Rabu, 30 April 2014

ekosistem mangrove

MAKALAH EKOLOGI TUMBUHAN
TENTANG:
“EDAPHIS EKOSISTEM MANGROVE”
DOSEN PEMBIMBING: Dr.H.Elfis.M.Si



DISUSUN  OLEH : KELOMPOK
ADE NURSYAMSI
IGA MAWARNI
LUSIANI
NOVITA RINJANI PUTRI
PELI APRILA SARI
PUTRI GUSDIANTY SANDRA
RISA FEBRIANI GUSTIANTI

KELAS:6B

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
T.A 2014



DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang............................................................................................ 1
B.     Rumusan Masalah...................................................................................... 2
C.    Tujuan ......................................................................................................... 2

BAB 2ISI
A.    Pengertian.............................................................................................. 3
B. Tekstur Tanah........................................................................................ 3
C.Struktur Tanah....................................................................................... 4
D.Macm Tanah Mangrove......................................................................... 5
E. Faktor...................................................................................................... 7

BAB 3 PENUTUP
A. kesimpulan ............................................................................................ 10
B. saran....................................................................................................... 10
Daftar Pustaka .......................................................................................... 11













KATA PENGANTAR
Syukuralhamdullillahatasrahmatizindanpetunjuknyapenulistelahdapatmenyelesaikansebuahmakalahdenganjudul EDAPHIS EKOSISTEM MANGROVE.
MakalahinidibuatuntukmelengkapitugasdarimatakuliahEkologiTumbuhan.makalahiniberisikantentangpengertianedaphis,strukturtanah,teksturtanah,salinitas,jenistanah, danmacam-macamtanah mangrove, serta  factor-faktornya.
            Akhir kata dengansegalakerendahanhatipenulismenyadari,masihbanyakkekurangansehinggapenulismengharapkanmasukandan saran darimakalah yang di tulis.
                                                                                                   

                       
         

Pekanbaru,23 April 2014






BAB 1
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang

Hutan bakau atau disebut juga hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang-surut air laut.Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik.Baik di teluk-teluk yang terlindung dari gempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai di mana air melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu.
Ekosistem hutan bakau bersifat khas, baik karena adanya pelumpuran yang mengakibatkan kurangnya abrasi tanah; salinitas tanahnya yang tinggi; serta mengalami daur penggenangan oleh pasang-surut air laut. Hanya sedikit jenis tumbuhan yang bertahan hidup di tempat semacam ini, dan jenis-jenis ini kebanyakan bersifat khas hutan bakau karena telah melewati proses adaptasi dan evolusi.
Salah satu fungsi utama hutan bakau atau mangrove adalah untuk melindungi garis pantai dari abrasi atau pengikisan, serta meredam gelombang besar termasuk tsunami. Di Jepang, salah satu upaya mengurangi dampak ancaman tsunami adalah dengan memasang Green Belt atau sabuk hijau hutan mangrove atau hutan bakau. Sedangkan di Indonesia, sekitar 28 wilayah di Indonesia rawan terkena tsunami karena hutan bakau sudah banyak beralih fungsi menjadi tambak, kebun kelapa sawit dan alih fungsi lain .
 Edaphis adalah  hutan yang dalam pembentukannya sangat di pengaruhi oleh keadaan tanah,misalnya sifat sifat fisika, sifat kimia, sifat biologi tanah serta kelembapan tanah . ekosistem hutan yang termasuk ke dalam formasi edaphis yaitu hutan rawa,hutan payau,dan hutan pantai .

Schimper ( 1903 dalam arief 1994) menyebutkan bahwa hutan hutan yang termasuk ke dalam formasi klimatis mencakup hutan tepian, hutan rawa,hutan pantai dan hutan mangrove .

2.    Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari edafis hutan mangrove adalah sebagai berikut:
-          Sifat kimia suatu tanah
-          Sifat fisika suatu tanah
-          Sifat biologi suatu tanah
3.    Tujuan
Dengan mempelajari edafis pada hutan mangrove,maka kita dapat mengetahui:
-          Mengetahui sifat kimia tanah hutan mangrove
-          Mengetahui sifat fisika tanah hutan mangrove
-          Mengetahui sifat biologi tanah hutan mangrove
-          Mengetahui suhu serta kelembapan tanah pada hutan mangrove









BAB II
ISI

A.Pengertian
Hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang-surut air laut.Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik.Baik di teluk-teluk yang terlindung dari gempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai di mana air melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu.
Pada hutan mangrove  yang paling umum adalah hutan bakau tumbuh di atas lumpur tanah liat bercampur dengan bahan organik. Akan tetapi di beberapa tempat, bahan organik ini sedemikian banyak proporsinya; bahkan ada pula hutan bakau yang tumbuh di atas tanah bergambut.Substrat yang lain adalah lumpur dengan kandungan pasir yang tinggi, atau bahkan dominan pecahan karang, di pantai-pantai yang berdekatan dengan terumbu karang.
Edafis adalah  hutan yang dalam pembentukannya sangat di pengaruhi oleh keadaan tanah,misalnya sifat sifat fisika, sifat kimia, sifat biologi tanah serta kelembapan tanah .Untuk penjelasan lebih detail dapat di uraikan sebagai berikut :

Tekstur Tanah
Tanah atau tempat tumbuh atau substrat bagi mangrove bisa dikategorikan dengan bermacam cara. Ada yang mengkategorikan tanah di hutan mangrove menjadi tanah berlumpur, berpasir atau berkoral.Tanah mangrove bisa dikategorikan berdasarkan kematangannya. Tanah belum masak biasa disebut lunak atau lembek, sehingga orang berjalan akan terperosok jauh ke bawah (biasanya ini terjadi di tanah berlumpur) .

Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah (separat) yang dinyatakan sebagai perbandingan proporsi (%) relatif antara fraksi pasir (sand) berdiameter 2,00 – 0,20 mm atau 2000 – 200 µm, debu (silt) berdiameter 0,20 – 0,002 mm atau 200 – 2 µm dan liat (clay) < 2 µm (Hanafiah, 2010).
Struktur Tanah
Struktur tanah merupakan gumpalan-gumpalan kecil dari butiran-butiran tanah. Gumpalan-gumpalan ini terjadi karena butir-butir pasir, debu, dan liat terikat satu sama lain oleh perekat seperti : bahan organik, oksida besi, dan lain-lain. Daerah curah hujan yang tinggi umumnya ditemukan struktur tanah remah atau gramuler dipermukaan dan menggumpal di horizon bawah.Struktur tanah berfungsi memodifikasi pengaruh tekstur terhadap kondisi draenase atau aerasi tanah, karena susunan antar ped atau agregat tanah akan menghasilkan ruang yang lebih besar ketimbang susunan antar partikel primer .
Salinitas
Salinitas adalah derajat konsentrasi garam yang terlarut dalam air. Menurut kusmana (2003) salinitas air tanah merupakan faktor penting dalam pertumbuhan, daya tahan dan zonasi spesies mangrove. Tumbuhan mangrove tumbuh subur di daerah estuari dengan salinitas (10-30)%.
Kondisi salinitas air berpengaruh kepada salinitas tanah dan pH tanah di hutan mangrove. Nilai pH di hutan mangrove akan lebih tinggi dibanding hutan lain yang tidak terpengaruh oleh salinitas air. Kebanyakan pH tanah pada hutan mangrove berada pada kisaran 6-7, meskipun ada beberapa yang nilai pH tanahnya dibawah 5


Jenis Tanah
Jenis tanah pada hutan mangrove umumnya aluvial biru sampai coklat keabu-abuan. Tanah ini berupa tanah lumpur kaku dengan persentase liat yang tinggi, bervariasi, tanah liat biru dengan sedikit atau tanpa bahan organik sampai tanah lumpur coklat hitam yang mudah lepas karena banyak mengandung pasir dan bahan organik .

Menurut Khenmark et al. (1987) dalam Onrizal dan Kusmana (2004), tanah mangrove dapat diklasifikasikan menjadi 3 golongan utama, yaitu :

1.      Golongan I, tanah tidak matang (unripped soils) adalah tanah baru, sifat fisik tanahnya belum sempurna, dan hanya horison A dan C yang dapat diamati dari profil tanah. Pada beberapa daerah tanah dari horison C mungkin berkaitan dengan bahan induknya. Pada umumnya tanah berwarna gelap dari tanah bawah yang biasanya berwarna biru atau hijau. Adapun sifat kimia tanahnya adalah pH sangat rendah hingga 2,5, kadar garam tinggi, variasi bahan organik + 2-20 %, mengandung sejumlah K dan P, variasi tekstur tanah dari liat ke liat berpasir.

2. Golongan II, tanah matang (repening soils) adalah tanah yang sudah berkembang dan umumnya ditemukan di daerah paling atas pada waktu air pasang. Adapun sifat kimia dan fisik tanahnya, yaitu tanah bagian atasnya adalah liat berwarna gelap yang memiliki kedalaman sebesar 10-30 cm dengan kandugan bahan organik yang relatif tinggi, tanah bagian bawah kadar bahan organiknya lebih rendah dengan kedalaman 40-49 cm yang berwarna lebih terang, pH tinggi,kadar garam tinggi, dan kadar P rendah.
3. Golongan III, tanah organik (organic soils) adalah tanah yang mengandung bahan organik yang tinggi dan profil yang dalam. Lapisan tanah organik yang tidak sempurna terdegradasi.Tanah bagian atas abu-abu sampai coklat keabuan. Sifat kimia tanahnya adalah pH rendah, kadar garam dan K yang tinggi, tetapi terdapat kadar P yang rendah dan tekstur tanahnya liat.


            Menurut Gledhill (1963) dalam Onrizal dan Kusmana (2004), sifat tanah merupakan faktor pembatas utama terhadap pertumbuhan di dalam hutan mangrove.Karakteristik kimia dan sifat fisik tanah berbeda pada zona tumbuhan yang berbeda.Demikian pula sifat tanah mangrove berbeda dengan tanah di luar daerah mangrove.Susunan jenis dan kerapatan pada hutan mangrove sangat dipengaruhi oleh susunan tekstur tanah dan konsentrasi ion tanah yang bersangkutan.Pada lahan mangrove yang tanahnya lebih banyak terdiri atas liat (clay) dan debu (silt), terdapat tegakan yang lebih rapat dari lahan yang tanahnya yang mengandung liat dan debu pada konsentrasi yang lebih rendah.Tanah dengan konsentrasi kation Na > Mg > Ca atauK, tegakan dikuasai oleh jenisAvicennia spp.Tanah dengan susunan konsentrasi kation Mg > Ca > Na atau K, tegakan dikuasai oleh nipah (Nypa fruticans).Lebih lanjut pada tanah dengan susunan kation Ca > Mg > Na atau K, tegakan dikuasai oleh jenis Melaleuca spp.
Menurut Matondang (1979) dalam Widhiastuti (1996) tanah hutan mangrove dibagi dalam dua kategori umum, yaitu ;
1. Halic hydraquent, lebih dekat ke laut yaitu tanah liat tidak tua (unripe clay soils) mempunyai nilai n > 0,7. Nilai n adalah hubungan antara persentase tanah liat inorganik dan humus.Makin kecil nilai n berarti tingkat kematangan tanah semakin besar.
2. Halic sulvaquent, lebih dekat ke rawa-rawa yaitu tanah liat muda yang mengandung air secara permanen, mempunyai bahan-bahan sulfidik dalam 50 cm lapisan permukaan tanah dan kapasitas tukar kation tinggi.

           


Pembentukan tanah mangrove menurut Hachinohe et al. (1999) dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

1.    Faktor fisik
Faktor fisik yang mencakup transportasi hara oleh arus pasang, aliran air laut, gelombang, dan aliran sungai.Hara mangrove dibagi atas hara inorganik dan detritus organik.Hara inorganik penting adalah N dan P (jumlahnya sering terbatas), serta K, Mg, dan Na (selalu cukup). Sumber hara inorganik adalah hujan, aliran permukaan, sedimentasi, air laut dan bahan organik yang terdegradasi. Pasang surut menentukan zonasi komunitas flora dan fauna mangrove.Durasi pasang surut berpengaruh besar terhadap perubahan salinitas pada areal mangrove.
Salinitas air menjadi sangat tinggi pada saat pasang naik, dan menurun pada saat pasang surut. Salinitas adalah kadar dari air di ekosistem mangrove. Air yang dimaksud di sini berupa air yang menggenang di atas permukaan tanah atau air yang terletak di dalam tanah di sela-sela butir tanah. Salinitas air di sela-sela butir tanah biasanya lebih tinggi dan fluktuasinya (naik turun) tidak sebesar pada air yang menggenang di atas permukaan tanah. Salinitas dinyatakan dalam persen (%) atau part perthousand (ppt atau 0/00). Salinitas air laut bebas adalah sekitar 30 ppt atau dengan perkataan lain, dalam satu liter air laut, terdapat 30 gr garam.
Nilai salinitas sulit digunakan sebagai kriteria pemilihan spesies yang akan ditanam, karena nilai salinitas sangat berfluktuasi (naik turun) tergantung perubahan musim, pasang surut, dan sebagainya. Perubahan tingkat salinitas pada saat pasang merupakan salah satu faktor yang membatasi distribusi jenis mangrove, terutama distribusi horizontal. Pasang surut juga berpengaruh terhadap perpindahan massa antara air tawar dengan air laut sehingga mempengaruhi distribusi vertikal organisme mangrove. Karena adanya perbedaan tingkat konsentrasi garam di tanah hutan mangrove mengakibatkan jenis tumbuhan yang hidup di hutan mangrove harus beradaptasi, yaitu :

• Sekresi garam (salt extrusion/ salt secretion) : Flora mangrove menyerap air dengan kelenjar garam yang terdapat pada daun. Mekanisme ini dilakukan oleh Avicennia, Sonneratia, Aegiceras, Achantus, Laguncularia dan Rhizophora (melalui unsur-unsur gabus pada daun).
• Mencegah masuknya garam (salt exclusion) : Flora mangrove menyerap air tetapi mencegah masuknya garam melalui saringan (ultra filter) yang terdapat pada akar. Mekanisme ini dilakukan oleh Rhizophora, Ceriops, Sonneratia, Avicennia, Osbornia, Bruguiera, Exoecaria, Aegiceras, Aegalitis, dan Acrostichum.
• Akumulasi garam (salt accumulation) : Flora mangrove sering kali menyimpan Na dan Cl pada bagian kulit kayu, akar dan daun yang lebih tua. Daun menyimpan garam umumnya sukulen dan pengguguran daun sukulen ini diperkirakan mengeluarkan kelebihan garam yang dapat menghambat pertumbuhan dan pembentukan buah.Mekanisme adaptasi akumulasi garam ini terdapat pada Excoecaria, Lumnitzera, Avicennia, Osbornia, Rhizophora, Sonneratia dan Xylocarpus.

2.    Faktor fisik-kimia
Faktor fisik-kimia,misalnya penggabungan dari beberapa partikel oleh pengendapan dan penguapan, tanah tempat mangrove hidup, dibentuk oleh akumulasi sedimen yang berasal dari sungai, pantai atau erosi yang terbawa dari dataran tinggi sepanjang sungai atau kanal. Sebagian tanah berasal dari akumulasi dan sedimentasi bahan-bahan koloid dan partikel.Sedimen yang terakumulasi di suatu daerah mangrove dengan lainnya memiliki karakteristik yang berbeda, tergantung pada sifat dasarnya, sedimen yang berasal dari sungai berupa tanah berlumpur, sedangkan sedimen pantai berupa pasir. Degradasi bahan-bahan organik yang terakumulasi sepanjang waktu menurut Hachinohe et al. (1999) juga merupakan bagian dari tanah mangrove, yang mana hal tersebut menyebabkan terjadinya :
 • Tinggi relatif permukaan tanah terhadap permukaan air pasang tertinggi (pasang purnama) dan pasang terendah (pasang perbani), merupakan faktor terpenting yang menentukan sebaran spesies mangrove. Selain itu, karena tinggi permukaan tanah mudah diukur, peubah ini bisa secara praktis diandalkan untuk pemilihan spesies.
• Kondisi topografi dan fisiografi, dinyatakan misalnya berupa posisi relatifnya terhadap laut, darat, sungai, muara sungai, dan sebagainya.

3.    Faktor biotik
Faktor biotik seperti produksi dan perombakan bahan-bahan organik.Misalnya pembentukan nutrien mangrove, (nutrient organik dan nutrien inorganik).Detritus organik adalah nutrient organik yang berasal dari bahan-bahan biogenik melalui beberapa tahap degradasi microbial. Detritus organik berasal dari authocthonous (phytoplankton, bakteri, algae, sisa organisme dan kotoran organisme) allothocthonous (partikulat dari air aliran sungai, partikel tanah dari pantai dan erosi tanah, serta tanaman dan hewan yang mati di zona pantai laut)atau dengan perkataan lain, dalam satu liter air laut, terdapat 30 gr garam.

           











BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Edaphis adalah  hutan yang dalam pembentukannya sangat di pengaruhi oleh keadaan tanah,misalnya sifat sifat fisika, sifat kimia, sifat biologi tanah serta kelembapan tanah . ekosistem hutan yang termasuk ke dalam formasi edaphis yaitu hutan rawa,hutan payau,dan hutan pantai.sifat fisika tanah hutan mangrove Faktorfisik yang mencakup transportasi hara oleh arus pasang, aliran air laut, gelombang, dan aliran sungai.Hara mangrove dibagi atas hara inorganik dan detritus organik.Hara inorganik penting adalah N dan P (jumlahnya sering terbatas), serta K, Mg, dan Na (selalu cukup).sifat Fisika-kimia tanah mangrove Faktor fisik-kimia,misalnya penggabungan dari beberapa partikel oleh pengendapan dan penguapan, tanah tempat mangrove hidup, dibentuk oleh akumulasi sedimen yang berasal dari sungai, pantai atau erosi yang terbawa dari dataran tinggi sepanjang sungai atau kanal. Sedangkan sifat biologi adalah seperti produksi dan perombakan bahan-bahan organik. Misalnya pembentukan nutrien mangrove, (nutrient organik dan nutrien inorganik).

B. Saran
          Dengan dibuatnya makalah ini, penulis mengharapkan saran serta kritiknya bagi pembaca  jika ada kesalahan baik dalam penamaan atau pun penulisan.








Daftar Pustaka

-http://ayuirmawati.blogspot.com/2012_05_01_archive.html
-http://wawahistanto.blogspot.com/2012/07/hutan-mangrove.html
-http://yogarananda.wordpress.com/2012/11/23/formasi-hutan-mangrove-danformasi-hutan-pantai/

-http://www.cifor.org/online-library/browse/view-publication/publication/3773.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar