BAB 2
PEMBAHASAN
2.1.
Gambaran
Umum Lokasi Penelitian Ekosistem Mangrove
Daerah Sungai Api-Api Kecamatan Bukit Batu Kabupaten Bengkalis
Penelitian ekosistem mangrove di laksanakan pada
hari minggu,tanggal 4 Mei 2014.Penelitian ekosistem mangrove ini di lakukan di
kecamatan bukit batu kabupaten bengkalis. Penelitan ini dilakukan di dua tempat
yaitu daerah pertama di sungai api-api dan daerah kedua di pantai bukit batu.
Sungai api-api terletak di kabupaten bengkalis,
tepatnya sungai ini berada di depan selat bengkalis. Pada daerah ini di dapati
ekosistem mangrove yang masih bagus dan utuh, karena masih banyak jenis
mangrove yang bisa dijumpai di sana. Selain itu juga dapat dilihat perbedaan
morfologi dari tiap jenis mangrove baik itu dari segi akar,buah,daun dan bunga.
Di daerah sungai ini vegetasi mangrove secara khas
memperlihatkan adanya pola zonasi, hal ini berkaitan erat dengan tipe tanah (
lumpur,pasir, atau gambut),terhadap hempasan gelombang, salinitas, serta
pengaruh pasang surut. Ituterlihat dari posisi tumbuh mangrove yang tertata
rapi bersap-sap baik itu di ujung sungai maupun sampai masuk ke daerah dalam
sungai.Pada daerah ini tampak jelas sistem perakaran yang sangat berbeda tiap
zonasinya dimana ini bentuk dari adaptasi tumbuhan mangrove terhadap
lingkungannya, terutama pasang air laut yang tinggi.
Beberapa
faktor lingkungan yang penting dalam mengontrol zonasi mangrove adalah :
·
Pasang surut yang
secara tidak langsung mengontrol dalamnya muka air dan salinitas air tanah,
secara langsung arus pasang surut dapat menyebabkan kerusakan pada anakan.
·
tipe tanah yang secara
tidak langsung menetukan tingkat aerasi tanah, tingginya muka air dan drainase.
·
Kadar garam tanah dan
air yang berkaitan dengan toleransi spesies terhadap kadar garam.
·
Cahaya yang berpengaruh
terhadap pertumbuhan anakan dari spesies intoleran seperti rhizopora,avicennia
dan sonneratia.
·
Pemasokan di aliran air
tawar.
![]() |
![]() |

Tipe tanah pada lokasi ini yaitu berlumpur, walaupun
pada bagian ujung sungai tanahnya tampak seperti serpihan-serpihan kayu, tetapi
dibawah serpihan kayu itu adalah tanah yang berlumpur, serpihan kayu itu hanya
dibawa oleh air laut dan menutupi tanah di lokasi tersebut.Tanah yang berlumpur
merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan tanaman mangrove banyak
tumbuh di lokasi ini, sehingga tak heran jika banyak tanaman mangrove yangdi
jumpai di lokasi ini dengan beragam jenis.
Lokasi yang ke dua yaitu pantai bukit batu,tampak
sekali perbedaan ekosistem mangrove yang nyata antara pantai bukit batu dan
sungai api-api. Pada pantai bukit batu ini dengan tanah yang berpasir putih (
seperti pada pasir pantai umumnya) tetapi pada dasarnya tanah di pantai ini
berlumpur hanya saja ditutupi pasir putih pantai diatasdi dapat lumpurnya, itu
terbukti saat tanah itu digali maka terdapat lumpur dibagian bawah pasir pantai
ini. Ekosistemmangrove tidak terlihat seperti ekosistem mangrove di sungai
api-api. Pada daerah ini tanaman mangrove tidak beragam, hanya beberapa jenis
saja yang masih berada di sana.
Posisi geografis kabupaten bengkalis yang berbatasan
dengan selat melaka menjadikan wilayah pantai utara bengkalis rentan terhadap
terjadinya proses abrasi pantai. Terjadinya proses abrasi ini akibat besarnya
energi gelombang yang dihasilkan di perairan selat melaka. Disamping itu
terjadinya ekploitasi mangrove secara tidak terkendali dan ilegal loging juga
mengakibatkan kerusakan ekosistem mangrove, sehingga salah satu fungsi ekologis
hutan mangrove sebagai penahan gelombang dan ombak menjadi hilang, hal ini yang
mengakibatkan tingginya abrasi diwilayah pantai tersebut.
![]() |
Dari penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa sedikitnya tumbuhan mangrove yang terdapat di daerah ini serta sedikitnya jenis spesies yang terdapat disini, yaitu rata-rata ditumbuhi oleh avicennia di akibatkan oleh abrasi pantai, sehingga banyak spesies yang mati dan hanyut oleh air laut. Hal tersebut terlihat atau diketahui karena dijumpai bekas tunggul tanaman mangrove yang berada jauh diujung pantai.


2.2.
Keanekaragaman
Hayati Ekosistem Mangrove Sungai Api-Api Dan Pantai Bukit Batu Kecamatan Bukit
Batu Kabupaten Bengkalis
2.1.1.
Fauna Ekosistem Mangrove di Sungai Api-Api Dan Pantai Bukit Batu Kecamatan
Bukit Batu Kabupaten Bengkalis
Ekosistem
mangrove merupakan habitat dari berbagai fauna, baik fauna khas mangrove maupun
fauna yang berasosiasi dengan mangrove seperti primata, reptilia, dan burung.
Selain sebagai tempat berlindung dan mencari makan mangrove juga merupakan
tempat berkembang biak bagi burung air.bagi berbagai jenis ikan dan udang
perairan mangrove merupakan tempat ideal sebagai daerah asuhan, tempat mencari
makan dan pembesaran anak. Fauna yang terdapat di ekosistem mangrove di sungai
api-api ini hampir mewakili semua filum
, yaitu meliputi aves, amphibi, pisces,mamalia,dan lain-lain.
Adaptasi
beberapa fauna tersebut di uraikan secara ringkas sebagai berikut :
a. Fauna
Darat
Ø Mamalia
Kebanyakan
mamalia hutan mangrove di sungai api-api ini berdaptasi dengan cara tetap
beraktifitas di atas pohon.namun, ada juga mamalia yang hidup di darat walaupun
sewaktu-waktu naik keatas pohon pada saat sedang pasang.prilaku ini merupakan
adaptasi yang berupa menghindari habitat yang tidak sesuai bagi fauna tersebut
untuk melakukan aktifitas.contoh mamalia yang terdapat di sungai api-api
seperti babi liar, monyet, kelelawar, dan kancil bisa saja di temukan di
sekitar hutan mangrove ini. Sedangkan pada daerah yang kedua yaitu pantai bukit
batu mamalia yang ada mungkin hanya beberapa saja seperti kelelawar,hal ini di
karenakan letak nya ditepi pantai sulit untuk mamalia darat berasosiasi di
tempat ini.
![]() |
Gambar monyet di pohon mangrove
Ø Burung
Adaptasi
pada burung terutama di tunjukkan guna mendapatkan makanan.paruh burung
mangrove yang biasa lebih panjang dibandingkan hidup didarat berguna untuk
mencari makanan di lumpur.burung yang memiliki cantel lebih kuat merupakan
adaptasi untuk dapat memecahkan cangkang kerang-kerangan yang keras.sedangkan
rentang sayap dan ekor yang membulat berguna untuk meningkatkan manufer burung
terbang melalui tajuk hutan mangrove yang terdiri atas beberapa strata.jenis-jenis
burung yang hidup didaerah mangrove tampaknya tidak terlalu berbeda dengan
jenis yang hidup didaerah hutan sekitarnya.mereka menggunakan mangrove sebagai
habitat untuk mencari makan, berbiak atau sekedar beristirahat. contoh burung yang
terdapat pada ekosistem mangrove di sungai api-api seperti burung bangau (ciconiidae) yang bisa dijumpai dipantai
bukit batu, burung raja udang (Alcedinidae)
yang bisa saja di temui di sungai api-api.
Pada
saat melakukan pengamatan dikedua tempat ini kami tidak menemukan burung di
pohon bakau, hal ini di karena kan adanya faktor yang mengganggu keberadaan
burung tersebut sehingga ia lebih memilih bersembunyi sehingga burung tersebut
tidak ditemukan.tetapi, mengingat bahwa ekosistem mangrove sangat berperan
penting dalam ekosistem di sekitarnya maka dapat diketahui bahwa burung yang
dapat di jumpai di ekosistem mangrove ini adalah burung hantu dan burung
![]() |
elang.
Gambar. burung bangau
dihutan mangrove
Ø Reptil
![]() |
Reptil merupakan salah satu jenis hewan yang dijumpi di ekosistem mangrove pada sungai api-api,.jenis-jenis reptilia yang umum di temukan seperti buaya muara, biawak. Ular salah satu reptilia yang paling sering dijumpai di pohon mangrove.biasanya ular berada di atas pohon mangrove.selain itu terkadang warna pada ular tersebut menyerupai warna pada daun mangrove, sehingga sulit membedakan nya dan tentu saja harus berhati-hati apabila berada disekitaran hutan mangrove.
Gambar. Ular bakau yang bisa dijumpai di hutan mangrove
Ø Amfibi
Amfibi merupakan salah satu hewan
yang bisa di jumpai di ekosistem mangrove,seperti yang di ketahui bahwa amfibi
bisa hidup di darat dan di perairan.didalam air katak dewasa beradaptasi
terhadap kadar garam air yang tinggi dengan cara mempertahankan urea dalam
cairan tubuhnya guna meningkatkan tekanan osmotik mendekati tekanan osmotik air
laut.tetapi, pada umumnya sangat sedikit sekali amfibi dapat di temukan
bertahan hidup pada lingkungan yang berair asin seperti lingkungan mangrove.
Ø Serangga

![]() |
Banyak jenis serangga yang di jumpai pada ekosistem mangrove sungai api-api ini seperti semut,laba-laba,dan anai-anai.banyak jenis dari serangga ini yang melekatkan telurnya di dalam buah tumbuhan mangrove dan beberapa spesies lainnya meletakkan telurnya dalam kantung air yang terdapat pada lubang atau celah batang pohon.sejumlah nyamuk meletakkan telurnya dalam liang kepiting yang airnya selalu tersedia.Jenis serangga ini hanya di jumpai pada sungai api-api tetapi tidak di jumpai pada pantai bukit batu. Hal ini dikarenakan karena pohon mangrove selalu tergenang diair laut.
Gambar . semut
pada daun mangrove
Ø Molusca
![]() |
Mulusca sangat banyak ditemukan di area mangrove baik itu di sungai api-api maupun di pantai bukit batu.jenis molusca yang sering di temui seperti kepiting, udang, siput, kerang2an dan umang-umang.jenis dari molusca ini menggunakan mangrove sebagai habitat untuk mencari makan dan berbiak.
![]() |
Gambar. Kepiting kecil di pantai bukit batu
![]() |
Gambar. kerang yang ada di ekosistem mangrove
Gambar . siput yang ada di ekosistem
mangrove sungai api-api
Ø Ikan
(pisces)
![]() |
Ikan menjadikan areal mangrove sebagai tempat pemijahan, habitat permanen dan tempat berkembang biak.sebagai tempat pemijahan,areal mangrove berperan penting karena menyediakan naungan serta mengurangi tekanan predator, khususnya ikan predator.dalam kaitan nya dengan makanan hutan mangrove menyediakan makanan bagi ikan dalam bentuk material organik yang terbentuk dari jatuhan daun.beberapa jenis ikan seperti ikan tembakul (Periophthalmus spp) dan ikan buntal.
Gambar . ikan tembakul di ekosisitem mangrove
![]() |
Gambar. Ikan buntal yang
di temui di pantai bukit batu
2.2.2.
Flora Ekosistem Mangrove di Sungai Api-Api Dan
Pantai Bukit Batu Kecan Bematan Bukit Batu Kabupaten Bengkalis
Keragaman
flora di ekosistem mangrove di keduat tempat penelitian ini sangat berbeda.Di
sungai api-api keanegaraman ekosistem mangrove lebih banyak dibandingkan dengan
ekosistem mangrove di pantai bukit batu, hal ini jelas karena adanya pengaruh
abrasi yang terjadi di pantai tersebut, sehingga banyak spesies yang mati.
Berikut ini akan dijelaskan keragaman flora di sungai api-api dan pantai bukit
batu.
a. Sungai
Api-Api
Keragaman flora di daerah ini sangat beragam, begitu juga dengan
spesies dari mangrove.Beberapa spesies dari tanaman mangrove ini ditemukan di
daerah ini. Berikut akan di jelaskan tentang keanekaragaman flora di sungai
api-api ini baik itu spesies –spesies mangrove maupun flora lain yang terdapat
disungai api-api ini.
·
Spesies Mangrove yang
Terdapat di Sungai Api-Api
Beberapa spesies mangrove dapat ditemukan di daerah ini, ini dikarenakan
daerah ini masih sangat bagus, sehingga masih bisa ditemukan beberapa spesies
di daerah ini. Berikut spesies-spesies mangrove yang ditemukan didaerah ini.
·
Avicennia alba
Avicennia alba merupakan spesies mangrove yang terletak paling
luar yang berhadapan langsung dengan laut. Zona ini umumnya memiliki substrat
lumpur, lembek dan salinitas tinggi. Zona ini merupakan zona vioner karena
jenis tumbuhan yang ada memiliki perakaran yang kuat untuk menahan pukulan
gelombang, serta mampu membantu dalam proses penimbunan sedimen.
![]() |

gambar a. bunga Avicennia
alba .b. buah Avicennia alba
Gambar . perkaranan Avicennia alba
Berikut ciri-ciri morfologi avicennia alba dilihat dari
daun,bunga,buah,dan sistem perakarannya.
-
Nama setempat : Api-api, mangi-mangi putih,
boak,koak,sia-sia
-
Skripsi umum : belukar atau pohon dengan
ketinggian mencapai 5-25 m, banyak bercabang, kulit keabu-hitam, banyak
membentuk kumpulan pohon membentuk sistem perakaran horizontal dan akar napas
yang rumit.
-
Bentuk akar : akar berbentuk cakar ayam
untuk pernapasan, biasanya tipis, berbentuk jari yang ditutupi lentisel,
seperti pensil berbentuk selinder tipis dengan ujung bulat, tidak terlalu
tinggi, akar ramping.Jenis api-api ini menumbuhkan akar napas yang muncul dari
pekatnya lumpur untuk mengambil oksigen dari udara.
-
Daun : permukaan halus,
bagian atas hijau mengkilat, bawahnya pucat, bentuk : lanset kadang elips,
ujung : meruncing
-
Bunga : seperti trilusa
dengan gerombolan bunga ( kuning ) hampir di sepanjang ruas tandan. Letak : di
ujung / pada tangkai bunga. Formasi : bulir ( ada 10-30 bunga pertandan). Daun
mahkota : 4, kuning cerah, 3-4 mm. Kelopak bunga : 5. Bennag sari : 4
-
Buah : seperti kerucut
/cabe/mente. Hijau muda kekuningan. Ukuran 4 x 2 cm.
-
Penyebaran : ditemukan diseluruh
indonesia. Dari india sampai indo cina, melalui malasyia dan indonesia hingga
ke filipina.
-
Manfaat : kayu bakar dan bahan
bangunan bermutu rendah. Getah dapat digunakan untuk mencegah kehamilan. Buah
dapat dimakan.
·
Hibiscus tiliaceus
|
![]() |
Hibiscus tiliaceus merupakan tumbuhan khas dipantai tropis dan sering kali berasosiasi dengan mangrove. Juga umum disepanjang pinggiran sungai dikawasan darataan rendah.Pembungaan sepanjang tahun, biji mengapung dan dapat tumbuh meskipun dimasuki air laut.
![]() |
Gambar . bunga Hibiscus tiliaceus
-
Nama setempat : waru laut, waru langit, waru
langkong,siron,waru lot, waru lenga, waru lengis, baru, kabaru,bahu, molowahu.
-
Deskripsi umum : pohon yang tumbuh tersebar dengan
ketinggian hingga mencapai 15 m. Kulit kayu halus, burik-burik,bewarna cokelat
keabu-abuan
-
Daun : agak tipis ,
berkulit dan permukaan bawah berambut halus dan berwarna agak putih. Unit
&letak : sederhana dan bersilang. Bentuk : seperti hati. Ujung : meruncing.
Ukuran : 7,5-15 x 7,5-14,5 cm.
-
Bunga : berbentuk lonceng.
Saat mekar sore hari, berwarna kuning muda dengan warna jingga/gelap dibagian
tengah dasar, lalu keesokan harinya keseluruhan bunga jadi jingga dan rontok
.dasar dari ganggang tandan bunga yang memanjang ditutupi oleh pinak daun yang
kemudian akan jatuh dan menyisakan
tonjolan berbentung cincin. Letak : diketiak daun. Formasi : soliter
atau berkelompok ( 2-5). Daun mahkota : kuning, diameter 5-7 cm. Kelopak bunga
: 5, bergerigi, tangkai putik : ada 5 ( tidak menyatu ), dengan kepala putik
berwarna ungu kecoklatan.
-
Buah : membuka menjadi 5
bagian, dan memiliki biji khas yang berambut. Ukuran :diameter buah sekitar 2
cm.
-
Penyebaran : di seluruh indonesia.
Pan-tropis , setidaknya di penyemaian. Penyebaran geografis serta sifat ekologi
alami belum diketahui secara pasti.
-
Manfaat : ditanama sebagai pohon
penuduh di taman. Akarnya digunakan sebagai obat demam. Serat kayu digunakan sebagai tali. Daun kadang-kadang
digunakan sebagai makanan ternak. Kayu digunakan sebagai bahan pembutan bagian
dalam perahu.
·
Sonnertia alba
|

Sonneratia alba tumbuh dibagian yang kurang asin di hutan mangrove, pada tanah lumpur yang dalam, seringkali sepanjang sungai kecil dengan air yang menglir pelan dan terpengaruh oleh pasang surut. Tidak pernah tumbuh pada pematang /daerah berkarang.Juga tumbh di sepanjang sungai, mulai dari bagian hulu dimana pengaruh pasang surut masih terasa, serta di areal yang masih didominasi dimana pengaruh pasangti surutmasih terasa, serta di areal yang masih didominasi oleh air tawar.Tidak toleran terhadap naungan. Ketika bunga berkembang penuh ( 20.00 malam ), bunga berisi banyak nektar.pembungaan terjadi sepanjang tahun, biji terapung. Selama hujan lebat kecenderungan daun akan berubah dari horizontal menjadi vertikal.
![]() |
Gambar a. buah sonneritia alba.b.bunga sonneritia alba
-
Nama setempat : Pedada, perepat, pidadabogm, bidada,
rambai, wahat putih, beropak
-
Deskripsi umum : pohon selalu hijau, tumbuh tersebar,
ketinggian kadang-kadang hingga 15 m. Kulit kayu berwarna putih tua hingga
coklat, dengan celah longitudinal yang halus. Akar berbentuk kabel dibawah
tanah dan muncul kepermukaan sebagai akar napas yang berbentuk kerucut tumpul
dan tingginya mencapai 25 cm.
-
Daun : daun berkulit,
memiliki kelenjar yang tidak berkembang pada bagian pangkal ganggang daun.
Ganggang daunnya panjangnya 6-15 mm. Unit dan letak : sederhana &
berlawanan . bentuk : bulat telur terbalik. Ujung : membudar. Ukuran : 5- 12,5
x 3-9 cm.
-
Bunga : biseksual : gagang bunga tumpul panjangnya 1
cm. Letak : di ujung atau pada cabang kecil. Formasi : soliter-kelompok ( 1-3
bunga perkelompok ). Daun mahkota : putih, mudah rontok. Kelopak bunga :
6-8;berkulit;bagian uar hijau , didalam kemerahan. Seperti lonceng, panjangnya
2-2,5 cm. Benang sari : banyak , ujungnya putih dan pangkalnya kuning, mudah
rontok.
-
Buah : seperti bola,
ujungnya bertangkai dan bagian dasarnya terbungkus kelopak bunga. Buah mengandung
banyak biji ( 150- 200 biji ) dan tidak akan membuka pada saat telah matang.
Ukuran : diameter 3,5-4,5 cm.
-
Sistem perakan : perakaran pneunatrofor, merupakan
akar napas, akar keluar dari dalam tanah seperti pensil, tegak kepermukaan,
lancip, berwarna cokelat muda- cokelat tua. Kulit akar mudah terkelupas, bagian
dala akar berwarna merah. Berasal dari akar pokok yang berasal dari dalam
tanah.
-
Manfaat : buahnya asam dapat
dimakan. Di sulawesi, kayu dibuat untuk perahu dan bahan bakar ketika tidak ada
bahan bakar lain. Akar napas digunakan oleh orang irian untuk gabus dan
pelampung.
·
Lumnitzera racemosa
![]() |
Tumbuh pada substrat yang halus, pada bagian tepi atas dari jalan air.Memerlukan masukan air tawar tahunan yang tinggi.Jarang terdapat diluar zona pantai.Biasanya tumbuh pada tegaka yang berkelompok memliki sistem perakaran yang rapat dan kuat yang tersesuaikan lebih baik terhadap perubahan masukan air, dibandingkan dengan sebagian besar jenis tumbuhan mangrove lainnya.Serbuk sari lengket daan penyerbukan nampaknya dibantu oleh lalat Drosophila.Buah yang tersesat serta adanya rongga udara pada biji membantu penyebaran mereka malalui air.Kadang-kadang bersifat vivipar.
Gambar a. pohon Lumnitzera racemosa. b.bentuk & posisi daun Lumnitzera
racemosa
![]() |
Gambar a. buah Lumnitzera racemosa.b. bunga Lumnitzera racemosa
-
Nama setempat : nipah, tangkal daon, buyuk, lipa.
-
Deskripsi umum : seperti susunan daun kelapa. Panjang
tandan/ganggang daun 4-9 m. Terdapat 100-120 pinak daun pada setiap tandan
daun, berwarna hijau mengkilat,di permukaan atas dan berserbuk dibagian bawah.
Bentuk : lanset.ujung : meruncing. Ukuran : 60-130 x 5-8 cm.
-
Bunga : tandan bunga biseksual tumbuh dari dekat
puncak batang pada gagang sepanjang 1-2 m. Bunga betina membentuk kepala
melingkar bierdiameter 25-30 cm. Bunga jantan kuning merah, terletak dibawah
kepala bunganya.
-
Buah : buah berbentuk bulat, warna coklat, kaku dan
berserat. Pada setiap buah terdapat satu biji berbentuk telur. Ukuran :
diameter kepala buah: sampai 45 cm.
Diameter biji 4-5 cm.
-
Sistem perakaran : berupa noprominen aerial roots yaitu perakaran
seperti pohon selayaknya akar berada dibawah tanah sehingga sulit diamati.
-
Manfaat : kayunya keras dan tahan
lama, cocok untuk berbagai keperluan bahan bangunan, seperti jembatan, kapal,
furnitur dan sebagainya. Ukuran lebih kecil dari L. Littorea sehingga sangat
jarang ditemukan kayu yang berukuran besar. Kulit kayu kadang – kadang digunkan
sebagi pelipis.
·
Xylocarpus granatum
Tumbuh di sepanjang pinggiran sungai pasang surut, pinggir
daratan dari mangrove, dan lingkungan payau lainnya yang tidak terlalu
asin.Sering kali tumbuh mengelompok dalam jumlah besar.Individu yang telah tua
seringkali ditumbuhi oleh epifit.
![]() |
Gambar .potret tanaman Xylocarpus granatum
![]() |
Gambar a. buah Xylocarpus granatum.b.batang Xylocarpus
granatum
-
Nama setempat :
niri, nilih, nyireh, nyiri, nyuru, jombok gading, buli putih, buli
hitam, inggili, siri, nyireg bunga,nyiri udang.
-
Deskripsi umum : pohon mencapai ketinggian 10-20 m.
Memiliki akar papan yang melebar kesamping, meliuk-liuk dan membentuk
celahan-celahan. Batang seringkali berlubang, khususnya pada pohon yang lebih
tua. Kulit kayu berwarna coklat muda-kekuningan, tipis dan mengelupas., sementara
pada cabang yang muda, kulit kayu berkeriput.
-
Daun : agak tebal, susunan
daun berpasangan( umumnya 2 pasang bertangkai ) dan ada pula yang menyendiri.
Unit &letak : majemuk & berlawanan. Bentuk : elips-bulat telur
terbalik. Ujung : membudar. Ukuran : 4,5 – 77 cm x 2,5- 9 cm.
-
Bunga : bunga terdiri dari
dua jeni8s kelamin atau betina saja. Tandan bunga ( panjang 2-7 cm ) muncul dar
dasar ( ketiak ) tangkai daun dan tangkai bunga panjangnya 4-8 mm. Letak :
diketiak . formasi : gerombol acak ( 8-20 bunga pergerombol ). Daun mahkota : 4
cuping; kuning muda;panjang 3 mm. Benang sari : berwarna putih krem dan menyatu
do dalam tabung.
-
Buah : seperti bola (
kelapa ), berat bisa 1-2 kg, berulit, warna hijau kecoklatan. Buahnya
bergelantungan pada dahan yang dekat permukaan tanah dan agak bersembunyi.
Didalam buah terdapat 6-16 biji besar-besar, berkayu dan berbentuk tetrahedral.
Susunan biji didalam buah membingungkan seperti teka-teki ( dalam bahasa
inggris disebut sebagai “ fuzzle fruit “). Buah akan pecah pada saat kering
.ukuraan : buah : diameter 10-20 cm.
-
Penyebaran : di indonesia, tumbuh di Jawa, Madura, Bali,
Kepulauan Karimun Jawa, Sumatera,Sumba, Irian Jaya
-
Manfaat : kayunya hanya tersedia dalam ukuran kecil,
kadang-kadang digunakan sebagai bahan pembuatan perahu. Kulit kayu dikumpulkan
karena kandungan taninnya yang tinggi.
-
![]() |
Sistem perakaran : perakaran papan dan plank roots. Perakaran papan ini berupa sistem perakaran yang berbentuk papan. Akar keluar dari batang keluar secara radial. Akar berwarna cokelat gelap dan agak kehitaman karena tertutup substrat. Plank root perupakan sistem perakaran yang menjalar seperti perakaran normal, namun bedanya berada di atas permukaan tanah. Perkembangan akar seperti ular yang meliuk-liuk.
Gambar . bunga Xylocarpus granatum
![]() |
Gambar. Akar Xylocarpus granatum
·
Xylocarpus
molucinnesis
![]() |
Jenis mangrove sejati di hutan pasang surut, pematang sungai pasang surut, serta tampak sepanjang pantai.
Gambar . potret tanaman
xylocarpus muluccensis
![]() |
Gambar a. buah Xylocarpus muluccensis.b.bunga Xylocarpus muluccensis
-
Nama setempat : niri/nyirih batu, nyirih,siri,
jombok, perasar, kabau, raru, nyiri gundik, nyuru, mojong tihulu, pamuli.
-
Deskripsi umum : pohon tingginya antara 5-20 m.
Memiliki akar napas mengerucut berbentuk cawan. Kulit kayu halus, sementara
pada batang utama memiliki guratn-guratan permukaan yang tergores dalam.
-
Daun : tipis, susunan daun berpasangan ( umumnya 2-3
ps pertangkai ) dan ada pula yang menyendiri. Unit &letak : majemuk
&berlawanan. Bentuk : elips – bulat telur terbalik. Ujung : meruncing.
Ukuran : 4-12 cm x 2-6,5 cm.
-
Bunga : terdiri dari dua
jenis kelamin atau betina saja. Tandan bunga ( panjang 6-18,5 cm ) muncul dari
ketiak daun dan tangkai bunga panjangnya 2-10 mm. Letak : diketiak. Formasi :
gerombol acak ( 10-35 bunga pergerombol
). Daun mahkota : 4;putih kekuningan ;
lonjong; tepinya bundar, panjangnya 6-7 mm. Kelopak bunga : 4 cuping; hijau
kekuningan, panjang sekitar 1,5 mm. Benang sari : 8, menyatu; putih krem dan
tingginya sekitar 2mm.
-
Buah : warna hijau, bulat
jambu bangkok, permukaan berkulit dan didalamnya terdapat 4-10 kepingan biji berbentuk tetrahedral. Ukuran :8-15
cm.
-
Penyebaran : di indonesia terdapat Di
Jawa, Bali, Maluku, NTt, Sulawesi,Kalimantan,Irian Jaya.
-
![]() |
Manfaat : kayu di pakai untuk kayu bakar, membuat rumah, perahu, dan kadang – kadang untuk gagang keris. Biji digunakan sebagai obat sakit perut. Jamu yang berasal dari buah di pakai untuk obat habis bersalin dan meningkatan nafsu makan. Tanin kulit katyu digunakan untuk membuat jala serta sebagai obat pencernaan.
Gambar .akar Xylocarpus muluccensis
·
Excoearia agallocha
Tumbuhan ini sepanjang tahun memerlukan masukan air tawar dalam
jumlah besar.Umumnya di temukan pada bagian pinggir mangrove di bagian
daratan,atau kadang-kadang di atas batas air pasang.Jeni ini juga ditemukan
tumbuh di sepanjang pinggiran danau asin ( 90% air laut ) dipulau vulkanis
satond,sebelah utara sumbawa.
Mereka umumnya ditemukan sebagai jenis yang tumbuh kemusdian pada beberapa hutan yang telah di
tebang, misalnya di suaka margasatwa.Karang-Gading langkat timur laut,dekat
medan,Sumatra utara.perbungaan terjadi sepanjang tahun.Penyerbukan dilakukan
oleh serangga, khususnya lebah.Hal ini terutama diperkirakan terjadi karena
adanya serbuk sari yang tebal serta kehadiran nektar yang memproduksi kelenjar
pada ujung pinak daun di bawah bunga.
-
Nama setempat : buta-buta, menengan,madengan, kayu
wuta, sambuta, kalapinrang, mata huli, makasuta, goro-goro raci, kalibuda,
betuh, warejit, bebutah.
-
Deskripsi umum : pohon merangas kecil dengan
ketinggian mencapai 15 m. Kulit kayu bewarna abu-abu, halus, tetapi memiliki
bintil.akar menjalar di sepanjang permukaan tanah,seringkali berbentuk kusust
dan di tutupi oleh lentisel.Batang, dahan dan daun memiliki getah (warna putih
dan lengket) yang dapat mengganggu kulit dan mata.
-
Daun : hijau tua dan akan
berubah menjadi merah bata sebelum rontok, pinggiran bergerigi halus, ada 2
kelenjar pada pangkal daun.Unit &Letak : sederhana,bersilangan. Bentuk :
elips. Ujung : meruncing. Ukuran : 6,5-10,5 x 3,5-5 cm.
-
Bunga : memiliki bunga
jantan atau betina saja, tidak pernah keduanya.bunga jantan (tanpa ganggang)
lebih kecil dari betina, dan menyebar di sepanjang tandan. Tandan bunga jantan
berbau, tersebar, bewarna hijau dan panjangnya mencapai 11 cm. Letak : diketiak
daun. Formasi : Bulir. Daun mahkota : hijau & putih. Kelopak bungan : hijau
kekuningan. Benang sari : 3
-
Buah : bentuk seperti bola
dengan 3 tonjolan, warna hiaju, permukaan seperti kulit, berisi biji bewarna
coklat tua. Ukuran : 5-7 cm.
-
Sistem perakaran :
kerucut memanjang dengan banyak cabang dan mempunyai rambut akar dengan
bentuk tersebut memudahkan akar untuk menyerap air dan mineral bagi
pertumbuhannya.
-
Penyebaran : tumbuh di sebagian besar
wilayah asia tropis, termasuk di indonesia, dan australia.
-
Manfaat : akar dapat digunakan
untuk mengobati sakit gigi dan pembengkakan. Kayu di gunakan untuk bahan
ukiran. Kayu tidak bisa di gunakan sebagai kayu bakar karena bau wanginya tidak
sedap bagi masakan.kayu dapat di gunakan
untuk membunuh ikan. Kayunya kadang-kadang di jual karena wanginya akan hilang beberapa tahun kemudian.
![]() |
Gambar a. pohon Excoearia agallocha .b. bunga Excoearia agallocha
![]() |
Gambar . bunga ,buah .dan bentuk
serta posisi daun Excoearia agallocha
![]() |
Gambar akar Excoearia agallocha
·
Acrostichum
speciosum
Ferna tahunan.Tumbuh pada areal mangrove yang lebih sering
tergenang oleh pasang surut. Khususnya tumbuh pada gundukan lumpur yang “
dibangun “ oleh udang dan kepiting. Biasanya menyukai areal yang terlindung.
Daun yang fertil dihasilkan pada bulan Agustus hingga April .”kecambah “
berlimpah pada bulan januari hingga April ( di jawa ).
![]() |
Gambar.a.Tanaman Acrostichum speciosum.b.bentuk & posisi daun Acrostichum speciosum
-
Nama setempat : piai lasa
-
Deskripsi umum : ferna tanah , membentuk tandan yang
kasar dengan ketinggian hingga 1,5 m. Sisik akar rimpang panjangnya hingga 8
mm.
-
Daun : sangat mencolok,
umumnya panjang nya kurang dari 1 m dan memiliki pinak daun fertil berwarna
karat pada bagian ujungnya, tertutup secara seragam oleh sporangia besar. Pinak
daun berukuran 28x10 cm. Pinak daun yang steril memiliki ujung lebih kecil dan
menyempit. Jenis ini berbeda dengan A.aureum dalam hal ukuran pinak daunnya
yang lebih kecil dan ujungnya meruncing, permukaan bagian bawah pinak daun yang
fertil berwarna coklat meruncing, permukaan bagian bawah pinak daun yang fertil
berwarna coklat tua di tutupi oleh
spongia, serta daun mudanya berwarna hijau-kecoklatan.sisik terdapat pada
pangkal daun. Sisik menebal di bagian tengah. Spora besar dan berbentuk
tetahedral
-
Penyebaran : Asia Dan Australia tropis. Di
seluruh indonesia.
-
Manfaat : daun digunakan sebagai
alas kandang ternak
·
Acrostichum aureum
Ferna tahunan yang tumbuh di mangrove dan pematang tambak, sepanjang kali dan sungai
payau serta saluran. Tingkat toleransi terhadap genangan air laut tidak
setinggi A.speciosum.ditemukan dibagian daratan dari mangrove. Biasa terdapat
pada habitat yang rusak, seperti areal mangrove yang telah ditebangi yang
kemudian akan menghambat tumbuhan mangrove untuk beregenerasi. Tidak seperti
A.speciosum, jenis ini menyukai areal yang terbuka terang dan disinari
matahari.

Gambar a. potret Acrostichumaureum.b. bentuk dan posisi daunAcrostichum aureum
-
Nama setempat : piai raya , mangrove varen, hata
diuk, paku cai, kala keok, wikakas
-
Deskripsi umum : ferna berbentuk tandan di tanah,
besar, hingga 4 m. Batang timbul dan lurus, ditutupi oleh ulat besar. Menebal
dibagian pangkal, coklat tua dengan peruratan yang luas, pucat, tipis, ujungnya
bercampur dengan urat yang sempit dan tipis.
-
Penyebaran : pan-tropis. Terdapat di
seluruh indonesia
-
Manfaat : akar rimpang dan daun
tua digunakn sebagai obat. Daun digunakan sebagai alas ternak. Daun mudanya
dilaporkan dimkan di Timor dan Sulawesi Utara.
·
Nypa fruticans wurmb
Tumbuh
pada substrat yang halus, pada bagian tepi atas dari jalan air.memerlukan
masukan air tawar tahunan yang tinggi. Jarang terdapat di luar zona
pantai.Biasanya tumbuh pada tegakan yang berkelompok. Memiliki sistem perkaran
yang rapat dan kuat yang tersesuaikan lebih baik terhadap perubahan masukan
air, dibandingkan dengan sebagian besar jenis tumbuhan mangrove lainnya.Serbuk
sari lengket dan penyerbukan nampaknya di bantu oleh lalat Drosophila.buah yang berserat serta adanya rongga udara pada biji
membantu penyebaran mereka melalui air.kadang-kadang bersifat vivivar.


![]() |
Gambar. Potret tanaman Nypa fruticans
-
Nama setempat : nipah, tangkal daon, buyuk, lipa.
-
Deskripsi umum : palma tanpa batang di permukaan,
membentuk rumpun. Batang terdapat dibawah tanah, kuat dan menggarpu. Tinggi
dapat mencapai 4-9 m.
-
Daun : seperti susunan daun
kelapa. Panjang tandan/gagang daun 4-9 m. Terdapat 100-120 pinak daun pada
setiap tandan daun, bewarna hijau mengkilat di permukaa atas dan berserbuk di
bagian bawah. Bentuk : lanset. Ujung : meruncing. Ukuran : 60-130 x 5-8 cm.
-
Bunga : tandan bunga
biseksual tumbuh dari dekat puncak batan pada gagang sepanjang 1-2 m. Bunga
betina membentuk kepala melingkar berdiameter 25-30 cm. Bunga jantan kuning
cerah, terletak di bawah kepala bunganya.
-
Buah : buah berbentuk
bulat, warna coklat, kaku dan berserat. Pada setiap buah terdapat satu biji
berbentuk telur. Ukuran : diameter kepala buah : sampai 45 cm. Diameter biji :
4-5 cm.
-
Distribusi : asia tenggara, malaysia,
seluruh indonesia, papua new guinea, filipina, australia dan pasifik barat.
-
Manfaat : sirup manis dalam
jumlah yang cukup banyak dapat dibuat dari batangnya, jika bunga diambil pada
saat yang tepat. Digunakan untuk memproduksi alkohol dan gula. Jika di kelola
dengan baik, produksi gula yang di hasilkan lebih baik di bandingkan dengan
gula tebu, serta memiliki kandungan sukrosa yang lebih tinggi. Daun digunakan
untuk bahan pembuatan payung, topi, tikar, keranjang dan kertas rokok. Biji
dapat di makan. Setelah diolah, serat gagang daun juga dapat dibuat tali dan
bulu sikat.
·
Rhzophora apiculata
![]() |
Tumbuh pada tanah berlumpur, halus, dalam dan tegenang pada saat pasang normal.tidak meyukai substrat yang lebih keras yang bercampur dengan pasir.tingkat dominai dapat mencapai 90% dari vegetasi yang tumbuh di suatu lokasi. Menyukai perairan pasang surut yang memiliki pengaruh masuka air tawar yang kuat secara permanen.Percabangan akarnya dapat tumbuh secara abnormal karena gangguan kumbang yang menyerang ujung akar. Kepiting dapat juga menghambat pertumbuhan mereka karena mengganggu kulit akar anakan.Tumbuh lambat,tetapi perbungaan terdapat sepanjang tahun.
Gambar . tanaman Rhizopora apiculata
![]() |
Gambar . buah rhizopora apiculata
-
Nama setempat : Bakau minyak, bakau tandok, bakau
akik, bakau puteh, bakau kacang, bakau leutik, akik, bangka minyak, donggo
akit, jankar, abat, parai, mangi-mangi, slengkreng, tinjang, wako.
-
Deskripsi umum : pohon denga ketinggian mencapai 30 m
dengan diameter batang mencapai 50 cm. Memiliki perkaran yang khas hingga
mencapai ketinggian 5 meter, dan kadang-kadang memiliki akar udara yang keluar
dari cabang.kulit kayu bewarna abu-abu tuadan berubah-ubah.
-
Daun : berkulit, warna
hijau tua dengan hijau muda pada bagian tengah dan kemerahan dibagian bawah.
Ganggang daun panjangnya 17-35mm dan warnanya kemerahan. Unit dan letak :
sederhana & berlawanan.bentuk : elips menyempit. Ujung : meruncing. Ukuran
: 7-19 x 3,5-8 cm.
-
Bunga : biseksual, kepala
bunga kekuningan yang terletak pada ganggang berukuran <14 mm. Letak : di
ketiak daun. Formasi : kelompok ( 2 bunga perkelompok). Daun mahkota : 4;kuning
putih, tidak ada rambut, panjang nya 9-11 mm. Kelopak bunga : 4; kuning
kecoklatan, melengkung. Benang sari : 11-12; tak bertangkai.
-
Buah : buah kasar
berbentuk bulat memanjang hingga seperti buah pir, warna coklat, panjang 2-3,5
cm, berisi satu biji fertil,.hipokotil silindris, berbintil, bewarna hijau
jingga. Leher kotiledon bewarna merah jika sudah matang. Ukuran : hipokotil
panjang 18-38 cm dan diameter 1-2 cm.
-
Penyebaran : sri lanka, seluruh malaysia dan
indonesia hingga australia tropis dan kepulauan pasifik.
-
![]() |
Manfaat : kayu dimanfaatkan untuk bahan bangunan, kayu bakar dan arang.kulit kayu berisi hingga 30% tanin ( persen berat kering ) . cabang akar dapat di gunakan sedbagai jangkar dengan di berati batu. Dijawa acapkali di tanam di pinggiran tambak untuk melindungi pematang. Sering di gunakan sebagai tanaman penghijauan.
Gambar . akar rhizopora
apiculata
2.3.
Jaring
– Jaring Makanan Ekosistemmangrove Sungai Api-Api Dan Pantai Bukit Batu
Kecamatan Bukit Batu Kabupaten Bengkalis
2.3.1. Rantai makanan
Rantai
makanan merupakan perpindahan energy makanan dari sumber tumbuhan melalui
organisme atau jenjang makanan. Rantai makanan memiliki dua tipe dasar, yaitu
rantai makanan yang berasal dari rumput-rumputan dan rantai makanan yang
berasal dari sisa ( detritus food chain) mikroorganisme.
Dalam
Masterendi blog ( 2012 ) para ahli ekologi membedakan rantai makanan menjadi
beberapa golongan.
1. Rantai
makanan pemangsa
Pada
rantai pemangsa yang menjadi landasan utamanya adalah tumbuhan hijau sebagai prodosen. Rantai pemangsa
dimulai dari hewan yang bersifat herbivora sebagai konsumen 1 dilanjutkan
dengan hewan karnivora yang memangsa herbivora sebagai konsumen ke-2 dan berakhir
pada hewan pemangsa karnivora maupun herbivora sebagai konsumen ke3
Berikut
rantai makanan pemangsa yang terdapat pada ekosistem mangrove:




2.
Rantai Parasit
Rantai
parasit merupakan rantai makanan yang dimulai dari organisme besar hingga
organisme yang hidup sebagai parasit. Contoh organisme parasit di ekosistem
mangrove antara lain cacing, bakteri, dan hama.
Contoh
rantai parasit di ekosisitem mangrove

3.
Rantai saprofit
Rantai saprofit dimulai dari
organisme mati ke jasad pengurai.Misalnya jamur dan bakteri.Rantai-rantai di
atas tidak berdiri sendiri tapi saling berkaitan satu dengan lainnya sehingga
membentuk jaring-jaring makanan.

Pendapat lain menyatakan bahwa
rantai makanan adalah pengalihan energy dari sumbernya dalam tumbuhan melalui
sederatan organisme yang makan dan yang dimakan (Soemarno,2007).




1. Daun
jatuh

2. 

Daun
jatuh (mangrove) udang-udangan
ikan kecil burung
bangau detritus







|
|||||||||||
![]() |
|||||||||||
![]() |
|||||||||||
|
|||||||||||
|
|||||||||||
![]() |
|||||||||||
Gambar
. contoh salah satu rantai makanan yang terdapat pada ekosistem mangrove di
sungai api-api
Selain rantai makanan
di atas, tentunya rantai makanan yang terjadi pada ekosistem mangrove sangat
bervariasi. Agar kita dapat lebih memahami berbagai rantai makanan yang terjadi
pada ekosistem mangrove, maka akan di jelaskan dengan bagan dibawah ini

Gambar
.rantai makanan yang terdapat pada ekosistem mangrove
di sungai api-api kecamatan bukit batu
di sungai api-api kecamatan bukit batu
Jika terjadi rantai
makanan, maka telah terjadi aliran energi didalamnya. Nutrient-nutrient, unsur
hara baik makro ( K, Mg , Ca, P,N ) dan mikro ( Fe , Cu , Mn ). Sebagaimana
kita ketahui bahwa aliran energi merupakan suatu siklus yang sejalan dengan
adanya rantai makanan, siklus ini bisa dikatakan senyawa-senyawa kimia yang
mengalir dari komponen abiotik ke biotik lalu kembali ke komponen abiotik.
![]() |
|

|
|
|


Selain rantai makanan
di atas, tentunya rantai makanan yang terjadi pada ekosistem mangrove sangat
bervariasi. Agar kita dapat lebih memahami berbagai rantai makanan yang terjadi
pada ekosistem mangrove, maka akan di jelaskan dengan bagan dibawah ini
![]() |
|||
|
3.2.2.
Jaring
– jaring makanan
Dalam ekosistem, rantai
makanan jarang berlangsung dalam urutan linear, tetapi membentuk jaring-jaring
makanan ( food web ). Jaring-jaring makanan adalah kumpulan beberapa rantai
makanan dalam suatu ekosistem yang saling berhubungan dan menyatu. Pada uraian
sebelumnya tentang rantai makanan, dijelaskan
bahwa setiap organisme seakan-akan hanya memakan atau dimakan oleh satu
organisme lain saja. Hal yang sebenarnya terjadi adalah dalam suatu ekosistem
tidaklah demikian. Tiap organisme mungkin memakan atau dimakan lebih dari satu
organisme dalam satu rantai makanan yang sama atau makan dari rantai makanan
lain. Ini biasanya terjadi pada hewan karnivora taraf trofi tinggi.Dalam
ekosistem rantai.
Dalam admin 2012
menyatakan bahwa jaring-jaring makanan adalah kumpulan beberapa rantai makanan
dalam suatu ekosistem yang saling berhubungan dan menyatu.Selanjutnya menurut odum dalam Indrianto (2008),
jaring-jaring makanan merupakan gabungan dari berbagai rantai makanan. Semua
rantai makanan dalam suatu ekosistem tidak bediri sendiri, melainka saling berkaitan satu sama lain. Selain itu,
jaring-jaring makanan dalam suatu ekosistem dapat menggambarkan kesetabilan ekosistem
tersebut.
Jaring –
jaring makanan merupakan rantai-rantai makanan yang saling berhubungan satu
sama lain sedemikian rupa sehingga membentuk seperti jaring-jaring makanan
terjadi karena setiap jenis makhluk hidup tidak hanya memakan atau dimakan oleh
satu jenis makhluk hidup lainnya.






|
|
|






|

|


|

|
|


|
|
|


|
Pada sebuah ekosistem terdapat banyak
komponen.Komponen-komponen ekosistem, antara lain produsen, konsumen, pengurai
dn komponen abiotik.
1)
Produsen
Semua
tumbuhan hiaju adalah produsen dalam sebuah ekosistm. Produsen artinya
penghasil, yaitu menghasilkan bahan-bahan organik bagi makhluk hidup lainnya.
2)
Konsumen
Konsumen
adalah pemakai bahan organik yang dihasilkan oleh produsen. Berikut ini
beberapa tingkatan konsumen menurut apa yang dimakan.
a.
Konsumen tingkat I adalah makhluk hidup yang memperoleh
energi langsung dari produsen.
b.
Konsumen tingkat II.konsumen tingkat II adalah makhluk
hidup yang memperoleh makanan dari konsumen tingkat I.
c.
Konsumen tingkat III.Konsume tingkat III adalah makhluk
hidup yang memperolrh makanan dari konsumen tingkat II.
d.
Pengurai
Pengurai
adalah makhluk hidup yang menguraikan kembali zat-zat yang semula terdapat
dalam tubuh hewan dan tumbuhan yang telah mti.pengurai membantu proses
penyuburan tanah.misalnya bakteri dan jamur.
e.
Komponen abiotik
Komponen
abiotik adalah tempat tumbuhan hijau(produsen) tumbuh.kesuburan lingkungan
abiotik ditentukan oleh kerja pengurai.
![]() |
![]() |



|
|
|
3.2.3 Piramida makanan
Piramida
makanan adalah suatu piramida yang menggambarkan perbandingan komposisi jumlah
biomassa dan energi dari produsen sampai konsumen puncak dalam suatu ekosistem.
Komposisi biomassa terbesar terdapat pada produsen yang menempati dasar
piramida. Demikian pula jumlah energi terbesar terdapat pada dasar piramida.
Komposisi biomassa dan energi ini semakin keatas semakin kecil karena selama
proses perpindahan energi terjadi penyusutan jumlah energi pada setiap tingkat
trofik.
![]() |
Gambar. Piramida makanan di ekosistem mangrove Sungai Api-Api
![]() |
|||
|
2.4.
Pola
Interaksi Ekosistem Mangrove Di Sungai Api-Api dan Pantai
Bukit Batu Kecamatan Bukit Batu Kabupaten Bengkalis.
Semua makhlik hidup
selalu bergantungan dengan makhluk hidup
yang lain. Tiap individu akan selalu berhubungan deengan individu lain
yang sejenis atau lain jenis, baik individu dalam satu populasinya atau individu-individu dari
populasi lain.
2.4.1.
Interaksi
antar organisme
Dalam
suatu ekosistem maupun komunitas pasti
akan terjadinya interaksi antar organisme satu dengan organisme yang lain.
Interaksi itu terjadi ada yang bersifat menguntungkan,merugikan,bahkan tidak
berpengaruh sama sekali.
a. Netral
Hubungan tidak saling mengganggu antar
organisme dalam habitat yang sama. Bersifat tidak menguntungkan dan tidak
merugikan kedua belah pihak
Pada saat melakukan penelitian ini kami
tidak menemukan interaksi netral di kedua tempat penelitian.
b. Predasi
Predasi adalah hubungan antara mangsa
dan pemangsa ( predator). Hubungan ini sangat erat sebab tanpa pemangsa,
predator tidak dapat hidup.Sebaliknya, predator juga berfungsi sebagai
pengontrol populasi mangsa.
·
Contoh predasi yang
terjadi di sungai api-api:

·
Contoh predasi yang
terjadi di pantai bukit batu

c. Parasitisme
Parasitisme adalah hubungan antara
organisme yang berbeda spesies, bila salah satu organisme hidup pada organisme
lain dan mengambil makanan dari hosper/inangnya sehingga merugikan inangnya.
·
Contoh parasitisme pada
ekosistem mangrove di sungai api-api:

·
pada ekosistem mangrove pantai bukit batu, tidak ditemui
hewan atau tumbuhan parasite pada
mangrove, tetapi hal yang menjadi penyebab
utama kerusakan mangrove adalah abrasi pantai.
d. Komensalisme
Komensalisme merupakan hubungan dan
organisme yang berbeda spesies dalam bentuk kehidupan bersamaan untuk berbagi
sumber makanan ; salah satu spesies di untungkan dan yang satu lagi tidak
diuntungkan maupun dirugikan.
·
Contoh komensalisme
pada ekosistem mangrove di sungai api-api

·
Pada saat pengamatan
kami tidak menemukan Contoh komensalisme pada ekosisitem mangrove di Pantai
Bukit Batu.
e. Mutualisme
Mutualisme merupakan hubungan antara dua
organisme yang berbeda spesies yang saling menguntungkan kedua belah pihak.
·
Contoh mutualisme pada
ekosistemn mangrove di sungai api-api:

·
Pada saat peraktikum
kami tidak menenmukan Contoh mutualisme pada ekosistemn mangrove di Pantai Bukit Batu
2.4.2.
Interaksi
antar populasi
Antara populasi yang satu dengan populasi yang lain salalu
terjadi interaksi secara langsung atau tidak langsung dalam
komunitasnya. Contoh interaksi
secara langsung atau tidak langsung dalam komunitas maupun ekosistemnya.
Berikut akan dijelaskan contoh dari interaksi antar populasi.
a. Alelopati
Merupakan
interaksi antar populasi, bila populasi yang satu menghasilkan zat yang dapat
menghalangi tumbuhnya populasi lain.
b.
Kompetisi
Merupakan
interaksi antar populasi ,bila antar populasi terdapat kepentingan yang sama
sehingga terjadi persaingan antara mendapatkan apa yang diperlukan.
·
Contoh kompetisi antar
populasi pada ekosistem mangrove di sungai api-api
Kompetisi yang terjadi yaitu antara
populasi burung raja udang dan burung bangau yang akan memperebutkan ikan kecil. Tetapi perlu di ingat bahwa
kompetisi ini akan terjadi jika jumlah makanan tersebut yaitu ikan kecil
jumlahnya sedikit sehingga memungkinkan terjadinya kompetisi antara burung
bangau dan burung raja udang.
·
Contoh kompetisi antar
populasi pada ekosistem mangrove di sungai api-api
Kompetisi yang terjadi yaitu antara
populasi burung ikan besar dan burung
bangau yang akan memperebutkan ikan
kecil. Tetapi perlu di ingat bahwa kompetisi ini akan terjadi jika jumlah
makanan tersebut yaitu ikan kecil jumlahnya sedikit sehingga memungkinkan
terjadinya kompetisi antara burung bangau dan ikan besar yang ada di pantai
tersebut.
c.
Interaksi
Antar Komunitas
Komunitas
adalah kumpulan populasi yang berbeda di suatu daerah yang sama dan saling
berinteraksi. Contoh interaksi antar komunitas, misalnya komunitas sawah dan
sungai. Komunitas sungai terdiri ikan, ganggang, zooplankton, fitoplankton, dan
decomposer. Sedangkan di komunitas sawah terdiri dari berbagai macam organisme,
misalnya padi, belalang, burung, ular, dan gulma. Antara komunitas sungai dan
sawah terjadi interaksi dalam bentuk peredaran nutrient dari air sungai ke
sawah dan peredaran organisme hidup dari kedua komunitas tersebut.
Interaksi
antar komunitas cukup komplek karena tidak hanya melibatkan organisme, tapi
juga aliran energy dan makanan. Interaksi antar komunitas dapat kita amati,
misalnya pada daur karbon. Daur karbon melibatkan ekosistem yang berbeda
misalnya laut dan darat.
2.5 Perubahan Ekosistem Mangrove JikaTerjadi
Gangguan
Perubahan
yang terjadi pada wilayah pesisir dan laut tidak hanya sekedar gejala alam
semata, tetapi kondisi ini sangat besar dipengaruhi oleh aktivitas manusia yang
ada disekitarnya.Wilayah pesisir merupakan wilayah pintu gerbang bagi berbagai
dampak dari aktivitas tersebut. Dengan kata lain wilayah pesisir merupakan
wilayah yang pertama kali dan paling banyak menerima tekanan dibandingkan
dengan wilayah lain. Tekanan tersebut muncul dari aktivitas pembangunan seperti
pembangunan pemukiman dan aktivitas.
Perdagangan
karena wilayah pesisir paling rentan terhadap perubahan baik secara alami atau
fisik sehingga terjadi penurunan kualitas lingkungan, salah satunya adalah
ekosistem mangrove (Huda, 2008). Ekosistem mangrove dikenal sebagai hutan yang
mampu hidup beradaptasi pada lingkungan pesisir yang sangat ekstrim, tapi
keberadaannnya rentan terhadap perubahan lingkungan. Perubahan lingkungan
tersebut disebabkan adanya tekanan ekologis yang berasal dari alam dan manusia.
Bentuk tekanan ekologis yang berasal dari manusia umumnya berkaitan dengan
pemanfaatan mangrove seperti konversilahan menjadi pemukiman, pertambakan,
pariwisata, pencemaran, dan penebangan hutan secara besar-besaran (Pratiwi
2009).
Kawasan
mangrove merupakan suatu kawasan yang berfungsi sebagai penghubung antara
lautan dan daratan. Kawasan ini perlu dilindungi, karena memiliki banyak fungsi
dan manfaat bagi manusia. Kawasan mangrove juga layak untuk diperhatikan dan
diprioritas kan sebagai devisa bagimasyarakat dan Universitas Sumatera Utara
negara, karena fungsi hutan mangrove dapat mensejahterakan masyarakat bukan
hanya di pesisir pantai namun juga di daerah daratan (Arief, 2001).
Penurunan
luas hutan mangrove terjadi secara terus menerus sepanjang tahun. Kerusakan
mangrove dapat terjadi secara alamiah atau melalui tekanan masyarakat. Secara
alami umumnya kadar kerusakannya jauh lebih kecil dar pada kerusakan akibat
ulah manusia. Kerusakan alamiah timbul karena peristiwa alam seperti adanya
topan badai atau iklim kering berkepanjangan.
Banyak
kegiatan manusia di sekitar kawasan hutan mangrove yang berakibat perubahan
karakteristik fisik dan kimiawi di sekitar habitat mangrove sehingga tempatter
sebut tidak lagi sesuai bagi kehidupan dan perkembangan flora dan fauna di
hutan mangrove (Irwanto, 2008).
Penurunan
luas kawasan hutan mangrove yang terjadi saat ini adalah akibat banyaknya
gangguan pada hutan mangrove seperti penebangan, alih fungsi mangrove menjadi
tambakikan, pemukiman dan lahan pertanian. Mengingat fungsi mangrove secara
ekologis dan ekonomis sehingga perlu adanya pengkajian usaha-usaha yang
memanfaatkan keberadaan mangrove dengan tidak merusak ekosistem mangrove tetapi
justru member manfaat dalam pelestarian mangrove itu sendiri. Salah satu usaha
yang memanfaatkan keberadaan mangrove adalah pembibitan mangrove yang bersifat
mutualisme terhadap keberadaan mangrove itu sendiri.
Data
Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KLH) RI (2008) berdasarkan Direktoral
Jenderal Rehabilitasi lahan dan Perhutanan Sosial (Ditjen RLPS), Dephut (2000)
luas potensial hutan mangrove Indonesia adalah 9.204.840.32 ha dengan luasan
yang berkondisi baik 2.548.209,42 ha, kondisi rusak sedang 4.510.456,61 ha dan
kondisi rusak 2.146.174,29 ha. Berdasarkan data tahun 2006 pada 15 provinsi
yang bersumber dari BPDAS, Ditjen RLPS, Dephut luas hutan mangrove mencapai
4.390.756,46 ha.
Apapun
bentuk datanya, yang jelas hutan mangrove kita telah banyak yang berkurang.
Konversi lahan yang dilakukan oleh manusia terhadap areal hutan mangrove
sebagai tambak, areal pertanian dan pemukiman menyebabkan luas lahan hutan
mangrove terus berkurang. Selain itu pemanfaatan hutan mangrove yang tidak
bertanggung jawab sebagai bahan bangunan, kayu bakar dan juga arang memberi
kontribusi yang tidak sedikit terhadap kerusakan hutan mangrove.
2.6 Upaya Pelestarian Hutan Mangrove
Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki dan melestarikan hutan
mangrove antara lain:
1.
Penanaman kembali mangrove
a.
Penanaman mangrove sebaiknya melibatkan masyarakat. Modelnya dapat
masyarakat terlibat dalam pembibitan, penanaman dan pemeliharaan serta
pemanfaatan hutan mangrove berbasis konservasi. Model ini memberikan
keuntungan kepada masyarakat antara lain terbukanya peluang kerja
sehingga terjadi peningkatan pendapatan masyarakat.
b.
Pengaturan kembali tata ruang wilayah pesisir: pemukiman, vegetasi, dll.
Wilayah pantai dapat diatur menjadi kota ekologi sekaligus dapat dimanfaatkan
sebagai wisata pantai (ekoturisme) berupa wisata alam atau bentuk lainnya.
2.
Peningkatan motivasi dan kesadaran masyarakat untuk menjaga dan
memanfaatkan mangrove secara bertanggungjawab.
3.
Ijin usaha dan lainnya hendaknya memperhatikan aspek konservasi.
4.
Peningkatan pengetahuan dan penerapan kearifan local tentang konservasi
5.
Peningkatan pendapatan masyarakat pesisir
6.
Program komunikasi konservasi hutan mangrove
7.
Penegakan hukum
8.
Perbaikkan ekosistem wilayah pesisir secara terpadu dan berbasis
masyarakat. Artinya dalam memperbaiki ekosistem wilayah pesisir masyarakat
sangat penting dilibatkan yang kemudian dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat pesisir. Selain itu juga mengandung pengertian bahwa
konsep-konsep lokal (kearifan lokal) tentang ekosistem dan pelestariannya
perlu ditumbuh-kembangkan kembali sejauh dapat mendukung program ini.
Dalam
kerangka pengelolaan dan pelestarian hutan mangrove, terdapat dua konsep utama
yang dapat diterapkan. Kedua konsep ini pada dasarnya memberikan
legitimasi dan pengertian kepada masyarakat bahwa mangrove sangat memerlukan
pengelolaan dan perlindungan agar dapat tetap lestari. Kedua konsep
tersebut adalah perlindungan hutan mangrove dan rehabilitasi hutan mangrove.
Konsep yang pertama yaitu perlindungan hutan mangrove
dengan menunjuk suatu kawasan hutan mangrove menjadi kawasan hutan konservasi,
dan sebagai suatu bentuk sabuk hijau di sepanjang pantai dan tepi
sungai. Upaya legitimasi kawasan hutan mangrove sebagai areal yang
dilindungi dikuatkan dengan Surat Keputusan bersama Menteri Pertanian dan
Menteri Kehutanan Nomor KB.550/264/Kpts/4/1984 dan Nomor 082/Kpts-II/1984,
tanggal 30 April 1984, dimana diantaranya disebutkan bahwa lebar sabuk hijau
hutan mangrove adalah 200 m. Surat Keputusan Bersama dengan tujuan
memberikan legitimasi terhadap perlindungan hutan juga dibuat untuk
menyelaraskan peraturan mengenai areal perlindungan hutan mangrove diantara
instansi-instansi terkait.
Surat Keputusan bersama ini selanjutnya dijabarkan oleh
Departemen Kehutanan dengan mengeluarkaan Surat Edaran Nomor 507/IV-BPHH/1990
yang diantaranya berisi penentuan lebar sabuk hijau selebar 200 m dari pantai
dan 50 m di sepanjang tepi sungai.
Penentuan lebar sabuk hijau ini dikuatkan dengan Surat
Keputusan Presiden No.32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan
Lindung. Ditetapkan bahwa perlindungan sepadan pantai dilakukan
untuk melindungi wilayah pantai dari kegiatan yang menggangu kelestarian fungsi
pantai, dimana kriteria sepadan pantai yang dimaksud adalah daratan sepanjang
tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi pantaai, minimal
100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.
Di tambah dengan UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
khususnya Pasal 3, asas dan tujuan penyelenggaraan kehutanan untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat yang berkeadilan dan berkelanjutan dengan:
Mengoptimalkan aneka fungsi hutan yang meliputi fungsi konservasi, fungsi
lindung, dan fungsi produksi untuk mencapai manfaat lingkungan, sosial, budaya,
dan ekonomi, yang seimbang dan lestari; Meningkatkan daya dukung daerah aliran
sungai; Meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan kapasitas dan keberdayaan
masyarakat secara partisipatif, berkeadilan, dan berwawasan lingkungan sehingga
mampu menciptakan ketahanan sosial dan ekonomi serta ketahanan terhadap akibat
perubahan eksternal; dan Menjamin distribusi manfaat yang berkeadilan dan
berkelanjutan.
Dalam kerangka pengelolaan dan pelestarian
hutan mangrove, ada dua konsep utama yang dapat diterapkan, yaitu konsep
Perlindungan dan Rehabilitasi.
1. Perlindungan
Salah satu cara yang sangat efektif dalam pelestarian
hutan mangrove adalah dengan cara menentukan suatu kawasan/daerah hutan
mangrove menjadi daerah yang dilindungi, baik yang diputuskan secara adat
maupun yang ditetapkan oleh Pemerintah.
2. Rehabilitasi
Cara atau kegiatan
lain adalah dengan cara menghutankan kembali /
menanam kembali areal atau lokasi yang telah dibuka atau
ditebang. Hal ini bertujuan untuk
mengembalikan fungsi dari hutan mangrove itu sendiri nantinya.
Dan contoh dari
kegiatan rehabilitasi hutan mangrove yang berhasil adalah seperti yang
dilakukan oleh Bapak Sakdullah dari Pulau Bengkalis, Riau pada tahun 2000. Yaitu dengan keberhasilannya merehabilitasi
hutan mangrove di belakang rumahnya sepanjang kira-kira 2 km dan lebar 400 m,
dimana dengan usahanya akhirnya beliau menerima hadiah Kalpataru dari
pemerintah dan kemudian diundang untuk menularkan ilmunya sampai ke Jepang.
2.6.1 Faktor kendala dalam pelestarian Hutan
Mangrove
Dalam
rangka pelestarian dan pengelolaan hutan mangrove, dibutuhkan peran serta semua
pihak yang terkait, apakah itu dinas pemerintah, lembaga perguruan tinggi,
masyarakat local, LSM, pencinta alam dan lain-lain. Namun yang perlu diperhatikan adalah
keberpihakan berbagai pihak tersebut kepada masyarakat yang selama ini
terpinggirkan dalam menentukan kebijakan terhadap hutan mangrove tersebut. Padahal dalam realitanya, masyarakat lah yang
lebih dahulu terkena dampak langsung dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan di
kawasan hutan mangrove. Untuk itu perlu
kiranya menjadikan masyarakat sebagai penggerak utama atau berpartisipasi aktif
dalam hal pelestarian dan pengelolaan hutan mangrove. Namun itu bukan hal yang mudah dilakukan,
karena sebelumnya harus ditanamkan terlebih dahulu kepada masyarakat akan
pentingnya keberadaan hutan mangrove yang ada di sekitar mereka.
Umumnya
masyarakat selama ini tidak melakukan kegiatan rehabilitasi atau penanaman
mangrove adalah karena :
a. Tidak mengetahui cara menanam
b. Lokasi yang jauh
c. Tidak mempunyai bibit
d. Beranggapan akan tumbuh sendiri, dan
lain-lain.
Yang
perlu dilakukan adalah bagaimana merubah perilaku manusia dalam rangka
pelestarian dan pengelolaan hutan mangrove itu sendiri. Perilaku manusia yang negative dalam
kehidupan sehari-hari akan sangat berpengaruh terhadap kelestarian dari
sumberdaya alam yang ada di sekitarnya.
Jadi sekarang yang perlu ditumbuh kembangkan adalah bagaimana membentuk
perilaku masyarakat menjadi positif dan akrab dengan lingkungannya serta aktif
menjaga nilai kelestarian alam tersebut.
Dan
kenyataannya sekarang adalah bagaimana menggabungkan antara kelestarian hutan
mangrove tersebut dengan kondisi social ekonomi masyarakat. Jadi setiap yang diambil dalam pelestarian
dan pengelolaan hutan mangrove, maka diharapkan agar juga dapat mengatasi atau
menyentuh terhadap masalah sosial ekonomi masyarakat yang ada.
2.6.2 Alternatif upaya pelestarian Hutan Mangrove
Untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan dan memelihara ekosistem
hutan mangrove. Hal ini dilakukan dengan dua macam pendekatan, yaitu pendekatan
teknis dan non teknis.
Pendekatan Non Teknis
Dalam melaksanakan pendekatan non teknis ini perlu dibentuk suatu
organisasi penggarap kawasan hutan ialah “Kelompok Tani Hutan” (KTH),
dimana para petani penggarap membangun hutan mangrove bersama-sama
dengan kelompoknya dan membentuk program kerja yang akan di laksanakannya.
Untuk kelancaran pelaksanaan tugas, perlu adanya pembentukan
organisasi dan tanggung jawab masing-masing seksi dari kelompok tani
hutan. KTH ini perlu pula dilengkapi dengan koperasi sebagai wadah penyediaan
sarana produksi pertanian atau sarana pengolahan hasil. Untuk mempermudah
pembinaan petani empang parit, para petani dikelompokkan dalam wadah Kelompok
Tani Hutan (KTH) dan diberikan penyuluhan secara intensif. Tugas
dari Kelompok Tani Hutan (KTH) antara lain :
1)
Melaksanakan tanaman hutan disetiap lokasi garapan
masing-masing.
2)
Ikut menerbitkan pemukiman/perambah dalam kawasan hutan mangrove
3)
Gotong royong memperbaiki saluran air yang dangkal untuk memperlancar
pasang surut air laut dan aliran sungai.
4)
Secara rutin mengadakan pertemuan untuk membahas permasalahan yang
dihadapi, diantaranya cara budidaya ikan, udang, kepiting dikawasan hutan
mangrove.
5)
Disamping itu melakukan usaha koperasi simpan pinjam,
pelayanan saprodi, pemasaran hasil ikan dan pengembangan pengolahan ikan.
Produksi ikan dari silvofishery seluruhnya menjadi hak penggarap anggota KTH.
DAFTAR
PUSTAKA
Noor,
Y.R., M. Khazali, dan N.N. Suryadiputra. 1999. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. Wetlands Internasional
Indonesia Programe. Bogor. Dalam Bahan Ajar Ekologi Tumbuhan. Dr. H. Elfis,
M.Si. Laboratorium Ekologi UIR: Pekanbaru.
Furkon.
2010. Ekosistem Hutan Mangrove di pantai
Karangsong Indramayu, Jawa Barat. Available at: http://furkonabel’s.wordpress.com/.
Diakses pada: 17 Mei 2014.
Surianta.
2010. Ekosistem Mangrove. Available
at: http://hendrasurianta.wordpress.com/.
Diakses pada: 17 Mei 2014.
Admin.
2010. Persebaran Mangrove. Available
at: http://www.irwantoshut.com.
Diakses pada: 17 Mei 2014
Ghufrona.
2011. Penyebaran Jenis-jenis Mangrove.
Available at: http://ghinaghufrona.blogspot.com/.
Diakses pada: 17 Mei 2014.
Mulyadi,
E., Laksmono, R., dan Aprianti, D. 2009. Fungsi
Mangrove Sebagai Pengendali Pencemaran Logam Berat. Jawa Timur. Dalam
Jurnal tekhik Lingkungan vol. 1 Edisi Khusus.
Irawan,
Budi. 2005. Kondisi Vegetasi Mangrove di
Luwak Banggai Sulawesi Tengah. Dalam Jurnal Biologi FMIPA UNPAD.
Disampaikan pada Seminar Nasional Penggalang Taksonomi Tumbuhan Indonesia FMIPA
UPI.
Rochana,
Erna. 2013. Ekosistem Mangrove dan Pengelolaannya di Indonesia. Available at: www.irwantoshut.com.
Diakses pada: 17 Mei 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar