MAKALAH
EKOLOGI TUMBUHAN
TENTANG:
“EDAPHIS
EKOSISTEM MANGROVE”
DOSEN
PEMBIMBING: Dr.H.Elfis.M.Si
DISUSUN OLEH : KELOMPOK
ADE
NURSYAMSI
IGA MAWARNI
LUSIANI
NOVITA RINJANI PUTRI
PELI
APRILA SARI
PUTRI
GUSDIANTY SANDRA
RISA FEBRIANI GUSTIANTI
KELAS:6B
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
T.A 2014
DAFTAR
ISI
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 2
C. Tujuan ......................................................................................................... 2
BAB
2ISI
A.
Pengertian.............................................................................................. 3
B.
Tekstur Tanah........................................................................................ 3
C.Struktur
Tanah....................................................................................... 4
D.Macm
Tanah Mangrove......................................................................... 5
E.
Faktor...................................................................................................... 7
BAB
3 PENUTUP
A.
kesimpulan ............................................................................................ 10
B.
saran....................................................................................................... 10
Daftar
Pustaka .......................................................................................... 11
KATA PENGANTAR
Syukuralhamdullillahatasrahmatizindanpetunjuknyapenulistelahdapatmenyelesaikansebuahmakalahdenganjudul
EDAPHIS EKOSISTEM MANGROVE.
MakalahinidibuatuntukmelengkapitugasdarimatakuliahEkologiTumbuhan.makalahiniberisikantentangpengertianedaphis,strukturtanah,teksturtanah,salinitas,jenistanah,
danmacam-macamtanah mangrove, serta
factor-faktornya.
Akhir kata
dengansegalakerendahanhatipenulismenyadari,masihbanyakkekurangansehinggapenulismengharapkanmasukandan
saran darimakalah yang di tulis.
Pekanbaru,23 April 2014
BAB
1
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Hutan bakau atau
disebut juga hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa berair
payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang-surut air
laut.Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran dan
akumulasi bahan organik.Baik di teluk-teluk yang terlindung dari gempuran
ombak, maupun di sekitar muara sungai di mana air melambat dan mengendapkan
lumpur yang dibawanya dari hulu.
Ekosistem
hutan bakau bersifat khas, baik karena adanya pelumpuran yang mengakibatkan
kurangnya abrasi tanah; salinitas tanahnya yang tinggi; serta mengalami daur
penggenangan oleh pasang-surut air laut. Hanya sedikit jenis tumbuhan yang
bertahan hidup di tempat semacam ini, dan jenis-jenis ini kebanyakan bersifat
khas hutan bakau karena telah melewati proses adaptasi dan evolusi.
Salah
satu fungsi utama hutan bakau atau mangrove adalah untuk melindungi garis
pantai dari abrasi atau pengikisan, serta meredam gelombang besar termasuk
tsunami. Di Jepang, salah satu upaya mengurangi dampak ancaman tsunami adalah
dengan memasang Green Belt atau sabuk hijau hutan mangrove atau hutan bakau.
Sedangkan di Indonesia, sekitar 28 wilayah di Indonesia rawan terkena tsunami
karena hutan bakau sudah banyak beralih fungsi menjadi tambak, kebun kelapa
sawit dan alih fungsi lain .
Edaphis adalah hutan yang dalam pembentukannya sangat di
pengaruhi oleh keadaan tanah,misalnya sifat sifat fisika, sifat kimia, sifat
biologi tanah serta kelembapan tanah . ekosistem hutan yang termasuk ke dalam
formasi edaphis yaitu hutan rawa,hutan payau,dan hutan pantai .
Schimper ( 1903
dalam arief 1994) menyebutkan bahwa hutan hutan yang termasuk ke dalam formasi
klimatis mencakup hutan tepian, hutan rawa,hutan pantai dan hutan mangrove .
2.
Rumusan
Masalah
Rumusan masalah dari edafis hutan mangrove adalah sebagai
berikut:
-
Sifat kimia suatu tanah
-
Sifat fisika suatu tanah
-
Sifat biologi suatu tanah
3.
Tujuan
Dengan mempelajari edafis pada hutan mangrove,maka kita
dapat mengetahui:
-
Mengetahui sifat kimia tanah hutan
mangrove
-
Mengetahui sifat fisika tanah hutan
mangrove
-
Mengetahui sifat biologi tanah hutan
mangrove
-
Mengetahui suhu serta kelembapan tanah
pada hutan mangrove
BAB II
ISI
A.Pengertian
Hutan
mangrove adalah hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa berair payau yang terletak
pada garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang-surut air laut.Hutan ini tumbuh
khususnya di tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan
organik.Baik di teluk-teluk yang terlindung dari gempuran ombak, maupun di
sekitar muara sungai di mana air melambat dan mengendapkan lumpur yang
dibawanya dari hulu.
Pada
hutan mangrove yang paling umum adalah
hutan bakau tumbuh di atas lumpur tanah liat bercampur dengan bahan organik.
Akan tetapi di beberapa tempat, bahan organik ini sedemikian banyak
proporsinya; bahkan ada pula hutan bakau yang tumbuh di atas tanah bergambut.Substrat
yang lain adalah lumpur dengan kandungan pasir yang tinggi, atau bahkan dominan
pecahan karang, di pantai-pantai yang berdekatan dengan terumbu karang.
Edafis
adalah hutan yang dalam pembentukannya
sangat di pengaruhi oleh keadaan tanah,misalnya sifat sifat fisika, sifat
kimia, sifat biologi tanah serta kelembapan tanah .Untuk penjelasan lebih
detail dapat di uraikan sebagai berikut :
Tekstur
Tanah
Tanah
atau tempat tumbuh atau substrat bagi mangrove bisa dikategorikan dengan
bermacam cara. Ada yang mengkategorikan tanah di hutan mangrove menjadi tanah
berlumpur, berpasir atau berkoral.Tanah mangrove bisa dikategorikan berdasarkan
kematangannya. Tanah belum masak biasa disebut lunak atau lembek, sehingga
orang berjalan akan terperosok jauh ke bawah (biasanya ini terjadi di tanah
berlumpur) .
Tekstur
tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah (separat) yang dinyatakan
sebagai perbandingan proporsi (%) relatif antara fraksi pasir (sand)
berdiameter 2,00 – 0,20 mm atau 2000 – 200 µm, debu (silt) berdiameter 0,20 –
0,002 mm atau 200 – 2 µm dan liat (clay) < 2 µm (Hanafiah, 2010).
Struktur
Tanah
Struktur
tanah merupakan gumpalan-gumpalan kecil dari butiran-butiran tanah.
Gumpalan-gumpalan ini terjadi karena butir-butir pasir, debu, dan liat terikat
satu sama lain oleh perekat seperti : bahan organik, oksida besi, dan
lain-lain. Daerah curah hujan yang tinggi umumnya ditemukan struktur tanah
remah atau gramuler dipermukaan dan menggumpal di horizon bawah.Struktur tanah
berfungsi memodifikasi pengaruh tekstur terhadap kondisi draenase atau aerasi
tanah, karena susunan antar ped atau agregat tanah akan menghasilkan ruang yang
lebih besar ketimbang susunan antar partikel primer .
Salinitas
Salinitas
adalah derajat konsentrasi garam yang terlarut dalam air. Menurut kusmana
(2003) salinitas air tanah merupakan faktor penting dalam pertumbuhan, daya
tahan dan zonasi spesies mangrove. Tumbuhan mangrove tumbuh subur di daerah
estuari dengan salinitas (10-30)%.
Kondisi salinitas
air berpengaruh kepada salinitas tanah dan pH tanah di hutan mangrove. Nilai pH
di hutan mangrove akan lebih tinggi dibanding hutan lain yang tidak terpengaruh
oleh salinitas air. Kebanyakan pH tanah pada hutan mangrove berada pada kisaran
6-7, meskipun ada beberapa yang nilai pH tanahnya dibawah 5
Jenis
Tanah
Jenis
tanah pada hutan mangrove umumnya aluvial biru sampai coklat keabu-abuan. Tanah
ini berupa tanah lumpur kaku dengan persentase liat yang tinggi, bervariasi,
tanah liat biru dengan sedikit atau tanpa bahan organik sampai tanah lumpur
coklat hitam yang mudah lepas karena banyak mengandung pasir dan bahan organik
.
Menurut Khenmark et al. (1987) dalam
Onrizal dan Kusmana (2004), tanah mangrove dapat diklasifikasikan
menjadi 3 golongan utama, yaitu :
1. Golongan
I, tanah tidak matang (unripped soils) adalah tanah baru, sifat fisik
tanahnya belum sempurna, dan hanya horison A dan C yang dapat diamati dari
profil tanah. Pada beberapa daerah tanah dari horison C mungkin berkaitan
dengan bahan induknya. Pada umumnya tanah berwarna gelap dari tanah bawah yang
biasanya berwarna biru atau hijau. Adapun sifat kimia tanahnya adalah pH sangat
rendah hingga 2,5, kadar garam tinggi, variasi
bahan organik + 2-20 %, mengandung sejumlah K dan P, variasi tekstur tanah dari
liat ke liat berpasir.
2. Golongan II, tanah matang (repening soils)
adalah tanah yang sudah berkembang dan umumnya ditemukan di daerah paling atas
pada waktu air pasang. Adapun sifat kimia dan fisik tanahnya, yaitu tanah
bagian atasnya adalah liat berwarna gelap yang memiliki kedalaman sebesar 10-30
cm dengan kandugan bahan organik yang relatif tinggi, tanah bagian bawah kadar
bahan organiknya lebih rendah dengan kedalaman 40-49 cm yang berwarna lebih
terang, pH tinggi,kadar garam tinggi, dan kadar P rendah.
3. Golongan III, tanah
organik (organic soils) adalah tanah yang mengandung bahan organik yang
tinggi dan profil yang dalam. Lapisan tanah organik yang tidak sempurna
terdegradasi.Tanah bagian atas abu-abu sampai coklat keabuan. Sifat kimia
tanahnya adalah pH rendah, kadar garam dan K yang tinggi, tetapi terdapat kadar
P yang rendah dan tekstur tanahnya liat.
Menurut
Gledhill (1963) dalam Onrizal dan Kusmana (2004), sifat tanah
merupakan faktor pembatas utama terhadap pertumbuhan di dalam hutan
mangrove.Karakteristik kimia dan sifat fisik tanah berbeda pada zona tumbuhan
yang berbeda.Demikian pula sifat tanah mangrove berbeda dengan tanah di luar
daerah mangrove.Susunan jenis dan kerapatan pada hutan mangrove sangat
dipengaruhi oleh susunan tekstur tanah dan konsentrasi ion tanah yang
bersangkutan.Pada lahan mangrove yang tanahnya lebih banyak terdiri atas liat (clay)
dan debu (silt), terdapat tegakan yang lebih rapat dari lahan yang
tanahnya yang mengandung liat dan debu pada konsentrasi yang lebih rendah.Tanah
dengan konsentrasi kation Na > Mg > Ca atauK, tegakan dikuasai oleh jenisAvicennia
spp.Tanah dengan susunan konsentrasi kation Mg > Ca > Na atau K,
tegakan dikuasai oleh nipah (Nypa fruticans).Lebih lanjut pada tanah
dengan susunan kation Ca > Mg > Na atau K, tegakan dikuasai oleh jenis Melaleuca
spp.
Menurut Matondang (1979) dalam Widhiastuti
(1996) tanah hutan mangrove dibagi dalam dua kategori umum, yaitu ;
1. Halic hydraquent, lebih dekat ke
laut yaitu tanah liat tidak tua (unripe clay soils) mempunyai nilai n
> 0,7. Nilai n adalah hubungan antara persentase tanah liat inorganik dan
humus.Makin kecil nilai n berarti tingkat kematangan tanah semakin besar.
2. Halic sulvaquent, lebih dekat ke rawa-rawa
yaitu tanah liat muda yang mengandung air secara permanen, mempunyai
bahan-bahan sulfidik dalam 50 cm lapisan permukaan tanah dan kapasitas tukar
kation tinggi.
Pembentukan tanah mangrove menurut
Hachinohe et al. (1999) dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
1. Faktor
fisik
Faktor fisik yang
mencakup transportasi hara oleh arus pasang, aliran air laut, gelombang, dan
aliran sungai.Hara mangrove dibagi atas hara inorganik dan detritus
organik.Hara inorganik penting adalah N dan P (jumlahnya sering terbatas),
serta K, Mg, dan Na (selalu cukup). Sumber hara inorganik adalah hujan, aliran
permukaan, sedimentasi, air laut dan bahan organik yang terdegradasi. Pasang
surut menentukan zonasi komunitas flora dan fauna mangrove.Durasi pasang surut
berpengaruh besar terhadap perubahan salinitas pada areal mangrove.
Salinitas
air menjadi sangat tinggi pada saat pasang naik, dan menurun pada saat pasang
surut. Salinitas adalah kadar dari air di ekosistem mangrove. Air yang dimaksud
di sini berupa air yang menggenang di atas permukaan tanah atau air yang
terletak di dalam tanah di sela-sela butir tanah. Salinitas air di sela-sela
butir tanah biasanya lebih tinggi dan fluktuasinya (naik turun) tidak sebesar
pada air yang menggenang di atas permukaan tanah. Salinitas dinyatakan dalam
persen (%) atau part perthousand (ppt atau 0/00). Salinitas air laut bebas
adalah sekitar 30 ppt atau dengan perkataan lain, dalam satu liter air laut,
terdapat 30 gr garam.
Nilai
salinitas sulit digunakan sebagai kriteria pemilihan spesies yang akan ditanam,
karena nilai salinitas sangat berfluktuasi (naik turun) tergantung perubahan
musim, pasang surut, dan sebagainya. Perubahan tingkat salinitas pada saat
pasang merupakan salah satu faktor yang membatasi distribusi jenis mangrove,
terutama distribusi horizontal. Pasang surut juga berpengaruh terhadap
perpindahan massa antara air tawar dengan air laut sehingga mempengaruhi
distribusi vertikal organisme mangrove. Karena adanya perbedaan tingkat
konsentrasi garam di tanah hutan mangrove mengakibatkan jenis tumbuhan yang
hidup di hutan mangrove harus beradaptasi, yaitu :
•
Sekresi garam (salt extrusion/ salt secretion) : Flora mangrove menyerap
air dengan kelenjar garam yang terdapat pada daun. Mekanisme ini dilakukan oleh
Avicennia, Sonneratia, Aegiceras, Achantus, Laguncularia dan Rhizophora
(melalui unsur-unsur gabus pada daun).
•
Mencegah masuknya garam (salt exclusion) : Flora mangrove menyerap air
tetapi mencegah masuknya garam melalui saringan (ultra filter) yang
terdapat pada akar. Mekanisme ini dilakukan oleh Rhizophora, Ceriops,
Sonneratia, Avicennia, Osbornia, Bruguiera, Exoecaria, Aegiceras, Aegalitis, dan
Acrostichum.
• Akumulasi garam (salt accumulation) : Flora
mangrove sering kali menyimpan Na dan Cl pada bagian kulit kayu, akar dan daun
yang lebih tua. Daun menyimpan garam umumnya sukulen dan pengguguran daun sukulen ini
diperkirakan mengeluarkan kelebihan garam yang dapat menghambat pertumbuhan dan
pembentukan buah.Mekanisme adaptasi akumulasi garam ini terdapat pada Excoecaria,
Lumnitzera, Avicennia, Osbornia, Rhizophora, Sonneratia dan Xylocarpus.
2. Faktor fisik-kimia
Faktor fisik-kimia,misalnya
penggabungan dari beberapa partikel oleh pengendapan dan penguapan, tanah
tempat mangrove hidup, dibentuk oleh akumulasi sedimen yang berasal dari
sungai, pantai atau erosi yang terbawa dari dataran tinggi sepanjang sungai
atau kanal. Sebagian tanah berasal dari akumulasi dan sedimentasi bahan-bahan
koloid dan partikel.Sedimen yang terakumulasi di suatu daerah mangrove dengan
lainnya memiliki karakteristik yang berbeda, tergantung pada sifat dasarnya,
sedimen yang berasal dari sungai berupa tanah berlumpur, sedangkan sedimen
pantai berupa pasir. Degradasi bahan-bahan organik yang terakumulasi sepanjang
waktu menurut Hachinohe et al. (1999) juga merupakan bagian dari tanah
mangrove, yang mana hal tersebut menyebabkan terjadinya :
• Tinggi relatif permukaan tanah terhadap
permukaan air pasang tertinggi (pasang purnama) dan pasang terendah (pasang
perbani), merupakan faktor terpenting yang menentukan sebaran spesies mangrove.
Selain itu, karena tinggi permukaan tanah mudah diukur, peubah ini bisa secara
praktis diandalkan untuk pemilihan spesies.
• Kondisi
topografi dan fisiografi, dinyatakan misalnya berupa posisi relatifnya terhadap
laut, darat, sungai, muara sungai, dan sebagainya.
3.
Faktor biotik
Faktor
biotik seperti produksi dan perombakan bahan-bahan organik.Misalnya pembentukan
nutrien mangrove, (nutrient organik dan nutrien inorganik).Detritus organik
adalah nutrient organik yang berasal dari bahan-bahan biogenik melalui beberapa
tahap degradasi microbial. Detritus organik berasal dari authocthonous (phytoplankton,
bakteri, algae, sisa organisme dan kotoran organisme) allothocthonous (partikulat
dari air aliran sungai, partikel tanah dari pantai dan erosi tanah, serta
tanaman dan hewan yang mati di zona pantai laut)atau
dengan perkataan lain, dalam satu liter air laut, terdapat 30 gr garam.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Edaphis
adalah hutan yang dalam pembentukannya
sangat di pengaruhi oleh keadaan tanah,misalnya sifat sifat fisika, sifat kimia,
sifat biologi tanah serta kelembapan tanah . ekosistem hutan yang termasuk ke
dalam formasi edaphis yaitu hutan rawa,hutan payau,dan hutan pantai.sifat fisika tanah hutan mangrove Faktorfisik yang mencakup
transportasi hara oleh arus pasang, aliran air laut, gelombang, dan aliran
sungai.Hara mangrove dibagi atas hara inorganik dan detritus organik.Hara
inorganik penting adalah N dan P (jumlahnya sering terbatas), serta K, Mg, dan
Na (selalu cukup).sifat Fisika-kimia
tanah mangrove Faktor
fisik-kimia,misalnya penggabungan dari beberapa partikel oleh pengendapan dan
penguapan, tanah tempat mangrove hidup, dibentuk oleh akumulasi sedimen yang
berasal dari sungai, pantai atau erosi yang terbawa dari dataran tinggi
sepanjang sungai atau kanal. Sedangkan sifat biologi adalah seperti produksi dan
perombakan bahan-bahan organik. Misalnya pembentukan nutrien mangrove,
(nutrient organik dan nutrien inorganik).
B. Saran
Dengan dibuatnya
makalah ini, penulis mengharapkan saran serta kritiknya bagi pembaca jika ada kesalahan baik dalam penamaan atau
pun penulisan.
Daftar Pustaka
-http://ayuirmawati.blogspot.com/2012_05_01_archive.html
-http://wawahistanto.blogspot.com/2012/07/hutan-mangrove.html
-http://yogarananda.wordpress.com/2012/11/23/formasi-hutan-mangrove-danformasi-hutan-pantai/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar