai bahan organik yang dihasilkan oleh produsen. Berikut ini beberapa tingkatan konsumen menurut apa yang dimakan.
a.       Konsumen tingkat I adalah makhluk hidup yang memperoleh energi langsung dari produsen.
b.      Konsumen tingkat II.konsumen tingkat II adalah makhluk hidup yang memperoleh makanan dari konsumen tingkat I.
c.       Konsumen tingkat III.Konsume tingkat III adalah makhluk hidup yang memperolrh makanan dari konsumen tingkat II.
d.      Pengurai
Pengurai adalah makhluk hidup yang menguraikan kembali zat-zat yang semula terdapat dalam tubuh hewan dan tumbuhan yang telah mti.pengurai membantu proses penyuburan tanah.misalnya bakteri dan jamur.
e.       Komponen abiotik
Komponen abiotik adalah tempat tumbuhan hijau(produsen) tumbuh.kesuburan lingkungan abiotik ditentukan oleh kerja pengurai.

 
Burung bangau
 
Kepiting kecil
 
Ikan kecil
 
            Gambar. Jaring-jaring makanan ekosistem mangrove di pantai bukit batu

3.2.3 Piramida makanan
       Piramida makanan adalah suatu piramida yang menggambarkan perbandingan komposisi jumlah biomassa dan energi dari produsen sampai konsumen puncak dalam suatu ekosistem. Komposisi biomassa terbesar terdapat pada produsen yang menempati dasar piramida. Demikian pula jumlah energi terbesar terdapat pada dasar piramida. Komposisi biomassa dan energi ini semakin keatas semakin kecil karena selama proses perpindahan energi terjadi penyusutan jumlah energi pada setiap tingkat trofik.

 










                     Gambar. Piramida makanan di ekosistem mangrove Sungai Api-Api
Gambar . piramida makanan ekosistem mangrove Pantai Bukit Batu
 
 








2.4.       Pola Interaksi Ekosistem Mangrove Di Sungai Api-Api dan  Pantai  Bukit Batu Kecamatan Bukit Batu Kabupaten Bengkalis.
Semua makhlik hidup selalu bergantungan dengan makhluk hidup  yang lain. Tiap individu akan selalu berhubungan deengan individu lain yang sejenis atau lain jenis, baik individu dalam satu  populasinya atau individu-individu dari populasi lain.
2.4.1.      Interaksi antar organisme
Dalam suatu ekosistem  maupun komunitas pasti akan terjadinya interaksi antar organisme satu dengan organisme yang lain. Interaksi itu terjadi ada yang bersifat menguntungkan,merugikan,bahkan tidak berpengaruh sama sekali.
a.       Netral
Hubungan tidak saling mengganggu antar organisme dalam habitat yang sama. Bersifat tidak menguntungkan dan tidak merugikan kedua belah pihak
Pada saat melakukan penelitian ini kami tidak menemukan interaksi netral di kedua tempat penelitian.

b.      Predasi
Predasi adalah hubungan antara mangsa dan pemangsa ( predator). Hubungan ini sangat erat sebab tanpa pemangsa, predator tidak dapat hidup.Sebaliknya, predator juga berfungsi sebagai pengontrol populasi mangsa.
·         Contoh predasi yang terjadi di sungai api-api:
Udang  ( mangsa)                  burung raja udang (pemangsa)

·         Contoh predasi yang terjadi di  pantai bukit batu
Ikan kecil ( mangsa)                        ikan besar (predator)

c.       Parasitisme
Parasitisme adalah hubungan antara organisme yang berbeda spesies, bila salah satu organisme hidup pada organisme lain dan mengambil makanan dari hosper/inangnya sehingga merugikan inangnya.
·         Contoh parasitisme pada ekosistem  mangrove di sungai api-api:
             Mangrove                      Rayap 
·         pada ekosistem  mangrove pantai bukit batu, tidak ditemui hewan atau  tumbuhan parasite pada mangrove, tetapi hal yang menjadi penyebab  utama kerusakan mangrove adalah abrasi pantai.

d.      Komensalisme
Komensalisme merupakan hubungan dan organisme yang berbeda spesies dalam bentuk kehidupan bersamaan untuk berbagi sumber makanan ; salah satu spesies di untungkan dan yang satu lagi tidak diuntungkan maupun dirugikan.
·         Contoh komensalisme pada ekosistem  mangrove  di sungai api-api
Mangrove                       laba-laba 
·         Pada saat pengamatan kami tidak menemukan Contoh komensalisme pada ekosisitem mangrove di Pantai Bukit Batu.

e.       Mutualisme
Mutualisme merupakan hubungan antara dua organisme yang berbeda spesies yang saling menguntungkan kedua belah pihak.
·         Contoh mutualisme pada ekosistemn  mangrove di sungai api-api:
Mangrove                       semut

·         Pada saat peraktikum kami tidak menenmukan Contoh mutualisme pada ekosistemn  mangrove di Pantai Bukit Batu


2.4.2.      Interaksi antar populasi
     Antara populasi yang satu dengan populasi yang lain salalu terjadi interaksi secara langsung atau tidak langsung  dalam  komunitasnya. Contoh  interaksi secara langsung atau tidak langsung dalam komunitas maupun ekosistemnya. Berikut akan dijelaskan contoh dari interaksi antar  populasi.
a.       Alelopati
Merupakan interaksi antar populasi, bila populasi yang satu menghasilkan zat yang dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain.

b.      Kompetisi
Merupakan interaksi antar populasi ,bila antar populasi terdapat kepentingan yang sama sehingga terjadi persaingan antara mendapatkan apa yang diperlukan.
·         Contoh kompetisi antar populasi pada ekosistem mangrove di sungai api-api
Kompetisi yang terjadi yaitu antara populasi burung raja udang dan burung bangau yang akan memperebutkan  ikan kecil. Tetapi perlu di ingat bahwa kompetisi ini akan terjadi jika jumlah makanan tersebut yaitu ikan kecil jumlahnya sedikit sehingga memungkinkan terjadinya kompetisi antara burung bangau dan burung raja udang.

·         Contoh kompetisi antar populasi pada ekosistem mangrove di sungai api-api
Kompetisi yang terjadi yaitu antara populasi burung ikan besar  dan burung bangau yang akan memperebutkan  ikan kecil. Tetapi perlu di ingat bahwa kompetisi ini akan terjadi jika jumlah makanan tersebut yaitu ikan kecil jumlahnya sedikit sehingga memungkinkan terjadinya kompetisi antara burung bangau dan ikan besar yang ada di pantai tersebut.

c.       Interaksi Antar Komunitas
Komunitas adalah kumpulan populasi yang berbeda di suatu daerah yang sama dan saling berinteraksi. Contoh interaksi antar komunitas, misalnya komunitas sawah dan sungai. Komunitas sungai terdiri ikan, ganggang, zooplankton, fitoplankton, dan decomposer. Sedangkan di komunitas sawah terdiri dari berbagai macam organisme, misalnya padi, belalang, burung, ular, dan gulma. Antara komunitas sungai dan sawah terjadi interaksi dalam bentuk peredaran nutrient dari air sungai ke sawah dan peredaran organisme hidup dari kedua komunitas tersebut.
Interaksi antar komunitas cukup komplek karena tidak hanya melibatkan organisme, tapi juga aliran energy dan makanan. Interaksi antar komunitas dapat kita amati, misalnya pada daur karbon. Daur karbon melibatkan ekosistem yang berbeda misalnya laut dan darat.

2.5 Perubahan Ekosistem Mangrove JikaTerjadi Gangguan
Perubahan yang terjadi pada wilayah pesisir dan laut tidak hanya sekedar gejala alam semata, tetapi kondisi ini sangat besar dipengaruhi oleh aktivitas manusia yang ada disekitarnya.Wilayah pesisir merupakan wilayah pintu gerbang bagi berbagai dampak dari aktivitas tersebut. Dengan kata lain wilayah pesisir merupakan wilayah yang pertama kali dan paling banyak menerima tekanan dibandingkan dengan wilayah lain. Tekanan tersebut muncul dari aktivitas pembangunan seperti pembangunan pemukiman dan aktivitas.
Perdagangan karena wilayah pesisir paling rentan terhadap perubahan baik secara alami atau fisik sehingga terjadi penurunan kualitas lingkungan, salah satunya adalah ekosistem mangrove (Huda, 2008). Ekosistem mangrove dikenal sebagai hutan yang mampu hidup beradaptasi pada lingkungan pesisir yang sangat ekstrim, tapi keberadaannnya rentan terhadap perubahan lingkungan. Perubahan lingkungan tersebut disebabkan adanya tekanan ekologis yang berasal dari alam dan manusia. Bentuk tekanan ekologis yang berasal dari manusia umumnya berkaitan dengan pemanfaatan mangrove seperti konversilahan menjadi pemukiman, pertambakan, pariwisata, pencemaran, dan penebangan hutan secara besar-besaran (Pratiwi 2009).
Kawasan mangrove merupakan suatu kawasan yang berfungsi sebagai penghubung antara lautan dan daratan. Kawasan ini perlu dilindungi, karena memiliki banyak fungsi dan manfaat bagi manusia. Kawasan mangrove juga layak untuk diperhatikan dan diprioritas kan sebagai devisa bagimasyarakat dan Universitas Sumatera Utara negara, karena fungsi hutan mangrove dapat mensejahterakan masyarakat bukan hanya di pesisir pantai namun juga di daerah daratan (Arief, 2001).
Penurunan luas hutan mangrove terjadi secara terus menerus sepanjang tahun. Kerusakan mangrove dapat terjadi secara alamiah atau melalui tekanan masyarakat. Secara alami umumnya kadar kerusakannya jauh lebih kecil dar pada kerusakan akibat ulah manusia. Kerusakan alamiah timbul karena peristiwa alam seperti adanya topan badai atau iklim kering berkepanjangan.
Banyak kegiatan manusia di sekitar kawasan hutan mangrove yang berakibat perubahan karakteristik fisik dan kimiawi di sekitar habitat mangrove sehingga tempatter sebut tidak lagi sesuai bagi kehidupan dan perkembangan flora dan fauna di hutan mangrove (Irwanto, 2008).
Penurunan luas kawasan hutan mangrove yang terjadi saat ini adalah akibat banyaknya gangguan pada hutan mangrove seperti penebangan, alih fungsi mangrove menjadi tambakikan, pemukiman dan lahan pertanian. Mengingat fungsi mangrove secara ekologis dan ekonomis sehingga perlu adanya pengkajian usaha-usaha yang memanfaatkan keberadaan mangrove dengan tidak merusak ekosistem mangrove tetapi justru member manfaat dalam pelestarian mangrove itu sendiri. Salah satu usaha yang memanfaatkan keberadaan mangrove adalah pembibitan mangrove yang bersifat mutualisme terhadap keberadaan mangrove itu sendiri.
Data Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KLH) RI (2008) berdasarkan Direktoral Jenderal Rehabilitasi lahan dan Perhutanan Sosial (Ditjen RLPS), Dephut (2000) luas potensial hutan mangrove Indonesia adalah 9.204.840.32 ha dengan luasan yang berkondisi baik 2.548.209,42 ha, kondisi rusak sedang 4.510.456,61 ha dan kondisi rusak 2.146.174,29 ha. Berdasarkan data tahun 2006 pada 15 provinsi yang bersumber dari BPDAS, Ditjen RLPS, Dephut luas hutan mangrove mencapai 4.390.756,46 ha.
Apapun bentuk datanya, yang jelas hutan mangrove kita telah banyak yang berkurang. Konversi lahan yang dilakukan oleh manusia terhadap areal hutan mangrove sebagai tambak, areal pertanian dan pemukiman menyebabkan luas lahan hutan mangrove terus berkurang. Selain itu pemanfaatan hutan mangrove yang tidak bertanggung jawab sebagai bahan bangunan, kayu bakar dan juga arang memberi kontribusi yang tidak sedikit terhadap kerusakan hutan mangrove.

2.6   Upaya Pelestarian Hutan Mangrove
Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki dan melestarikan hutan mangrove antara lain:
1.      Penanaman kembali mangrove
a.       Penanaman mangrove sebaiknya melibatkan masyarakat. Modelnya dapat masyarakat terlibat dalam pembibitan, penanaman dan pemeliharaan serta pemanfaatan  hutan mangrove berbasis konservasi. Model ini memberikan keuntungan kepada masyarakat  antara lain terbukanya peluang kerja  sehingga terjadi peningkatan pendapatan masyarakat.
b.      Pengaturan kembali tata ruang wilayah pesisir: pemukiman, vegetasi, dll. Wilayah pantai dapat diatur menjadi kota ekologi sekaligus dapat dimanfaatkan sebagai wisata pantai (ekoturisme) berupa wisata alam atau bentuk lainnya.
2.      Peningkatan motivasi dan kesadaran masyarakat untuk menjaga dan memanfaatkan mangrove secara bertanggungjawab.
3.      Ijin usaha dan lainnya hendaknya memperhatikan aspek konservasi.
4.      Peningkatan pengetahuan dan penerapan kearifan local tentang konservasi
5.      Peningkatan pendapatan masyarakat pesisir
6.      Program komunikasi konservasi hutan mangrove
7.      Penegakan hukum
8.      Perbaikkan ekosistem wilayah pesisir secara terpadu dan berbasis masyarakat. Artinya dalam memperbaiki ekosistem wilayah pesisir masyarakat sangat penting dilibatkan  yang kemudian dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir. Selain  itu juga mengandung pengertian bahwa konsep-konsep lokal  (kearifan lokal) tentang ekosistem dan pelestariannya perlu ditumbuh-kembangkan kembali sejauh dapat mendukung program ini. 
Dalam kerangka pengelolaan dan pelestarian hutan mangrove, terdapat dua konsep utama yang dapat diterapkan.  Kedua konsep ini pada dasarnya memberikan legitimasi dan pengertian kepada masyarakat bahwa mangrove sangat memerlukan pengelolaan dan perlindungan agar dapat tetap lestari.  Kedua konsep tersebut adalah perlindungan hutan mangrove dan rehabilitasi hutan mangrove.
Konsep yang pertama yaitu  perlindungan hutan mangrove dengan menunjuk suatu kawasan hutan mangrove menjadi kawasan hutan konservasi, dan sebagai suatu bentuk sabuk hijau di sepanjang pantai dan tepi sungai.   Upaya legitimasi kawasan hutan mangrove sebagai areal yang dilindungi dikuatkan dengan Surat Keputusan bersama Menteri Pertanian dan Menteri Kehutanan Nomor KB.550/264/Kpts/4/1984 dan Nomor 082/Kpts-II/1984, tanggal 30 April 1984, dimana diantaranya disebutkan bahwa lebar sabuk hijau hutan mangrove adalah 200 m.  Surat Keputusan Bersama dengan tujuan memberikan legitimasi terhadap perlindungan hutan juga dibuat untuk menyelaraskan peraturan mengenai areal perlindungan hutan mangrove diantara instansi-instansi terkait.
Surat Keputusan bersama ini selanjutnya dijabarkan oleh Departemen Kehutanan dengan mengeluarkaan Surat Edaran Nomor 507/IV-BPHH/1990 yang diantaranya berisi penentuan lebar sabuk hijau selebar 200 m dari pantai dan 50 m di sepanjang tepi sungai.
Penentuan lebar sabuk hijau ini dikuatkan dengan Surat Keputusan Presiden No.32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.   Ditetapkan bahwa perlindungan sepadan pantai dilakukan untuk melindungi wilayah pantai dari kegiatan yang menggangu kelestarian fungsi pantai, dimana kriteria sepadan pantai yang dimaksud adalah daratan sepanjang tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi pantaai, minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.
Di tambah dengan UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan khususnya Pasal 3, asas dan tujuan penyelenggaraan kehutanan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat yang berkeadilan dan berkelanjutan dengan: Mengoptimalkan aneka fungsi hutan yang meliputi fungsi konservasi, fungsi lindung, dan fungsi produksi untuk mencapai manfaat lingkungan, sosial, budaya, dan ekonomi, yang seimbang dan lestari; Meningkatkan daya dukung daerah aliran sungai; Meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan kapasitas dan keberdayaan masyarakat secara partisipatif, berkeadilan, dan berwawasan lingkungan sehingga mampu menciptakan ketahanan sosial dan ekonomi serta ketahanan terhadap akibat perubahan eksternal; dan Menjamin distribusi manfaat yang berkeadilan dan berkelanjutan.      
Dalam kerangka pengelolaan dan pelestarian hutan mangrove, ada dua konsep utama yang dapat diterapkan, yaitu konsep Perlindungan dan Rehabilitasi.
1.   Perlindungan
Salah satu cara yang sangat efektif dalam pelestarian hutan mangrove adalah dengan cara menentukan suatu kawasan/daerah hutan mangrove menjadi daerah yang dilindungi, baik yang diputuskan secara adat maupun yang ditetapkan oleh Pemerintah.
2.   Rehabilitasi
Cara atau kegiatan lain adalah dengan cara menghutankan kembali / menanam kembali areal atau lokasi yang telah dibuka atau ditebang.  Hal ini bertujuan untuk mengembalikan fungsi dari hutan mangrove itu sendiri nantinya.
Dan contoh dari kegiatan rehabilitasi hutan mangrove yang berhasil adalah seperti yang dilakukan oleh Bapak Sakdullah dari Pulau Bengkalis, Riau pada tahun 2000.  Yaitu dengan keberhasilannya merehabilitasi hutan mangrove di belakang rumahnya sepanjang kira-kira 2 km dan lebar 400 m, dimana dengan usahanya akhirnya beliau menerima hadiah Kalpataru dari pemerintah dan kemudian diundang untuk menularkan ilmunya sampai ke Jepang.

2.6.1 Faktor kendala dalam pelestarian Hutan Mangrove
Dalam rangka pelestarian dan pengelolaan hutan mangrove, dibutuhkan peran serta semua pihak yang terkait, apakah itu dinas pemerintah, lembaga perguruan tinggi, masyarakat local, LSM, pencinta alam dan lain-lain.  Namun yang perlu diperhatikan adalah keberpihakan berbagai pihak tersebut kepada masyarakat yang selama ini terpinggirkan dalam menentukan kebijakan terhadap hutan mangrove tersebut.  Padahal dalam realitanya, masyarakat lah yang lebih dahulu terkena dampak langsung dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan di kawasan hutan mangrove.  Untuk itu perlu kiranya menjadikan masyarakat sebagai penggerak utama atau berpartisipasi aktif dalam hal pelestarian dan pengelolaan hutan mangrove.  Namun itu bukan hal yang mudah dilakukan, karena sebelumnya harus ditanamkan terlebih dahulu kepada masyarakat akan pentingnya keberadaan hutan mangrove yang ada di sekitar mereka.
Umumnya masyarakat selama ini tidak melakukan kegiatan rehabilitasi atau penanaman mangrove adalah karena :
a.   Tidak mengetahui cara menanam
b.   Lokasi yang jauh
c.   Tidak mempunyai bibit
d.   Beranggapan akan tumbuh sendiri, dan lain-lain.
Yang perlu dilakukan adalah bagaimana merubah perilaku manusia dalam rangka pelestarian dan pengelolaan hutan mangrove itu sendiri.  Perilaku manusia yang negative dalam kehidupan sehari-hari akan sangat berpengaruh terhadap kelestarian dari sumberdaya alam yang ada di sekitarnya.  Jadi sekarang yang perlu ditumbuh kembangkan adalah bagaimana membentuk perilaku masyarakat menjadi positif dan akrab dengan lingkungannya serta aktif menjaga nilai kelestarian alam tersebut.

Dan kenyataannya sekarang adalah bagaimana menggabungkan antara kelestarian hutan mangrove tersebut dengan kondisi social ekonomi masyarakat.  Jadi setiap yang diambil dalam pelestarian dan pengelolaan hutan mangrove, maka diharapkan agar juga dapat mengatasi atau menyentuh terhadap masalah sosial ekonomi masyarakat yang ada.
2.6.2 Alternatif upaya pelestarian Hutan Mangrove
Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan dan memelihara ekosistem hutan mangrove. Hal ini dilakukan dengan dua macam pendekatan, yaitu pendekatan teknis dan non teknis.
 Pendekatan Non Teknis
Dalam melaksanakan pendekatan non teknis ini perlu dibentuk suatu organisasi penggarap kawasan hutan ialah “Kelompok Tani Hutan” (KTH), dimana  para petani penggarap membangun hutan mangrove bersama-sama dengan kelompoknya dan membentuk program kerja yang akan di laksanakannya. Untuk  kelancaran pelaksanaan tugas, perlu adanya pembentukan organisasi dan tanggung jawab masing-masing seksi dari kelompok tani hutan. KTH ini perlu pula dilengkapi dengan koperasi sebagai wadah penyediaan sarana produksi pertanian atau sarana pengolahan hasil. Untuk mempermudah pembinaan petani empang parit, para petani dikelompokkan dalam wadah Kelompok Tani Hutan (KTH) dan diberikan  penyuluhan secara intensif. Tugas dari Kelompok Tani Hutan (KTH) antara lain :
1)      Melaksanakan tanaman hutan disetiap lokasi garapan masing-masing.
2)      Ikut menerbitkan pemukiman/perambah dalam kawasan hutan mangrove
3)      Gotong royong memperbaiki saluran air yang dangkal untuk memperlancar pasang surut air laut dan aliran sungai.
4)      Secara rutin mengadakan pertemuan untuk membahas permasalahan yang dihadapi, diantaranya cara budidaya ikan, udang, kepiting dikawasan hutan mangrove.
5)      Disamping itu melakukan usaha koperasi simpan pinjam, pelayanan saprodi, pemasaran hasil ikan dan pengembangan pengolahan ikan. Produksi ikan dari silvofishery seluruhnya menjadi hak penggarap anggota KTH.




DAFTAR PUSTAKA
Noor, Y.R., M. Khazali, dan N.N. Suryadiputra. 1999. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. Wetlands Internasional Indonesia Programe. Bogor. Dalam Bahan Ajar Ekologi Tumbuhan. Dr. H. Elfis, M.Si. Laboratorium Ekologi UIR: Pekanbaru.
Furkon. 2010. Ekosistem Hutan Mangrove di pantai Karangsong Indramayu, Jawa Barat. Available at: http://furkonabel’s.wordpress.com/. Diakses pada: 17 Mei 2014.
Surianta. 2010. Ekosistem Mangrove. Available at: http://hendrasurianta.wordpress.com/. Diakses pada: 17 Mei 2014.
Admin. 2010. Persebaran Mangrove. Available at: http://www.irwantoshut.com. Diakses pada: 17 Mei 2014
Ghufrona. 2011. Penyebaran Jenis-jenis Mangrove. Available at: http://ghinaghufrona.blogspot.com/. Diakses pada: 17 Mei 2014.
Mulyadi, E., Laksmono, R., dan Aprianti, D. 2009. Fungsi Mangrove Sebagai Pengendali Pencemaran Logam Berat. Jawa Timur. Dalam Jurnal tekhik Lingkungan vol. 1 Edisi Khusus.
Irawan, Budi. 2005. Kondisi Vegetasi Mangrove di Luwak Banggai Sulawesi Tengah. Dalam Jurnal Biologi FMIPA UNPAD. Disampaikan pada Seminar Nasional Penggalang Taksonomi Tumbuhan Indonesia FMIPA UPI.
Rochana, Erna. 2013. Ekosistem Mangrove dan Pengelolaannya di Indonesia. Available at: www.irwantoshut.com. Diakses pada: 17 Mei 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar